Ilmuwan Temukan Mikroba di Kutub yang Bisa Urai Plastik

Akankah temuan ini bisa menjadi jawaban untuk krisis sampah plastik yang mulai mendera?

Cesar Uji Tawakal
Jum'at, 12 Mei 2023 | 15:43 WIB
Ilustrasi sampah plastik. (Pixabay/ RitaE)

Ilustrasi sampah plastik. (Pixabay/ RitaE)

Hitekno.com - Para peneliti berhasil menemukan mikroba yang mampu memecah limbah plastik tanpa memerlukan suhu tinggi. Penemuan ini dianggap sebagai langkah awal yang menjanjikan dalam mengatasi masalah sampah plastik yang semakin menjadi-jadi di seluruh dunia. Mikroba tersebut ditemukan di daerah kutub Arktik dan Alpen Swiss.

Selama ini, mikroba pengurai sampah plastik memerlukan suhu tinggi yang membutuhkan biaya dan energi yang tinggi. Namun, penemuan mikroba di daerah kutub yang mampu menguraikan sampah plastik pada suhu rendah sampai sedang bisa menjadi solusi dalam mengatasi masalah sampah plastik industri di tempat pembuangan akhir sampah yang menimbulkan kerusakan ekologis yang besar.

Dilansir dari Gizmochina, dua strain jamur yang diuji coba yaitu Neodevriesia dan Lachnellula, menunjukkan hasil yang paling baik dalam mendaur ulang sampah plastik. Kedua jamur ini mampu memecah hampir semua jenis plastik kecuali polyethylene (PE), yang masih menjadi tantangan bagi metode saat ini.

Baca Juga: Huawei MatePad 11 2023 Resmi Dijual di Indonesia, Sasar Mahasiswa dan Karyawan

Keberhasilan jamur tersebut dalam mendaur ulang plastik biodegradable, seperti polyester-polyurethane (PUR), dan campuran polibutilena adipat tereftalat (PBAT) dan polylactic acid (PLA) yang tersedia secara komersial, memberikan harapan besar untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.

Para peneliti percaya bahwa kemampuan mikroba tersebut untuk menguraikan plastik kemungkinan dipengaruhi oleh adaptasi alaminya untuk memecah cutin, lapisan pelindung yang ditemukan pada tumbuhan yang memiliki kesamaan dengan polimer plastik.

Sampah mikroplastik ditemukan di pasir pantai pulau terpencil. (University of Tasmania/ Dr. Jennifer Lavers)
Sampah mikroplastik ditemukan di pasir pantai pulau terpencil. (University of Tasmania/ Dr. Jennifer Lavers)

Koneksi yang tak terduga ini antara mikroba dan polimer cutin tanaman membuka jalan bagi enzim mereka untuk menargetkan polimer plastik, memberikan titik awal untuk eksplorasi dan inovasi dalam pengelolaan sampah plastik.

Baca Juga: Elon Musk Disinyalir akan Tinggalkan Posisi CEO Twitter, Siapakah Penggantinya?

Penemuan ini baru permulaan dalam mengatasi masalah sampah plastik, tetapi menandakan pencapaian yang signifikan dalam upaya melawan polusi plastik.

Penelitian dan pengembangan selanjutnya penting untuk mengoptimalkan efisiensi dalam mendaur ulang sampah plastik dan mengembangkan solusi yang bisa diterapkan dalam skala industri.

Dengan mengutamakan pendekatan inovatif dalam pengelolaan sampah plastik, kita dapat membayangkan masa depan di mana polusi plastik menjadi masa lalu, menjaga kesehatan planet kita untuk generasi yang akan datang.

Baca Juga: Hasil SEA Games 2023 Nomor Mobile Legends Men: Timnas Kamboja Menang Telak, Gilas Habis Indonesia

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak