Ditemukan Unsur Mineral Misterius pada Berlian dari Dalam Bumi

Diharapkan menjadi mineral yang melimpah dan penting secara geokimia di mantel Bumi.

Agung Pratnyawan
Kamis, 18 November 2021 | 17:29 WIB
Ilustrasi berlian. (Pixabay)

Ilustrasi berlian. (Pixabay)

Hitekno.com - Para ilmuwan menemukan mineral misterius yang ditemukan dalam sebuah berlian yang ditarik jauh di bawah permukaan Bumi.

Dari berlian ini, para ilmuwan telah menemukan contoh pertama dari mineral yang belum pernah terlihat sebelumnya dan misterius.

Dinamakan davemaoite setelah ahli geofisika terkemuka Ho-kwang (Dave) Mao, mineral ini adalah contoh pertama dari kalsium silikat perovskit (CaSiO3) bertekanan tinggi yang ditemukan di Bumi.

Baca Juga: Penambang Temukan Berlian Raksasa, Diklaim Terbesar Ketiga di Bumi

Bentuk lain dari CaSiO3, yang dikenal sebagai wollastonite, umumnya ditemukan di seluruh dunia, tetapi davemaoite memiliki struktur kristal yang terbentuk hanya di bawah tekanan tinggi dan suhu tinggi di mantel Bumi, lapisan padat Bumi yang terperangkap di antara inti luar dan kerak Bumi.

Davemaoite telah lama diharapkan menjadi mineral yang melimpah dan penting secara geokimia di mantel Bumi.

Tetapi para ilmuwan tidak pernah menemukan bukti langsung keberadaannya karena ia terurai menjadi mineral lain ketika bergerak ke permukaan dan tekanannya berkurang.

Baca Juga: Demi Cincin Impian, Pria Ini Rela Gali Tambang Berlian untuk Tunangan

Namun, analisis berlian dari Botswana, yang terbentuk di mantel sekitar 410 mil (660 kilometer) di bawah permukaan Bumi, telah mengungkapkan sampel davemaoite utuh yang terperangkap di dalamnya.

Hingga akhirnya, Asosiasi Mineralogi Internasional kini telah mengonfirmasi davemaoite sebagai mineral baru.

"Penemuan davemaoite datang sebagai kejutan," kata penulis utama Oliver Tschauner, seorang ahli mineral di University of Nevada, Las Vegas, kepada Live Science dikutip Space, Rabu (17/11/2021).

Baca Juga: Ilmuwan Klaim Bisa Ciptakan Berlian lewat Rekayasa Suhu Kamar

Ilustrasi berlian. (pixabay/Colin00b)
Ilustrasi berlian. (pixabay/Colin00b)

Tschauner dan rekan-rekannya menemukan sampel davemaoite dengan teknik yang dikenal sebagai difraksi sinar-X sinkrotron, yang memfokuskan berkas sinar-X berenergi tinggi pada titik-titik tertentu di dalam berlian dengan presisi mikroskopis.

"Dengan mengukur sudut dan intensitas cahaya yang kembali, peneliti dapat menguraikan apa yang ada di dalamnya," kata Tschauner.

Sampel davemaoite di dalam berlian hanya berukuran beberapa mikrometer (sepersejuta meter), jadi teknik pengambilan sampel yang kurang kuat akan melewatkannya.

Baca Juga: Ditemukan Salah Satu Berlian Terbesar di Dunia, Bernilai Rp 264 Miliar

Davemaoite diyakini memainkan peran geokimia penting dalam mantel Bumi.

Para ilmuwan berteori bahwa mineral tersebut mungkin juga mengandung elemen jejak lainnya, termasuk uranium dan thorium, yang melepaskan panas melalui peluruhan radioaktif.

Oleh karena itu, davemaoite dapat membantu menghasilkan sejumlah besar panas di mantel, kata Tschauner.

Dalam sebuah studi 2014 yang diterbitkan dalam jurnal Science, para peneliti menggambarkan mineral tekanan tinggi teoritis lain dari mantel, yang dikenal sebagai bridgmanite.

Namun, sampel bridgmanite tidak berasal dari mantel melainkan di dalam meteorit.

Penemuan davemaoite menunjukkan bahwa berlian dapat terbentuk lebih jauh di dalam mantel daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Menurut Tschauner, hal ini menunjukkan bahwa mereka mungkin menjadi tempat terbaik untuk mencari lebih banyak mineral baru dari mantel.

"Karya oleh Tschauner et al. menginspirasi harapan dalam penemuan fase tekanan tinggi lainnya yang sulit di alam," Yingwei Fe, ahli geofisika di Carnegie Institution for Science di Washington, DC, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, dalam artikel Science terkait.

Menurutnya, pengambilan sampel langsung dari mantel bawah yang tidak dapat diakses karena akan mengisi kesenjangan pengetahuan kita dalam komposisi kimia dari seluruh mantel planet kita.

Itulah penemuan mineral misterius pada sebuah berlian. Studi ini dipublikasikan secara online pada 11 November di jurnal Science.  (Suara.com/ Dythia Novianty).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak