Roket China Akhirnya Jatuh ke Bumi, Petinggi NASA Lempar Kritikan

Puing roket China akhirnya jauh ke Samudra Hindia, dekat Maladewa.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Minggu, 09 Mei 2021 | 22:30 WIB
Momen peluncuran roket China, Long March 5 pada 27 Desember 2019. (YouTube/ SciNews)

Momen peluncuran roket China, Long March 5 pada 27 Desember 2019. (YouTube/ SciNews)

Hitekno.com - Beberapa waktu lalu, para ahli sudah memperkirakan bahwa roket China, Long March 5B bakal segera jatuh dan menghantam Bumi, meski mereka masih belum mengetahui lokasi presisinya. Benar saja, puing roket China diketahui telah jatuh di Samudra Hindia, dekat Maladewa pada hari Minggu (09/05/2021).

Koordinat yang diberikan oleh media pemerintah China, mengutip Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China, menunjukkan titik benturan di laut, sebelah barat kepulauan Maladewa.

Menurut laporan dari BBC, terdapat spekulasi berhari-hari mengenai di mana roket itu mungkin mendarat, dan para pejabat AS serta pakar lainnya memperingatkan kembalinya roket itu berisiko menimbulkan korban.

Baca Juga: Berhasil Diluncurkan, Roket SpaceX Starship Meledak Saat akan Mendarat

Meski begitu China bersikeras dan menjelaskan bahwa jatuhnya puing roket sehingga menimbulkan korban jiwa risikonya rendah sekali.

Puing Long March-5b kembali memasuki atmosfer pada pukul 10:24 waktu Beijing (02:24 GMT) pada hari Minggu di mana tidak ada laporan cedera atau kerusakan.

Estimasi fase re-entry roket Long March 5B. Gambar hanya ilustrasi dan bukan titik jatuh sebenarnya. (YouTube/ AllCentralFlorida)
Estimasi fase re-entry roket Long March 5B. Gambar hanya ilustrasi dan bukan titik jatuh sebenarnya. (YouTube/ AllCentralFlorida)

Dikatakan puing-puing dari roket seberat 18 ton itu, salah satu barang terbesar dalam beberapa dekade yang menyelam tanpa arah ke atmosfer, mendarat di Samudra Hindia pada titik 72,47 ° BT dan 2,65 ° Utara.

Baca Juga: Waduh, Roket China Nyaris Tabrak Rongsokan Satelit Soviet

Layanan pemantauan Space-Track, yang menggunakan data militer AS, mengatakan roket itu tercatat di atas Arab Saudi sebelum jatuh ke Samudra Hindia dekat Maladewa.

Puing-puing dari Long March 5B telah membuat beberapa orang melihat ke langit dengan waspada sejak lepas dari pulau Hainan China pada 29 April, tetapi Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China mengatakan sebagian besar puing-puing itu terbakar di atmosfer.

Petinggi NASA melemparkan kritik pada situs resmi badan antariksa sesaat ketika roket dalam fase masuk kembali (re-entry).

Baca Juga: Gokil! Elon Musk Berencana Buat Roket Perang Buat Militer AS

"Negara-negara antariksa harus meminimalkan risiko terhadap orang dan properti di Bumi dari masuknya kembali (re-entry) objek luar angkasa dan memaksimalkan transparansi mengenai operasi tersebut. Jelas bahwa China gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing luar angkasa mereka," kata Administrator NASA Bill Nelson dikutip dari Reuters.

Ilmuwan serta ahli astrofisika yang bermarkas di Harvard, Jonathan McDowell, menyebut bahwa perancang roket di China mempunyai sifat "malas".

Baca Juga: Saking Cepatnya, Roket China Sempat Disangka Asteroid

"Sejak potongan besar dari stasiun luar angkasa NASA Skylab jatuh dari orbit pada Juli 1979 dan mendarat di Australia, sebagian besar negara telah berusaha untuk menghindari re-entry yang tidak terkendali melalui desain pesawat luar angkasa mereka. Itu membuat perancang roket China terlihat malas karena mereka tidak membahas ini," kata McDowell.

Terlepas dari jatuhnya puing roket China ke Bumi, negeri Tirai Bambu itu dianggap sebagai salah satu negara yang menghabiskan miliaran dolar AS atau dari puluhan triliun untuk mewujudkan mimpi luar angkasa mereka.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak