Gunung Es Langka di Antartika Berwarna Hijau, Ternyata Ini Penyebabnya

Wow, gunung es langka ini sangat menakjubkan!

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Kamis, 07 Maret 2019 | 10:00 WIB
Gunung es langka berwarna hijau. (Journal of Geophysical Research)

Gunung es langka berwarna hijau. (Journal of Geophysical Research)

Hitekno.com - Gunung es langka Antartika yang berwarna hijau sebenarnya telah dikenal ratusan tahun lalu. Namun awalnya, manusia menganggap itu hanyalah mitos dari sebuah syair atau puisi.

Dalam syair Inggris terkenal pada abad ke-18 yang berjudul ''The Rime of the Ancient Mariner'', pelaut diceritakan telah menemukan gunung es terapung berwarna hijau seperti zamrud.

Ketika kapal pelaut terhempas badai sampai Kutub Selatan, pelaut dikejutkan dengan bermacam-macam pemandangan yang fantastis.

Baca Juga: Ilmuwan Ini Membuktikan Bahwa Lebah Bisa Matematika, Mereka Sangat Cerdas

Mereka pun menciptakan dan menuangkan pengalamannya ke dalam sebuah syair. Banyak yang menganggap bahwa itu adalah sebuah kiasan yang melebih-lebihkan khas sebuah syair kuno.

Namun 200 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1988, sebuah ekspedisi ilmuwan asal Australia berhasil menemukan gunung es langka di Antartika yang berwarna hijau.

Kini sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Geophysical Research: Oceans berhasil mengungkapkan sebuah teori baru penyebab gunung es di Antartika berwarna hijau.

Baca Juga: Penyakit Terus Bermutasi, Ilmuwan Khawatir Spesies Katak Bisa Punah

Gunung es berwarna hijau. (Australian Antartic Division)
Gunung es berwarna hijau. (Australian Antartic Division/ Doug McVeigh)

Penelitian yang lama mengungkapkan bahwa kemungkinan terdapat karbon yang mempengaruhi gunung es sehingga berwarna hijau.

Namun ilmuwan yang satu ini tampaknya membuat ilmuwan terdahulu harus merevisi teorinya.

Steve Warren, seorang ahli geofisika dan profesor emeritus di University of Washington mengungkapkan bahwa mineral oksida besi bertanggung jawab atas pewarnaan hijau yang timbul di gunung es.

Baca Juga: Selain Asteroid, Ini Penyebab Dinosaurus Musnah Menurut Ilmuwan

''Ada banyak pertanyaan di mana besi (di Samudra Selatan) ini berasal. Jika itu sudah terbentuk, gunung es ini dapat melakukan perjalanan ratusan kilometer,'' kata Warren dikutip dari Gizmodo.

Warren merupakan salah satu ilmuwan yang tergabung di dalam sebuah ekspedisi di tahun 1988.

Ia kembali lagi dan meneliti sampel dari gunung es langka di Antartika yang berwarna hijau.

Baca Juga: Ilmuwan Menciptakan Tenda Bawah Laut, Penyelam Bisa Makan di Kedalaman

Ilustrasi gunung es. (Pixabay/ Lurens)
Ilustrasi gunung es. (Pixabay/ Lurens)

Setelah dianalisis di laboratorium, ia menemukan zat organik terlarut atau DOM (Dissolved Organic Matter).

Zat itu terkenal dapat menghasilkan warna hijau dan kuning di sepanjang garis pantai ketika sungai membuang potongan kecil bahan organik ke laut.

Gunung es di laut biasanya berwarna biru sedangkan gunung es yang terbentuk di atas tanah akan berwarna buram.

Hal itu dikarenakan gelembung udara di gunung es tanah berjumlah lebih banyak daripada gunung es laut.

Gunung es laut tidak mengandung gelembung udara yang memantulkan cahaya, sehingga membuatnya tembus cahaya.

Ilustrasi gunung es berwarna biru. (Pixabay/ myeviajes)
Ilustrasi gunung es berwarna biru. (Pixabay/ myeviajes)

Ilmuwan dibuat bingung setelah DOM juga ditemukan di gunung es laut yang berwarna biru. Itu berarti ada ''hal lain'' yang membuat gunung es giok ini berwarna hijau.

Setelah diteliti kembali, gunung es langka berwarna hijau mengandung unsur besi yang kemungkinan berasal dari ''tepung glasial'' atau “glacial flour”.

Unsur besi diperkirakan ilmuwan berasal dari debu yang terbentuk oleh erosi batuan dasar.

Ilmuwan akan mengumpulkan dana lagi dari perusahaan swasta untuk kembali lagi ke gunung es hijau di Antartika.

Penelitian untuk menuju gunung es langka berwarna hijau memang sangat mahal mengingat ekspedisi mereka ke sana membutuhkan biaya yang sangat besar.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak