Bukan Ular, Hewan Mirip Cacing Ini Mungkin Pemilik Gigitan Berbisa Tertua

Penelitian mengungkap sesilia, amfibi mirip cacing, kemungkinan memiliki gigitan berbisa tertua di darat, mendahului ular dan berpotensi membuka jalan bagi penemuan obat baru

Bella

Posted: Sabtu, 09 Agustus 2025 | 08:00 WIB
Hewan bernama bernama sesilia (caecilian). (Dok. Carlos Jared/Institut Butantan São Paulo, Brazil)

Hewan bernama bernama sesilia (caecilian). (Dok. Carlos Jared/Institut Butantan São Paulo, Brazil)

Hitekno.com - Di kedalaman tanah lembap hutan tropis, seekor makhluk aneh bernama sesilia (caecilian) hidup tersembunyi dari pandangan.

Sering disalahartikan sebagai ular atau cacing raksasa, amfibi tanpa kaki ini kini menjadi pusat perhatian dunia sains.

Penelitian terbaru mengungkap bahwa sesilia kemungkinan memiliki kelenjar racun di sekitar giginya, sebuah penemuan yang berpotensi menulis ulang sejarah evolusi bisa pada hewan darat dan membuka pintu bagi penemuan medis yang tak terduga.

Mundur Jauh Sebelum Ular

Dunia hewan mengenal bisa sebagai senjata kimia yang canggih, umumnya diasosiasikan dengan ular, laba-laba, atau kalajengking.

Namun, penemuan pada sesilia menunjukkan bahwa evolusi gigitan berbisa mungkin jauh lebih tua dari yang kita duga.

Berbeda dengan racun katak panah beracun yang terkenal mematikan dan disekresikan melalui kulit mereka, kelenjar pada sesilia ditemukan di mulut, terkait langsung dengan gigi mereka.

Struktur kelenjar ini berasal dari jaringan yang sama dengan pembentuk gigi, sebuah ciri yang secara embriologis mirip dengan asal-usul kelenjar bisa pada ular.

Hal yang paling mengejutkan adalah garis waktu evolusinya.

Fosil menunjukkan sesilia telah ada sejak sekitar 250 juta tahun yang lalu, sementara ular baru muncul sekitar 100 juta tahun setelahnya.

Jika kelenjar ini terbukti fungsional untuk menyuntikkan racun, maka sesilia akan menjadi vertebrata darat dengan sistem gigitan berbisa tertua yang pernah diketahui, mendahului ular jutaan tahun.

Baca Juga: Adu POCO X6 Pro Vs POCO X7 Pro, Mana Paling Worth It, Flagship Killer Lama Atau Baru?

Penemuan ini menantang pandangan linear tentang evolusi.

Bisa jadi, sistem gigitan berbisa bukanlah inovasi yang pertama kali muncul pada reptil.

Sebaliknya, alam mungkin sudah bereksperimen dengan senjata kimia ini pada kelompok amfibi purba seperti sesilia.

Sistem ini kemudian bisa jadi menghilang pada cabang evolusi lain, sebelum akhirnya berkembang menjadi lebih kompleks pada ular.

Dari Racun Kuno Menuju Obat Modern

Implikasi dari penemuan ini tidak hanya terbatas pada buku-buku sejarah evolusi, tetapi juga menjangkau dunia medis dan bioteknologi.

Cairan yang ditemukan dari kelenjar mulut sesilia mengandung enzim phospholipase A (PLA), sebuah komponen yang umum ditemukan dalam racun hewan.

Enzim ini dikenal mampu menghancurkan sel, menyebabkan peradangan, dan nyeri, yang merupakan fungsi efektif untuk pertahanan diri atau melumpuhkan mangsa.

Keunikan dari bisa sesilia terletak pada asal-usulnya yang kuno.

Racun dari hewan yang berada di cabang pohon evolusi yang terisolasi sering kali mengandung senyawa biokimia yang benar-benar baru bagi ilmu pengetahuan.

Sebagaimana racun dari beberapa spesies katak yang telah digunakan untuk mengembangkan obat pereda nyeri dan antikanker, ada harapan besar bahwa bisa sesilia juga menyimpan potensi serupa.

Para peneliti melihat potensi besar dalam enzim PLA yang ditemukan pada sesilia.

Karena strukturnya yang unik, enzim ini bisa menjadi kandidat untuk pengembangan berbagai macam terapi, seperti:

  • Anti-koagulan: Obat untuk mencegah pembekuan darah.
  • Perawatan Nyeri Saraf: Mengembangkan analgesik baru yang lebih efektif.
  • Antimikroba Alami: Menciptakan antibiotik baru untuk melawan bakteri yang resistan.

Penelitian terhadap sesilia masih berada di tahap awal.

Membuktikan bahwa gigitan mereka benar-benar berbisa dan memahami komposisi kimianya secara penuh adalah langkah selanjutnya.

Namun, penemuan awal ini telah membuka jendela baru untuk melihat masa lalu evolusi yang dalam dan masa depan inovasi medis yang cerah, semuanya berkat makhluk misterius yang selama ini hidup di bawah kaki kita.

×
Zoomed
Berita Terkait Berita Terkini

Bukan sekadar hiburan, film horor ternyata 'gym' bagi otak Anda. Pakar psikologi ungkap bagaimana adegan seram bisa mela...

sains | 10:55 WIB

Ilmuwan menemukan masker dan cangkir berusia 5.000 tahun yang terbuat dari tulang manusia di China....

sains | 12:41 WIB

BMKG ungkap biang kerok cuaca panas menyengat. Bukan gelombang panas, ini kombinasi dari musim pancaroba dan posisi mata...

sains | 16:20 WIB

Para ilmuwan berhasil membuat AI menciptakan virus yang dapat membunuh bakteri....

sains | 13:27 WIB

Durasi terjadinya gerhana bulan pada 7 September 2025, mulai dari fase awal hingga akhir, berlangsung selama sekitar 5 j...

sains | 17:50 WIB