Laporan PBB: Satu Juta Spesies Terancam Punah, Bumi Harus Diselamatkan

Sangat mengejutkan, laporan PBB ini harus memicu semua negara agar bertindak menyelamatkan Bumi.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 08 Mei 2019 | 09:15 WIB
Ilustrasi hewan menderita karena perubahan iklim. (Pixabay/ cocoparisienne)

Ilustrasi hewan menderita karena perubahan iklim. (Pixabay/ cocoparisienne)

Hitekno.com - Laporan PBB yang dirilis pada hari Senin (04/07/2019) mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan. Ratusan peneliti yang bertanggung jawab pada laporan itu menyatakan bahwa saat ini, satu juta spesies di Bumi terancam punah.

Lebih dari sepertiga mamalia laut dan lebih dari 40 persen spesies amfibi termasuk dalam kategori yang mengkhawatirkan.

Laporan itu disusun lebih dari tiga tahun oleh ratusan ahli yang bekerja untuk badan penelitian yang berafiliasi dengan PBB.

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim, Ratusan Ribu Virus Baru di Laut Ditemukan

Mereka mengambil lebih dari 15.000 penelitian dan sumber lain untuk melengkapi laporan tersebut.

Laporan yang berjudul Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) telah ditandatangani oleh perwakilan dari 132 negara anggota.

Para penulis mendesak pemerintah dunia untuk mengatasi penurunan keanekaragaman hayati secara global.

Baca Juga: Penelitian Ini Ungkap Bahayanya Bakteri Pada Minuman di Pesawat

Tak hanya itu, para peneliti juga mendesak pemerintah di seluruh dunia berkomitmen bersama menghadapi perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Ilustrasi Bumi yang mulai sekarat. (Pixabay/ Tumisu)
Ilustrasi Bumi yang mulai sekarat. (Pixabay/ Tumisu)

Laporan tersebut didukung dari sebuah penelitian yang cukup mengagetkan.

Lebih dari sepertiga dari tanah dunia sekarang telah berubah menjadi lahan pertanian atau lahan produksi ternak.

Baca Juga: Hasil Penelitian, Ini Perbedaan Utama Pria dan Wanita Saat Jatuh Cinta

Dari tahun 1980 hingga tahun 2000, tercatat sebanyak 100 juta hektar hutan tropis telah hilang.

Hutan tropis yang menjadi paru-paru dunia telah hilang karena dijadikan lahan ternak dan lahan pertanian seperti kelapa sawit.

Robert Watson selaku ketua panel sekaligus ahli kimia Inggris menjelaskan bahwa penurunan keanekaragaman hayati juga mengikis fondasi ekonomi manusia.

Baca Juga: Lumut Berubah Warna di Antartika, Pertanda Buruk Bagi Manusia

Sebagai contoh, ekosistem laut mengalami penurunan signifikan ketika suhu naik ke 2 derajat Celcius.

Ilustrasi Bumi yang mulai sekarat. (Pixabay/ Gerhard Gellinger)
Ilustrasi Bumi yang mulai sekarat. (Pixabay/ Gerhard Gellinger)

Terumbu karang yang hilang karena pemanasan dan pengasaman laut dapat menyebabkan jatuhnya perikanan komersial.

Itu juga akan mempengaruhi miliaran penduduk dunia yang tinggal di pesisir dan sangat bergantung pada hasil laut.

''Mari kita berterus terang. Kami tidak berada di jalur menuju 2 derajat Celcius. Kami berada di jalur ke 3, 3 ½ derajat Celcius. Sistem karang dunia benar-benar dalam kesulitan,'' kata Watson dikutip dari Washington Post.

Satu juta spesies yang terancam punah termasuk serangga seperti lebah.

Jumlah spesies lebah diketahui telah berkurang signifikan. Bahkan salah satu penelitian menyebutkan bahwa 100 tahun lagi lebah akan punah jika kita tidak bertindak.

Ilustrasi industri yang menyebabkan pemanasan global. (Pixabay/ Chris LeBoutillier)
Ilustrasi industri yang menyebabkan pemanasan global. (Pixabay/ Chris LeBoutillier)

Punahnya lebah akan berpengaruh pada penyerbukan sehingga hasil pertanian akan berkurang drastis.

Ratusan miliar dolar atau ribuan triliun rupiah akan menguap seiring dengan hilangnya lebah.

Laporan PBB yang mengejutkan mengenai potensi satu juta spesies yang terancam punah seharusnya menjadi lampu merah untuk semua negara, jika Bumi sekarat, manusia juga akan menderita.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak