Mengapa Air Laut Asin? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Mengapa air laut asin tidak seperti air sumur dan air sungai?

Agung Pratnyawan
Kamis, 07 April 2022 | 11:35 WIB
Ilustrasi laut. (pexels/Emiliano Arano)

Ilustrasi laut. (pexels/Emiliano Arano)

Hitekno.com - Bumi ini terdiri dari 97 persen air dan 70 persennya tertutup dengan permukaan bumi. Namun air yang ada di bumi ini tidak semuanya bisa diminum, salah satunya air laut. Air laut yang asin membuatnya tidak bisa langsung diminum. Mengapa air laut asin tidak seperti di sungai?

Tidak lain karena tingginya kandungan garam di air laut yang membuatnya asin. Rata-rata kandungan garam di air laut adalah 35 : 1.000 sehingga terasa lebih asin. 

Selain itu, garam di laut mencapai 120 juta ton garam per satu kubik air laut. Sementara itu, ada 1,38 miliar km kubik air di lautan. Lantas mengapa air laut asin berbeda dengan air sunga maupun air sumur.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Ilmiah Kucing Suka Duduk di Laptop

Berikut penjelasan ilmiah mengapa air laut asin yang HiTekno.com lansir dari penelitian Herbert Swenson berjudul Why is The Ocean Salty, Rabu (6/4/2022).

Ketika hujan terbentuk dan turun menembus udara, air hujan mengakumulasi karbon dioksida dari atmosfer, sehingga bersifat sedikit asam. Air sungai yang mengandung garam dan mineral saat terbawa hujan masih bisa diminum. Garam di laut merupakan hasil air hujan membawa ion mineral dari darat ke laut.

Garam di lautan diketahui berasal dari dua sumber, yakni limpasan dari darat dan bukaan di dasar laut.  Batuan di darat merupakan sumber utama garam yang terlarut dalam air laut.

Baca Juga: Astronom Berhasil Rekam "Tangan Kosmik" Raksasa, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Air hujan yang jatuh di darat bersifat sedikit asam sehingga mengikis batuan. Hal ini lalu melepaskan ion yang terbawa ke sungai, yang berakhir ke laut.

Ilustrasi laut. (Pixabay/ PublicCo)
Ilustrasi laut. (Pixabay/ PublicCo)

Banyak ion terlarut digunakan oleh organisme di laut dan dikeluarkan dari air. Sisanya yang tidak digunakan masih tertinggal di laut, sehingga konsentrasinya meningkat seiring waktu.

Sedangkan sumber garam di lautan yang lain adalah cairan hidrotermal, yang berasal dari ventilasi di dasar laut. Air laut masuk ke dalam retakan di dasar laut dan dipanaskan oleh magma dari inti bumi.

Baca Juga: Penjelasan Ilmiah Mengenai Kebiasaan Mengingat Kenangan Buruk

Panas menyebabkan serangkaian reaksi kimia. Air cenderung kehilangan oksigen, magnesium, dan sulfat, lalu mengambil logam seperti besi, seng, dan tembaga dari batuan sekitarnya. Air panas dilepaskan melalui ventilasi di dasar laut, membawa logam bersamanya. Beberapa garam di laut juga berasal dari letusan gunung berapi bawah air, yang langsung melepaskan mineral ke laut.

Dua dari ion yang paling umum dalam air laut adalah klorida dan natrium. Keduanya membentuk sekitar 85% dari semua ion terlarut di lautan. Magnesium dan sulfat membentuk 10% lagi dari total. Ion lain ditemukan dalam konsentrasi yang sangat kecil.

Ilustrasi Laut Mati. (pixabay/rdshanky)
Ilustrasi Laut Mati. (pixabay/rdshanky)

Konsentrasi Kadar Garam dalam Air Laut

Baca Juga: Jadi Penentu Lebaran 2021, Ini Penjelasan Ilmiah Mengenai Hilal

Konsentrasi garam dalam air laut bervariasi, tergantung dari suhu, penguapan, dan presipitasi. Salinitas atau kadar garam pada air laut umumnya lebih rendah di wilayah khatulistiwa dan kutub, sedangkan pada daerah di pertengahan garis lintang bisa lebih tinggi.

Di dunia ini, terdapat laut yang memiliki kadar garam yang sangat tinggi. Yakni Laut Mati yang berada di kawasan antara Palestina dan Yordania.

Lautan ini memiliki kadar garam yang sangat tinggi dibandingkan dengan kadar garam pada air laut pada umumnya. Karena kadar garam yang sangat tinggi, kamu hanya akan mengapung jika mencoba berenang di sana.

Itulah penjelasan ilmiah tentang mengapa air laut asin. Semoga informasi diatas menambah pengetahuan kamu.

Kontributor: Pasha Aiga Wilkins
Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak