Misteri Evolusi Siap Terungkap, Termasuk Penggunaan Api 900 Ribu Tahun Lalu

Teori ilmuwan, penggunaan api ada hubungannya dengan evolusi manusia.

Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 12 Mei 2021 | 10:30 WIB
Ilustrasi api. (Pixabay/ adrian schüpbach)

Ilustrasi api. (Pixabay/ adrian schüpbach)

Hitekno.com - Para arkeolog mengklaim bahwa mereka telah mengambil langkah penting untuk memecahkan misteri terbesar evolusi manusia. Lebih dari dua dekade lalu, ilmuwan Inggris mengusulkan bahwa terdapat perubahan besar yang terjadi dalam anatomi manusia sekitar 1,8 juta tahun yang lalu.

Perubahan itu dipengaruhi salah satunya saat manusia dapat menggunakan api untuk memasak makanan sehingga membuatnya lebih mudah untuk dicerna.

Masalahnya, secara arkeologis, tidak ada bukti ilmiah bahwa manusia tahu bagaimana menggunakan api, apalagi memasak dengan api sekitar 250.000 tahun yang lalu.

Baca Juga: Ilmuwan Sebut Manusia Purba juga Lakukan Hibernasi, Mirip Beruang

Kini gabungan tim arkeolog dari Israel dan Kanada telah melakukan penelitian ilmiah baru yang membuktikan bahwa manusia purba menggunakan api setidaknya 900.000 tahun yang lalu.

Sebuah gua prasejarah di Afrika Selatan membuka jalan bagi para ilmuwan untuk mulai merenungkan bahwa dua lokasi kebakaran Afrika mungkin juga merupakan api unggun dari manusia.

Proses penelitian di Gua Wonderwerk, Afrika Selatan. (Wonderwerk Research Project via Independent)
Proses penelitian di Gua Wonderwerk, Afrika Selatan. (Wonderwerk Research Project via Independent)

Lokasi kebakaran kuno tersebut diasumsikan oleh ilmuwan bukan hanya kebakaran alam yang disebabkan oleh sambaran petir.

Baca Juga: Punya Tubuh Raksasa, Beruang Gua Purba Punah Karena Faktor Ini

Salah satu pakar tentang peran api dalam evolusi manusia, Profesor Richard Wrangham dari Universitas Harvard, mengatakan bahwa penanggalan awal dari Afrika Selatan sangat signifikan dalam penelitian.

"Penemuan di Afrika Selatan adalah langkah besar dalam memastikan bahwa eksploitasi api oleh manusia untuk memasak dan pertahanan memang mendorong aspek-aspek kunci evolusi manusia. Saya percaya bahwa manusia purba awalnya menemukan cara menggunakan api sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan kemampuan memasak makanan menyebabkan perubahan besar yang tidak dapat dijelaskan dalam anatomi usus manusia, gigi, bentuk wajah, dan peningkatan ukuran otak yang terjadi pada waktu itu," kata Richard Wrangham dikutip dari Independent.

Gua Wonderwerk di Afrika Selatan menjadi saksi bisu bahwa manusia purba belum tentu menggunakannya sebagai tempat tinggal biasa. Penelitian terbaru yang diterbitkan di Quaternary Science Reviews mengungkapkan bahwa manusia purba kemungkinan mempunyai cara untuk "mengawetkan api".

Baca Juga: Ilmuwan Menemukan Hewan Purba yang Dijuluki "Yeti", Punya Berat 1 Ton!

Proses penelitian di Gua Wonderwerk, Afrika Selatan. (Wonderwerk Research Project via Independent)
Proses penelitian di Gua Wonderwerk, Afrika Selatan. (Wonderwerk Research Project via Independent)

Orang-orang yang mendiami gua 900.000 tahun yang lalu tahu bagaimana mendapatkan dan menggunakan api, tapi mungkin belum mengerti bagaimana membuatnya. Petir zaman prasejarah dapat menimbulkan kebakaran secara alami di padang rumput, sama seperti periode sekarang.

Mendapatkan api dari kebakaran hutan itu mudah, tetapi mengawetkannya jauh lebih menantang. Namun itulah yang diduga dilakukan oleh manusia purba di Gua Wonderwerk 900 ribu tahun lalu.

Salah satu cara terbaik untuk membawa dan mengawetkan api adalah dengan mengumpulkan kotoran hewan yang dibiarkan terbakar membara di padang rumput.

Baca Juga: Armadilo Purba Raksasa Bisa Tumbuh Sebesar Mobil, Ilmuwan Temukan Buktinya

Manusia purba yang menggunakan api di dalam gua kemungkinan besar adalah Homo erectus. Ilmuwan tersebut yakin bahwa penggunaan api pada ratusan ribu tahun lalu dapat menjadi kunci untuk memecahkan misteri evolusi manusia.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak