Kadar Karbon Dioksida di Atmosfer Capai Jumlah Tertinggi dalam Sejarah

Ilmuwan memperingkatkan bahwa kadar tertinggi CO2 dapat memicu krisis iklim.

Rezza Dwi Rachmanta
Jum'at, 11 Juni 2021 | 09:00 WIB
Ilustrasi langit. (Pixabay/ Evgeni Tcherkasski)

Ilustrasi langit. (Pixabay/ Evgeni Tcherkasski)

Hitekno.com - Pandemi yang melanda penduduk Bumi mulai tahun lalu memang sempat menurunkan tingkat emisi di atmosfer. Meski begitu, catatan penelitian terbaru dari ilmuwan mengungkapkan bahwa tingkat karbon dioksida pada atmosfer Bumi justru mencetak rekor tertingginya.

Catatan penelitian tersebut dikeluarkan oleh sekelompok ilmuwan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), dan Scripps Institution of Oceanography di University of California San Diego, Amerika Serikat.

Mereka mengumumkan bahwa Mauna Loa Atmospheric Baseline Observatory telah mencatat rekor konsentrasi karbon dioksida atmosfer memuncak pada Mei 2021, dengan rata-rata bulanan mencapai 419.13 ppm (parts per million). Jumlah tersebut merupakan rekor tertinggi dalam catatan sejarah penelitian ilmuwan.

Baca Juga: Rotasi Bumi Bergerak Makin Cepat, Apa Dampak Buruknya?

Tahun lalu, beberapa ilmuwan optimis bahwa pandemi akan membantu memerangi pelepasan gas rumah kaca tanpa henti. Minimnya perjalanan udara, lockdown, dan juga berkurangnya aktivitas ekonomi diramalkan bakal mengurangi emisi.

Dunia memang melihat pengurangan emisi gas rumah kaca jangka pendek, namun efeknya dapat diabaikan dalam skema yang lebih besar.

Ilustrasi atmosfer. (Pixabay/ jplenio)
Ilustrasi atmosfer. (Pixabay/ jplenio)

"Kenop kontrol utama pada CO2 atmosfer adalah emisi bahan bakar fosil. Setiap tahun, lebih banyak CO2 menumpuk di atmosfer. Kami pada akhirnya membutuhkan pengurangan yang jauh lebih besar dan berkelanjutan lebih lama dibandingkan lockdown terkait pandemi 2020," kata Ralph Keeling, ahli geokimia yang menjalankan program Scripps di Mauna Loa dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Ramai Diduga Jatuh di Puncak Merapi, Ini 5 Kasus Ledakan Meteor di Bumi

Tingkat yang direkam Mei 2021 adalah kadar tertinggi yang pernah tercatat sejak NOAA memulai pengukuran pada stasiun cuaca di Mauna Loa pada tahun 1974.

Pengukuran di stasiun cuaca Hawaii dianggap sebagai tolok ukur global untuk pengukuran karbon dioksida atmosfer. Pada Mei 2020, stasiun Mauna Loa menyaksikan puncak musiman karbon dioksida atmosfer menembus 417,1 ppm (untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia).

Mauna Loa Observatory. (NOAA)
Mauna Loa Observatory. (NOAA)

Dilansir dari IFLScience, kenaikan karbon dioksida dari tahun ke tahun ini memicu krisis iklim yang meningkat pada Bumi. Karbon dioksida yang dilepaskan melalui aktivitas manusia seperti penggundulan hutan dan pembakaran bahan bakar fosil terbentuk di atmosfer di mana ia memerangkap lebih banyak panas Matahari, dapat menghangatkan planet ini.

Baca Juga: Mirip Lagu, Foto Pertama Bumi dan Bulan Saling Berdampingan Bikin Kagum

Pada awal 2021, Met Office, layanan meteorologi nasional untuk Inggris yang menggunakan data dari Mauna Loa Observatory di Hawaii, telah memperkirakan bahwa kadar karbon dioksida akan mencapai jumlah tertingginya di tahun ini. Benar saja, penelitian terbaru memperkuat prediksi tersebut.

Tingkat karbon dioksida atmosfer saat ini sebanding dengan yang terlihat selama Optimum Iklim Pliosen, periode antara 4,1 dan 4,5 juta tahun yang lalu.

"Kita menambahkan sekitar 40 miliar metrik ton polusi CO2 ke atmosfer per tahun. Jika kita ingin menghindari bencana perubahan iklim, prioritas tertinggi harus mengurangi polusi CO2 menjadi nol secepat mungkin," kata Pieter Tans, ilmuwan senior di NOAA Global Monitoring Laboratory.

Baca Juga: Mengejutkan, Astronot Pamer Foto Bumi yang Nampak Mirip Planet Mars

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak