Topeng wajah dari tengkorak (Tipe B). Skala batang 5 cm. [nature.com]
Hitekno.com - Penemuan arkeologis mengejutkan datang dari China. Tim ilmuwan berhasil menemukan topeng dan cangkir berusia 5.000 tahun yang terbuat dari tulang manusia. Temuan langka ini ditemukan di antara tumpukan tulang manusia, tembikar, dan sisa hewan di situs peninggalan budaya Liangzhu, salah satu peradaban paling awal di Asia Timur.
Penelitian yang diterbitkan pada 26 Agustus di jurnal Scientific Reports ini mengungkapkan bahwa benda-benda tersebut berasal dari periode Neolitikum China, sekitar tahun 3000 hingga 2500 SM. Para ahli meyakini, temuan ini dapat mengubah pemahaman tentang bagaimana masyarakat Liangzhu memandang kematian dan hubungan sosial di masa itu.
Dalam laporan penelitian, para arkeolog menemukan lebih dari 50 potongan tulang manusia dari lima lokasi berbeda di kawasan Liangzhu. Tulang-tulang ini ditemukan di kanal dan parit yang dulunya menjadi bagian kota kuno tersebut.
Menariknya, sebagian besar tulang menunjukkan tanda-tanda telah “dikerjakan” menggunakan alat tajam, seperti dibelah, dilubangi, dipoles, hingga digosok halus.
Menurut Junmei Sawada, ahli antropologi biologi dari Niigata University of Health and Welfare, Jepang, banyak dari tulang-tulang tersebut bahkan masih dalam kondisi belum selesai diproses dan akhirnya dibuang begitu saja.
“Fakta bahwa banyak tulang manusia yang dikerjakan tidak selesai dan dibuang ke kanal menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap orang mati,” kata Sawada seperti yang dikutip melalui Live Science pada Selasa (21/10/2025).
Sawada menambahkan, tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tulang-tulang itu, seperti luka akibat pertempuran atau potongan paksa pada tubuh. Artinya, tulang tersebut kemungkinan besar diproses setelah jenazah membusuk secara alami, bukan hasil mutilasi atau kekerasan ritual.
Para peneliti juga mencatat bahwa bagian tulang yang paling sering digunakan adalah tengkorak manusia. Mereka menemukan empat tengkorak dewasa yang telah dibelah secara horizontal untuk dijadikan “cangkir tengkorak” dan empat lainnya dibelah vertikal untuk menciptakan topeng atau wajah tengkorak.
Cangkir tengkorak semacam ini sebelumnya pernah ditemukan dalam pemakaman kelas atas budaya Liangzhu, yang menunjukkan bahwa benda tersebut mungkin digunakan untuk tujuan ritual atau keagamaan. Namun, topeng dari tengkorak manusia menjadi hal baru dan belum pernah ditemukan dalam budaya lain di masa yang sama.
Beberapa tulang lainnya bahkan memiliki bentuk unik, seperti tengkorak dengan lubang di bagian belakang kepala serta rahang bawah yang diratakan secara sengaja. Para ahli menilai, hal ini menunjukkan variasi fungsi dan kemungkinan adanya makna simbolis yang belum terungkap.
Baca Juga: Kode Redeem FF 21 Oktober 2025 Terbaru, Jangan Sampai Kehabisan!
Menurut Sawada, fenomena ini mungkin berkaitan dengan perubahan sosial besar di Liangzhu, yang merupakan salah satu peradaban urban paling awal di Asia Timur.
“Munculnya masyarakat perkotaan dan interaksi dengan kelompok sosial baru di luar komunitas tradisional mungkin menjadi kunci untuk memahami praktik ini,” jelasnya.
Karena banyak dari tulang yang ditemukan dalam kondisi belum selesai, para peneliti menduga bahwa tulang manusia tidak dianggap langka atau bernilai tinggi pada masa itu. Hal ini mencerminkan perubahan cara pandang terhadap kematian di tengah masyarakat yang mulai hidup di kota besar.
Saat kehidupan sosial menjadi lebih anonim, hubungan antarindividu melemah, dan tulang manusia mungkin mulai dilihat hanya sebagai bahan mentah tanpa makna spiritual.
Menurut Elizabeth Berger, ahli bioarkeologi dari University of California, Riverside, temuan ini luar biasa karena menunjukkan bahwa tulang-tulang tersebut pada dasarnya dianggap sebagai “sampah”.
“Yang paling menarik adalah kenyataan bahwa tulang manusia yang dikerjakan ini pada dasarnya hanyalah limbah,” ujar Berger masih dikutip melalui Live Science.
Ia sependapat bahwa perubahan cara memperlakukan sisa manusia ini bisa jadi mencerminkan menurunnya nilai spiritual akibat meningkatnya kehidupan perkotaan yang anonim.
Praktik penggunaan tulang manusia di Liangzhu ini diketahui muncul secara tiba-tiba, berlangsung sekitar 200 tahun, dan kemudian menghilang. Para peneliti masih mencari tahu penyebab pasti mengapa tradisi ini muncul dan berhenti dalam waktu relatif singkat.
"Orang-orang Liangzhu tampaknya mulai melihat tubuh manusia sebagai bahan mentah yang tak bernyawa. Namun, apa yang menyebabkan perubahan cara pandang ini dan mengapa hanya bertahan beberapa abad, masih menjadi misteri besar," tambah Berger.
Sawada menambahkan bahwa penelitian lanjutan akan dilakukan untuk mencari tahu dari mana tulang-tulang itu berasal dan bagaimana proses pengumpulannya.
Analisis lebih lanjut diharapkan bisa mengungkap makna sebenarnya di balik praktik misterius ini serta hubungannya dengan perubahan struktur sosial dan sistem kekerabatan di masa Neolitikum.