Ilustrasi teka-teki. [Unsplash/Tanja Tepavac]
Hitekno.com - Meskipun teknologi kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat dan bisa menguasai hal-hal yang kompleks seperti bermain catur atau menjawab soal tingkat pascasarjana, ternyata masih ada jenis tes sederhana berupa teka-teki yang bisa membuat AI bingung, padahal manusia bisa menyelesaikannya hanya dalam beberapa detik.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun AI terlihat sangat canggih, namun itu masih belum sampai pada tahap pencapaian AGI (Artificial General Intelligence), yaitu jenis kecerdasan buatan yang bisa berpikir dan belajar seperti manusia.
AGI bukan hanya soal kemampuan menjawab soal atau memproses data besar. Yang lebih penting adalah kemampuan untuk belajar dari sedikit informasi dan menerapkannya pada situasi baru.
Misalnya, manusia bisa belajar mengendarai sepeda atau memahami aturan baru dalam sebuah permainan hanya dengan mencoba beberapa kali. Namun, AI masih sangat tergantung pada data pelatihan dan sering gagal ketika dihadapkan pada situasi baru yang belum pernah dilihat sebelumnya.
Untuk menguji kemampuan AI dalam hal ini, seorang peneliti bernama François Chollet menciptakan tes bernama Abstraction and Reasoning Corpus (ARC) pada 2019.
ARC adalah kumpulan teka-teki visual berupa kotak berwarna yang mengharuskan AI atau manusia menemukan pola tersembunyi dan menerapkannya pada kasus baru.
Tes ini menjadi tolok ukur penting dalam dunia AI dan digunakan secara luas untuk menguji apakah AI bisa menggeneralisasi atau hanya mengulang pola dari pelatihan.
Dilansir dari Live Science pada Senin (1/9/2025), organisasi nirlaba ARC Prize Foundation kini mengelola dan mengembangkan tes ini lebih lanjut. Mereka secara berkala merilis versi baru dari tes ARC, mulai dari ARC-AGI-1, kemudian ARC-AGI-2, dan yang terbaru, ARC-AGI-3, yang dirancang dengan pendekatan berbeda, yaitu dengan menggunakan video game interaktif untuk menguji AI.
Greg Kamradt, presiden ARC Prize Foundation, menjelaskan bahwa tujuan utama dari tes ARC bukanlah membuktikan bahwa AI lebih pintar dari manusia. Sebaliknya, tes ini ingin mengukur seberapa dekat kemampuan AI dalam meniru cara berpikir manusia, khususnya dalam hal belajar secara cepat dan fleksibel.
ARC-AGI-1 sendiri terdiri dari sekitar 1.000 tugas yang cukup sederhana. Manusia bisa menyelesaikannya dengan cukup mudah, tapi AI sering gagal karena tidak bisa menangkap pola atau aturan yang tidak eksplisit.
Baca Juga: Realme Deklarasikan Tolak Tren HP Lipat Mahal, Pilih Fokus 'Senjata' Midrange
Saat ARC-AGI-2 dirilis, kesulitannya ditingkatkan. Pola lebih rumit, ukuran kotak lebih besar, dan waktu pengerjaan lebih lama, tapi tetap bisa diselesaikan oleh manusia biasa dengan skor rata-rata 66 persen.
Lalu, apa yang membuat tes-tes ini begitu sulit bagi AI? Salah satunya adalah karena manusia sangat efisien dalam belajar dari sedikit contoh. Manusia bisa melihat satu atau dua pola, dan langsung menangkap logikanya. Sementara itu, AI masih membutuhkan banyak data dan belum bisa mengembangkan intuisi seperti manusia.
ARC-AGI-3 menjadi langkah baru yang menarik. Dalam versi ini, AI tidak hanya diminta menjawab soal, tetapi berinteraksi dengan dunia virtual, seperti bermain video game.
Dalam game ini, AI atau manusia harus mempelajari suatu keterampilan baru dalam sebuah level, lalu menerapkannya untuk menyelesaikan level tersebut. Jadi bukan hanya menjawab satu pertanyaan, tapi harus membuat rencana, bereksperimen, dan beradaptasi, seperti halnya manusia dalam kehidupan nyata.
Video game ini dibuat khusus agar benar-benar baru dan belum pernah dimainkan oleh AI sebelumnya. Ini mencegah kemungkinan AI hanya mengandalkan data atau pengalaman masa lalu. Dengan kata lain, tes ini benar-benar mengukur apakah AI bisa memahami situasi baru secara spontan.
Tes ini juga berbeda dari penggunaan video game pada penelitian AI sebelumnya. Misalnya, game seperti Atari sering digunakan dalam pelatihan AI, tetapi AI bisa berlatih jutaan kali hingga menguasainya. Dalam ARC-AGI-3, hal seperti ini tidak mungkin dilakukan. AI diuji langsung, tanpa pelatihan khusus, dan harus bisa belajar serta beradaptasi secepat manusia.
Singkatnya, meskipun AI telah mencapai banyak hal hebat, kemampuan untuk belajar hal baru dengan cepat dan menerapkannya secara fleksibel masih menjadi tantangan besar. Tes-tes seperti ARC ini menunjukkan bahwa jalan menuju AGI masih panjang, dan bahwa kecerdasan manusia tetap memiliki keunggulan yang belum bisa digantikan oleh mesin.