Berkarakter Unik, Ilmuwan Meneliti Kehidupan Organisme di Dasar Laut

Sebagian makhluk hidup yang ditemukan mengubah nitrit menjadi amonium.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 25 Maret 2020 | 08:45 WIB
Fotomikrograf sampel batuan kerak Bumi di dasar samudera yang mengandung mikroba. (WHOI)

Fotomikrograf sampel batuan kerak Bumi di dasar samudera yang mengandung mikroba. (WHOI)

Hitekno.com - Komunitas mikroba atau organisme dengan ukuran sangat kecil mampu bertahan hidup meski di dasar laut dengan kedalaman "sangat gelap". Mengambil sampel batuan dari ratusan meter di dasar laut, ilmuwan meneliti kandungan mikroba dan membongkar rahasia bagaimana mereka bisa hidup di tempat itu.

Salah satu sampel batu yang dibawa ke permukaan mempunyai bentuk indah mirip dengan batu karang.

Meski terlihat indah, tapi itu bukan batu karang, melainkan sebuah fotomikrograf sampel batu yang diambil dari 750 meter bawah laut oleh ilmuwan.

Baca Juga: Pada Kedalaman 4000 Meter, Spons Laut Dalam Ini Terekam "Bersin"

Para peneliti melakukan riset dan penelitian lebih dalam mengenai komunitas mikroba yang diketahui mampu hidup di permukaan batu tersebut.

Saat ini, rekor penemuan mikroba yang berhasil hidup ada pada 3,2 kilometer di dasar laut.

Ilustrasi laut dalam. (Pixabay/ Pete Linforth)
Ilustrasi laut dalam. (Pixabay/ Pete Linforth)

Dr Virginia Edgcomb dari lembaga penelitian Woods Hole Oceanographic Institute (WHOI) memimpin tim untuk menganalisis sampel yang berada pada "Atlantis Bank" Samudra Hindia.

Baca Juga: Mengandung Plastik, Spesies Baru Hewan Laut Dalam Ditemukan Ilmuwan

Membawa mikroba ke permukaan dalam posisi hidup, apalagi membiakkannya akan menjadi sebuah tantangan besar.

Tetapi gen dan protein yang terdeteksi memberi kita petunjuk tentang bagaimana mereka dapat bertahan hidup.

Penelitian ilmuwan mengenai karakteristik unik mikroba atau organisme sangat kecil yang hidup di dasar laut ini telah diterbitkan di jurnal Nature.

Baca Juga: Mengerikan, Cacing Zombie Ini Bisa Memangsa Paus di Laut Dalam

"Kami menerapkan metode yang benar-benar baru untuk mencoba mengeksplorasi sampel berharga ini seintensif mungkin," kata Dr Edgcomb.

Dilansir dari IFLScience, ilmuwan menemukan bahwa gen yang diidentifikasi menunjukkan bentuk kehidupan yang menempati ceruk tersebut.

Dr Virginia Edgcomb meneliti sampel batuan kerak Bumi yang diambil di dasar laut. (WHOI)
Dr Virginia Edgcomb meneliti sampel batuan kerak Bumi yang diambil di dasar laut. (WHOI)

Mereka menggunakan beragam strategi untuk bertahan hidup, termasuk memanfaatkan semua materi super kecil di sekitar mereka.

Baca Juga: Ikan Laut Dalam Ini Berwajah Mengerikan, Punya 2 Mata di Satu Sisi!

Sebagian besar tampaknya beroperasi seperti organisme di dalam gua, memakan sisa-sisa benda mati yang jatuh di sekitar mereka.

Sebagian yang lain hidup dengan mengubah nitrit menjadi amonium, sementara beberapa mendegradasi hidrokarbon polyaromatik, sesuatu yang bisa dikelola sedikit makhluk hidup.

Kepadatan sel yang ditemukan Edgcomb sangat rendah, menunjukkan kelangkaan nutrisi.

Namun demikian, wilayah seperti itu merupakan bagian terbesar dari planet Bumi sehingga penghuninya kemungkinan mewakili sebagian besar kehidupan mikroba di planet ini.

Ilmuwan menemukan bahwa kehidupan mikroba dasar laut mempunyai karakter unik karena mereka "sangat hemat" mengingat keterbatasan materi untuk bertahan hidup di sekeliling mereka juga terbatas.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak