Kepunahan Massal, Deretan Hewan Ini Hilang 50 Tahun Lagi

Simpan foto ini baik-baik, anak cucu kamu diprediksi tak akan bisa melihatnya.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 17 Oktober 2018 | 14:00 WIB
Indri Madgaskar, lemur hitam terbesar. (Aarhus University)

Indri Madgaskar, lemur hitam terbesar. (Aarhus University)

Hitekno.com - Dalam sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan, Bumi sedang mengalami kepunahan massal yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Kebanyakan manusia menghancurkan habitat serta membunuh spesies demi mengejar keuntungan finansial.

Dalam penelitian terbaru, para peneliti asal Denmark menyimpulkan bahwa begitu banyak spesies mamalia akan punah dalam 50 tahun ke depan.

Baca Juga: Selain Ular Berbisa, Ini Hewan Beracun yang Ada di Indonesia

Hal itu mengakibatkan keragaman evolusi planet ini tidak akan pulih setidaknya selama tiga juta tahun.

Ilmuwan mengatakan bahwa Bumi kemungkinan sudah memasuki kepunahan massal keenam, era dimana lingkungan planet berubah begitu banyak sehingga sebagian spesies hewan akan mati.

Lima kali kepunahan massal pernah terjadi selama 450 juta tahun terakhir, bencana alam menjadi penyebabnya. Tapi sekarang, aktivitas manusia membunuh spesies mamalia.

Baca Juga: Nggak Nyangka, 5 Hewan Ini Punya Tubuh Transparan Lho

Badak Hitam Tanzania. (Wikipedia/ Ikiwaner)
Badak Hitam Tanzania. (Wikipedia/ Ikiwaner)

International Union for the Conservation of Nature (IUCN) memperkirakan 99.9 persen spesies yang masuk kategori kritis terancam punah dan 67 persen spesies terancam punah akan hilang dalam 100 tahun mendatang.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada hari Senin (15/10/18) di dalam jurnal PNAS, para ilmuwan Universitas Aarhus di Denmark menghitung seberapa cepat kepunahan terjadi.

Mereka juga menghitung berapa lama waktu evolusi yang dibutuhkan untuk membawa kembali keanekaragaman hayati agar normal kembali.

Baca Juga: Mulai Bermigrasi, Hewan di Arktik Kebingungan

Para ilmuwan menyimpulkan bahwa dalam skenario terbaik, alam akan membutuhkan 3-5 juta tahun untuk kembali ke tingkat keanekaragaman hayati yang lengkap.

Gajah Asia. (WWF)
Gajah Asia. (WWF)

Bumi juga akan memiliki kerajaan hewan seperti sedia kala sebelum manusia modern berevolusi dan itu membutuhkan waktu 5-7 juta tahun.

Para peneliti menggabungkan data dan informasi tentang kepunahan yang diperkirakan akan datang dalam 50 tahun ke depan. Mereka juga menggunakan simulasi evolusi yang canggih untuk memprediksi berapa lama waktu yang diperlukan untuk pulih.

Baca Juga: Deretan Hewan yang Paling Banyak Membunuh Manusia

Matt Davis, seorang palaentolog di Universitas Aarhus dan juga pemimpin penelitian menyatakan bahwa spesies tertentu lebih penting daripada yang lain.

Ia memberi contoh bahwa ada ratusan spesies tikus di Bumi, jika satu atau dua punah, itu tidak akan membunuh semua tikus di Bumi.

Namun hanya ada empat harimau bertaring tajam (sabre-toothed) di planet ini. Jadi ketika mereka punah, bertahun-tahun sejarah evolusi lenyap bersama mereka.

Burung  Makaw Spix. (ZooChat)
Burung Makaw Spix. (ZooChat)

Dikutip dari Business Insider, hewan besar seperti badak hitam menghadapi kepunahan. Peluang gajah Asia untuk mencapai abad ke-22 kurang dari 33 persen.

Tak hanya mamalia, beberapa spesies burung juga terancam punah dalam 50 tahun ke depan. Burung Macaw Spix hingga kini tercatat hanya ada 80 ekor di penangkaran. Burung ini diketahui sudah punah di alam liar.

Indri Madagaskar, lemur hidup terbesar yang pernah ditemukan juga diketahui terancam punah. Jika Indri punah, kita akan kehilangan 19 juta tahun sejarah evolusi unik.

Penelitian mengenai kepunahan massal akan membantu manusia mengidentifikasi spesies mana saja yang sangat terancam, ini akan membantu mencegah kepunahan dengan konservasi.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak