600 Kubus Uranium Nazi Hilang di Amerika, Kini Jadi Buruan Ilmuwan

Catatan sejarah melaporkan lebih dari 600 kubus dibawa ke Amerika, tapi kini tidak diketahui keberadaannya.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 11 September 2021 | 08:15 WIB
Ilustrasi kubus uranium Nazi. (University of Maryland/ John T. Consoli)

Ilustrasi kubus uranium Nazi. (University of Maryland/ John T. Consoli)

Hitekno.com - 600 kubus uranium milik Nazi dilaporkan telah hilang di Amerika Serikat, dan kini menjadi buruan para ilmuwan. Menurut laporan, lubus dengan ukuran 5 cm tersebut memiliki berat sekitar 2 kg karena terbuat dari elemen terberat di Bumi, uranium.

Kubus uranium tersebut pernah menjadi bagian dari reaktor nuklir eksperimental yang dirancang Nazi selama Perang Dunia II. Sejauh yang diketahui para peneliti, hanya 14 kubus yang tersisa di dunia dari lebih 1.000 kubus yang digunakan dalam eksperimen senjata nuklir Nazi.

Catatan sejarah melaporkan lebih dari 600 kubus dibawa kembali ke Amerika pada tahun 40-an. Tetapi, tidak ada yang mengetahui keberadaan dan nasib kubus tersebut.

Baca Juga: Puluhan Ribu Artikel di Wikipedia Dirusak, Tampilkan Lambang Swastika Nazi

Hiebert dan Timothy Koeth, profesor ilmu material dan teknik di Universitas Maryland, melakukan penelitian selama bertahun-tahun mengenai kubus tersebut.

"Itu adalah satu-satunya peninggalan hidup dari upaya nuklir Nazi Jerman," kata Koeth, seperti dikutip dari Science Alert, Jumat (10/9/2021).

Menjelang perang, Jerman adalah pemimpin dunia dalam fisika dan ilmu energi nuklir masih dalam masa perkembangan.

Baca Juga: Arkeolog Temukan Ratusan Batu Nisan Yahudi, Dulu Dijarah Nazi

Pada 1938, ahli kimia Jerman Otto Hahn mengungkapkan bahwa dia telah menciptakan fisi dengan meledakkan neutron pada inti uranium.

Para ilmuwan lainnya melarikan diri dari Eropa, termasuk Albert Einstein dan Enrico Fermi, memperingatkan Amerika Serikat bahwa Jerman dapat mengembangkan bom atom.

Dalam bentuk alaminya, uranium tidak terlalu radioaktif sehingga kubus tidak terlalu berbahaya. Namun, dengan menerapkan neutron pada uranium, khususnya isotop U-235, itu akan membuat ledakan.

Baca Juga: Facebook Hapus Iklan Politik Donald Trump yang Tampilkan Simbol Nazi

Kubus Uranium. [University of Maryland]
Kubus Uranium. [University of Maryland]

Untuk membuat ledakan, proses ini harus terjadi dalam reaksi berantai. Neutron ditangkap oleh atom uranium lain yang membelah dan menciptakan lebih banyak neutron, dan seterusnya.

Untuk memungkinkan hal itu, neutron harus diperlambat oleh zat yang disebut moderator. Pasukan sekutu yang tidak tahu seberapa jauh program nuklir Nazi menjadi gugup.

Pada 1943, sekutu meluncurkan misi rahasia dengan nama kode Alsos untuk mencari tahu.

Baca Juga: Bisa Ubah Sejarah, Kubus Uranium Ungkap Nazi Pernah Kembangkan Nuklir

Tim tersebut terdiri dari para tentara, ilmuwan, dan penerjemah yang melakukan perjalanan melalui Italia, Prancis, dan Jerman untuk mencari jejak eksperimen nuklir Nazi.

Pada April 1945, pasukan sekutu berhasil menemukan dan menangkap sekitar 1,6 ton kubus uranium di Jerman selatan. Hampir semua kubus dikirim kembali ke Amerika Serikat.

Setelah kubus tiba di Amerika, tidak ada yang tahu bagaimana kelanjutan catatan sejarah tersebut. Amerika sendiri sangat tertutup tentang program nuklirnya, sehingga tidak banyak catatan publik tentang uranium Nazi.

Saat ini, Koeth memiliki dua dari 14 kubus uranium yang diketahui. Keduanya diberikan oleh rekan kerjanya. Koeth akhirnya menelusuri jejak pemberian kubus tersebut dan menemukan salah satunya berasal dari mantan ahli geologi yang bekerja dengan Proyek Manhattan.

Berdasarkan temuan ini dan lainnya, Hiebert dan Koeth berspekulasi sebagian besar kubus Nazi yang berhasil sampai ke Amerika digunakan kembali dalam program nuklir Amerika sendiri.

Koeth juga menemukan bahwa 400 kubus dari reaktor kedua dijual di pasar gelap ke Uni Soviet.

Saat ini, para ilmuwan masih melanjutkan pencarian kubus yang tersisa. Kubus tersebut sekarang juga memiliki fungsi yang berbeda dengan tujuan penggunaan untuk pelatihan. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak