Kadar Oksigen Menurun, Makhluk Laut Dalam Mulai Tercekik

Tingkat oksigen di kedalaman laut menurun, biota Samudra Antartika terancam.

Cesar Uji Tawakal
Selasa, 30 Mei 2023 | 16:58 WIB
Ilustrasi ikan. (pexels/Adi Perets)

Ilustrasi ikan. (pexels/Adi Perets)

Hitekno.com - Penelitian terbaru oleh para peneliti Australia menunjukkan bahwa tingkat oksigen di kedalaman Samudra Antartika mengalami penurunan dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada perkiraan. Pencairan Lembaran Es Antartika akibat perubahan iklim menyebabkan berkurangnya jumlah air asin yang kaya oksigen yang tenggelam.

Ketika air permukaan menjadi lebih kurang asin karena lelehan gletser, air tersebut menjadi lebih mengapung. Hal ini secara dramatis mempengaruhi proses penting yang mengisi kembali oksigen di lautan dalam, demikian menurut temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change.

Dilansir dari Sputnik News, proses ini disebut sebagai "memompa oksigen" ke Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia, seperti yang dijelaskan oleh tim dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO). Dr. Kathy Gunn yang memimpin penelitian ini bersama timnya menggunakan metode pengukuran sirkulasi laut dalam di Samudra Antartika, yang juga dikenal sebagai Samudra Selatan.

Baca Juga: Lawan Pick Edith, Pilih 3 Hero Marksman OP Ini Buat Counter Efektifnya di MLBB

Mereka menggabungkan data observasi dengan simulasi model. Selain pengamatan yang dilakukan oleh kapal, juga dipertimbangkan pengukuran kecepatan air, suhu, dan kandungan garam dari alat yang terpasang pada kabel yang ditekankan pada dasar laut. Alat-alat ini dibiarkan selama dua tahun, kata penelitian tersebut.

Saat para peneliti menghitung volume AABW (Antarctic Bottom Water) dan transportasi oksigen, mereka menemukan perubahan dramatis. "Observasi kami menunjukkan bahwa sirkulasi lautan dalam di sekitar Antartika secara keseluruhan melambat sekitar 30 persen sejak tahun 1990-an. Melambatnya proses ini akan berdampak dalam beberapa dekade," ungkap Dr. Kathy Gunn.

Sebelumnya, pemodelan memprediksi bahwa sirkulasi AABW dapat melambat lebih dari 40 persen pada tahun 2050, namun temuan baru menunjukkan bahwa perlambatan yang diproyeksikan telah terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan, seperti yang dijelaskan oleh rekan penulis studi ini, Profesor Matthew England, wakil direktur Australian Center for Excellence in Antarctic Science.

Baca Juga: Sempat Terpukul Mundur Gara-Gara Sanksi AS, Industri Chip China Mulai Pulih

Salah satu konsekuensi penting dari proses ini adalah perlambatan sirkulasi yang membuat dasar laut menjadi stagnan. "Hal ini akan menyebabkan nutrisi terperangkap di lautan dalam dan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk mendukung kehidupan laut di dekat permukaan laut," tambah Matthew England. Dr. Steve Rintoul, penulis lainnya, menjelaskan bahwa hasil penelitian ini menyoroti kekhawatiran lebih dari biasanya terkait dengan kenaikan permukaan laut akibat pelelehan Lembaran Es Antartika.

Penurunan keseluruhan tingkat oksigen ini mengubah struktur dan kimia lautan dalam, peringat tim penelitian ini, dan dikhawatirkan dapat memiliki dampak jangka panjang dalam beberapa tahun mendatang.

Baca Juga: Anjlok hingga Rp 2,7 Juta, Ini Update Harga Oppo Reno6 5G Periode Mei 2023

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak