Ditemukan Batuan Bulan di Antartika, Ungkap Beberapa Fakta Baru

Batuan bulan tersebut diketahui membawa gas mulia.

Agung Pratnyawan
Jum'at, 12 Agustus 2022 | 16:36 WIB
Ilustrasi Supermoon atau Bulan Purnama. (Pixabay)

Ilustrasi Supermoon atau Bulan Purnama. (Pixabay)

Hitekno.com - Ilmuwan telah menemukan enam meteorit Bulan yang ditemukan di Antartika. Bagaimana batuan Bulan ini bisa sampai ke sana? Dan apa yang ada dalam meteorit tersebut?

Menurut yang diwartakan Suara.com, enam meteorit Bulan yang ditemukan di Antartika ini mengungkapkan bukti pertama bahwa Bulan mewarisi unsur-unsur kimia dari interior Bumi.

Penemuan ini menambah dukungan pada teori bahwa Bulan tercipta ketika sesuatu yang masif menghantam Bumi di masa lalu, yang dikenal sebagai teori tumbukan raksasa.

Baca Juga: Teleskop Luar Angkasa James Webb Tertabrak Meteor, NASA: Kerusakannya Tak Bisa Diperbaiki

Selama penelitian yang dilakukan di ETH Zurich, Swiss, para ahli menemukan jejak helium dan neon pada batuan Bulan tersebut.

Keduanya adalah gas mulia dalam enam meteorit Bulan dari koleksi Antartika milik NASA.

Meteorit terdiri dari batuan vulkanik yang disebut basal, yang terbentuk sebagai magma yang keluar dari bagian dalam Bulan dan mendingin dengan cepat.

Baca Juga: Fenomena Hujan Meteor Tau-Herculids Terjadi Malam Ini

Proses pendinginan ini menciptakan partikel kaca Bulan di dalam sampel yang mempertahankan jejak kimia dari gas Matahari.

Ilustrasi Bulan. [Ponciano/Pixabay]
Ilustrasi Bulan. [Ponciano/Pixabay]

Setelah basal terbentuk, lapisan batuan tambahan menyelimutinya, melindungi kaca dari partikel bermuatan, baik yang berasal dari aliran angin Matahari maupun dari luar tata surya, yang disebut sinar kosmik.

Menurut para ahli, proses isolasi mempertahankan jejak ini dan menjamin asal-usul gas yang terperangkap di dalamnya.

Baca Juga: Berbekal Meteorit Mars, Ilmuwan Cari Adanya Tanda-tanda Kehidupan

Para ilmuwan mampu mendeteksi jejak helium dan neon di meteorit berkat spektrometer massa gas mulia yang sangat sensitif, yang dijuluki Tom Dooley.

Temuan ini mendukung gagasan bahwa tumbukan raksasa di Bumi pada masa lalu menciptakan Bula.

Salah satu versi teori tumbukan raksasa mengusulkan bahwa sebuah protoplanet bernama Theia menabrak Bumi sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.

Baca Juga: 5 Fenomena Langit Sepanjang Mei 2022, Hujan Meteor hingga Konjungsi Bulan

Dampak tumbukan yang sangat besar menciptakan ejacta dari interior Bumi yang mampu tetap berada di orbit dan bergabung ke pecahan lain.

Bukti lain yang mendukung teori ini termasuk fakta bahwa Bulan ringan dan kekurangan zat besi dalam jumlah besar di bagian dalamnya.

Ilustrasi meteorit. (Pixabay/AlexAntropov86)
Ilustrasi meteorit. (Pixabay/AlexAntropov86)

Batuan mantel Bulan juga memiliki komposisi yang mirip dengan komposisi Bumi serta keduanya sangat berbeda dari meteorit Mars.

Para peneliti berharap bahwa pemahaman ini akan memberi manfaat untuk para ilmuwan lainnya.

Mengingat analisis saat ini hanya menargetkan beberapa koleksi NASA yang terdiri dari sekitar 70.000 meteorit.

"Saya sangat yakin bahwa akan ada perlombaan untuk mempelajari gas mulia dan isotop berat dalam bahan meteorit," kata Henner Busemann, ahli geokimia di ETH Zurich, dikutip dari Space.com, Jumat (12/8/2022).

Busemann memperkirakan bahwa para peneliti akan segera mencari meteorit untuk menemukan gas mulia lainnya, seperti xenon dan kripton yang lebih menantang untuk diidentifikasi daripada helium dan neon.

Itulah penemuan batuan Bulan di Antartika yang menurut ilmuwan membawa beberapa unsur gas mulia. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak