Monyet di India Berani Membunuh Manusia, Ternyata Ini Penyebabnya

Monyet di India bersikap temperamental karena hal ini.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Selasa, 28 Mei 2019 | 11:30 WIB
Ilustrasi monyet rhesus di India. (Wikipedia/ Mieciu K2)

Ilustrasi monyet rhesus di India. (Wikipedia/ Mieciu K2)

Hitekno.com - Tak hanya lucu dan pintar, monyet ternyata juga mempunyai sisi menyeramkan dalam diri mereka. Monyet di India misalnya, mereka memiliki sifat yang anarkis bahkan bisa membunuh manusia.

Pada November 2018, seorang ibu yang bertempat tinggal di kota pinggiran Agra, India, harus kehilangan bayi kecilnya.

Seekor monyet menerobos masuk ke dalam rumah dan mengambil bayi laki-laki dari lengannya, kemudian membawanya pergi.

Baca Juga: Deretan Foto Bayi Hewan Ini Imut Abis, Kamu Dijamin Terpana Melihatnya

Nahas, bayi berumur 12 hari itu tak selamat setelah warga menemukannya berlumuran darah tak jauh dari tempat kejadian tersebut.

Pada Oktober 2018, seorang pria berusia 72 tahun dirajam batu sampai mati oleh sekumpulan monyet.

Saat ia mencari kayu kering di bawah pohon, sekumpulan monyet menghujani pria malang itu dengan batu yang mereka dapatkan dari pabrik konstruksi di dekatnya.

Baca Juga: Kontroversial, Ilmuwan China dan AS Memasukkan Gen Otak Manusia ke Monyet

Berdasarkan catatan penelitian, terdapat lebih dari 86 kasus penyerangan monyet yang terjadi pada beberapa negara bagian di India.

Monyet di India biasanya berkeliaran pada pinggiran kota. (Pixabay/ Simon Steinberger)
Monyet di India biasanya berkeliaran pada pinggiran kota. (Pixabay/ Simon Steinberger)

Seorang ilmuwan sekaligus primatolog bernama Iqbal Malik menjelaskan bahwa monyet yang hidup di India kebanyakan adalah monyet rhesus (Macaca mulatta).

Mereka dapat mencapai tinggi rata-rata hingga 53 sentimeter dengan berat 7,7 kilogram.

Baca Juga: Serem Banget, Hewan Berkaki 14 Ini Bisa Memangsa Buaya dengan Kejam

Ia mengungkapkan bahwa monyet rhesus sebenarnya merupakan hewan yang menyukai kedamaian dan cenderung tidak berbahaya.

''Mereka hidup dalam pasukan, dengan masing-masing pasukan terdiri dari bayi, anak-anak, orang dewasa yang matang secara seksual, dan orang tua. Laporan kekerasan di antara monyet rhesus sebagian besar muncul dari kasus-kasus pembelahan kelompok yang kacau, pecahnya kelompok, dan pemisahan ibu dengan bayinya,'' kata Malik dikutip dari Gizmodo.

Persebaran monyet rhesus. (Wikipedia/ Chermundy)
Persebaran monyet rhesus. (Wikipedia/ Chermundy)

Deforestasi (pengurangan lahan hutan) dalam skala besar menghancurkan habitat mereka.

Baca Juga: Tak Mau Kedinginan, Aksi Gerombolan Monyet Ini Bikin Gemas

Itu mengakibatkan fragmentasi kelompok dan menyebabkan monyet bergerak menuju pedesaan untuk mencari makan.

Ilmuwan tersebut juga menjelaskan bahwa monyet rhesus adalah spesies hewan yang kuat.

Ketika masing-masing monyet terperangkap dan dipisahkan dari suku mereka, itu mengganggu ikatan komunal yang rumit.

Misalnya, apabila monyet remaja dipisahkan dari ibu mereka dan ditempatkan di lingkungan yang baru, mereka cenderung kasar dan temperamental.

Ilustrasi monyet di India. (Pixabay/ Vijaya narasimha)
Ilustrasi monyet di India. (Pixabay/ Vijaya narasimha)

Untuk mengurangi populasi monyet, pemerintah India dan ilmuwan sebenarnya sudah menggencarkan beberapa program.

Monyet akan disterilisasi dengan menggunakan laser vasektomi pada monyet jantan dan tubektomi termokauterik endoskopi pada monyet betina.

Populasi monyet diketahui telah menyusut menjadi 2,1 juta di tahun 2015 dibandingkan dengan 3,2 juta di tahun 2004.

Sayangnya, meski populasi monyet menyusut, penyerangan monyet terhadap manusia tak kunjung berkurang.

Sepertinya ilmuwan dan pemerintah India harus bekerja ekstra keras memecahkan masalah ini. Apabila tidak, maka monyet di India yang bertindak agresif dapat mengancam dan membunuh manusia lagi.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak