Polri Pernah Klaim Gas Air Mata Kedaluwarsa Tak Berbahaya, Ahli Kimia: Terurai Jadi Sianida, Lebih Beracun

Ahli kimia memaparkan bahayanya menggunakan gas air mata yang sudah kedaluwarsa.

Lintang Siltya Utami

Posted: Kamis, 14 Agustus 2025 | 11:17 WIB
Gas air mata yang diduga kedaluwarsa digunakan dalam demo di Pati. [X/@Jateng_Twit]

Gas air mata yang diduga kedaluwarsa digunakan dalam demo di Pati. [X/@Jateng_Twit]

Hitekno.com - Pembubaran massa dalam demo di Pati pada Rabu (13/8/2025) menggunakan tembakan gas air mata menarik atensi publik. Pasalnya, warganet menemukan bahwa gas air mata yang digunakan dalam demo Pati tersebut sudah kedaluwarsa.

Gambar penemuan selongsong gas air mata kedaluwarsa itu sendiri dibagikan oleh akun X @Jateng_Twit, yang membuat publik teringat akan tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Oktober 2022.

Kala itu, Polri telah mengakui bahwa pihaknya menggunakan gas air mata yang telah kedaluwarsa. Namun, polisi mengklaim bahwa gas air mata yang sudah kedaluwarsa tidak berbahaya.

Dalam pernyataannya, Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo menyebut bahwa cara kerja senyawa dalam gas air mata kedaluwarsa berbeda dari makanan yang basi. Menurutnya, gas air mata yang telah kedaluwarsa justru memiliki kadar zat kimia yang semakin menurun.

"Jadi kalau sudah kedaluwarsa, justru kadarnya dia berkurang zat kimia, kemudian kemampuannya akan menurun. Kalau makanan, ketika kedaluwarsa, makanan itu ada jamur, ada bakteri yang bisa menganggu kesehatan. Kebalikannya dengan gas air mata ini, ketika dia expired, justru kadar kimianya berkurang," kata Irjen Dedi Prasetyo pada 10 Oktober 2022.

Personel kepolisian menembakkan gas air mata ke arah massa usai terjadi kericuhan unjuk rasa di depan Kantor Bupati Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8/2025). [ANTARA FOTO/Aji Styawan/nym]
Personel kepolisian menembakkan gas air mata ke arah massa usai terjadi kericuhan unjuk rasa di depan Kantor Bupati Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8/2025). [ANTARA FOTO/Aji Styawan/nym]

Namun, pernyataan itu dibantah oleh temuan seorang ahli kimia asal Venezuela, Monica Krauter.

Dilansir dari Lapatilla, profesor dan ahli kimia Monica Krauter dari Simon Bolivar University mengungkapkan bahwa penggunaan gas air mata yang telah kedaluwarsa justru semakin berbahaya.

Dalam penelitiannya, Krauter mengumpulkan ribuan tabung gas air mata yang digunakan oleh pihak berwajib dalam aksi protes yang terjadi di Venezuela pada Februari 2014.

Krauter menjelaskan bahwa isi gas air mata adalah ortho-chlorobenzylidene malononitrile atau dikenal juga sebagai gas CS. Meskipun dianggap sebagai jenis gas air mata yang paling tidak mematikan dari semua gas air mata yang pernah digunakan, tetapi Krauter menegaskan bahwa gas ini bisa sangat berbahaya jika empat faktor utama tidak diperhitungkan.

Faktor pertama adalah kerentanan orang yang terpapar gas air mata tersebut, seperti lansia, anak kecil, dan ibu hamil. Kedua, ini berkaitan dengan riwayat medis orang yang menghirup gas tersebut, apakah memiliki alergi, asma, atau masalah jantung.

Baca Juga: Segera Klaim 12 Kode Redeem FC Mobile 14 Agustus 2025, Fokus pada Pemain OVR 111!

Faktor ketiga, jika gas tersebut dikeluarkan di ruang tertutup, toksisitasnya akan meningkat. Terakhir, seberapa sering seseorang terpapar gas tersebut.

Krauter juga memperingatkan bahwa gas CS bersifat karsinogenik, estratogenik, dan mutagenik. Artinya, gas tersebut dapat menganggu perkembangan janin, reproduksi sel, dan reproduksi informasi genetik.

Hasil penelitian Krauter dari 1.000 tabung gas air mata yang dikumpulkannya juga menunjukkan bahwa lebih dari 72 persen telah kedaluwarsa.

Menurut Krauter, ketika gas CS terdegradasi, efek panas atau kelembapan menyebabkannya terhidrolisis menjadi berbagai senyawa, seperti klorobenzaldehida dan malononitril, yang juga terhidrolisis membentuk sianida.

Sebagaimana diketahui, sianida merupakan senyawa kimia yang sangat beracun bagi manusia dan dapat mematikan dalam konsentrasi tinggi.

"Tabung gas air mata yang sudah kedaluwarsa akan terurai menjadi sianida oksida, fosgen, dan nitrogen yang sangat berbahaya," jelas Krauter.

Ia menambahkan bahwa masa pakai gas CS yang digunakan maksimal lima tahun dan bahan kimia yang dikandungnya dapat aktif selama lima hari atau lebih.

Di sisi lain, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, gejala yang muncul ketika terpapar gas air mata mencakup mata berair dengan rasa terbakar dan penglihatan kabur, hidung pilek, bengkak, dan terasa terbakar, mulut iritasi, sesak dada, batuk, luka bakar dengan kulit ruam, mual, dan muntah.

Namun, paparan jangka panjang dapat menyebabkan efek parah seperti kebutaan, glaukoma, dan gagal pernapasan yang bisa berakibat kematian.

Berita Terkait Berita Terkini

Sejumlah fakta tentang paus orca atau paus pembunuh....

sains | 17:31 WIB

Jika kalian melihat 9 makhluk di atas untuk segera menjauh dan segera keluar dari air untuk menyelamatkan diri dari sera...

sains | 15:06 WIB

Venus dan Jupiter akan terlihat saling berdekatan pada 12 Agustus 2025....

sains | 12:23 WIB

Eksoplanet masif ditemukan mengorbit berlawanan arah dalam sistem bintang ganda, menantang model pembentukan planet dan ...

sains | 09:00 WIB

Penelitian mengungkap sesilia, amfibi mirip cacing, kemungkinan memiliki gigitan berbisa tertua di darat, mendahului ula...

sains | 08:00 WIB