Ukur Medan Magnet Korona Matahari, Ini yang Didapatkan Ilmuwan

Pengukuran ini pertama kali bisa dilakukan para ilmuwan.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 29 Agustus 2020 | 10:00 WIB
Ilustrasi Matahari berbentuk bola api. (Pixabay/ WikiImages)

Ilustrasi Matahari berbentuk bola api. (Pixabay/ WikiImages)

Hitekno.com - Para ilmuwah tengah melakukan pemetaan wilayah medan magnet global dari korona Matahari, yakni bagian terluar yang tidak bisa terlihat langsung dari Bumi.

Pengukuran ini pertama kali bisa dilakukan para ilmuwan. Dan kini telah berhasil melakukan pemetaan wilayah medan magnet dari korona Matahari.

Medan magnet ini membantu menggerakkan dan mengontrol banyak aspek perilaku Matahari, mulai dari cara plasma di sekitar Matahari dipanaskan hingga suhu ekstrem, hingga letusan Matahari yang dapat memengaruhi kehidupan di Bumi.

Baca Juga: Simbol Misterius di Matahari Diduga Pesan dari Alien, Ini Fakta Sebenarnya

Pengukuran baru, seharusnya memberi ilmuwan wawasan tambahan tentang peristiwa tersebut dan pemahaman yang lebih baik tentang siklus Matahari 11 tahun, yang ditentukan oleh membalik medan magnet bintang.

Para ahli menggunakan instrumen Coronal Multi-channel Polarimeter (CoMP) di Mauna Loa Solar Observatory di Hawaii untuk melacak kemajuan gelombang Alfvén, yang bergerak di sepanjang medan magnet.

Korona Matahari . [Peking University]
Korona Matahari . [Peking University]

"Data yang dikumpulkan dari CoMP mengungkapkan bahwa korona Matahari penuh dengan gelombang Alfvén ini dan memberi kami tampilan terbaik yang tersedia," kata Richard Morton, fisikawan surya dari Northumbria University, Inggris, seperti dikutip Science Alert, Jumat (28/8/2020).

Baca Juga: Bintik Matahari Seukuran Mars Mengarah ke Bumi, Apa Dampaknya?

Hingga saat ini, para ilmuwan hanya bisa mendapatkan pengukuran reguler dan akurat dari medan magnet Matahari di tingkat fotosfer atau permukaan Matahari. Penelitian baru ini meluas hingga ke atmosfer Matahari bagian atas, yaitu korona.

Dengan kata lain, ini adalah gambaran medan magnet Matahari yang jauh lebih lengkap seperti yang dipetakan oleh pengamatan gelombang Alfvén ini.

"Saya pikir ini adalah demonstrasi yang luar biasa tentang bagaimana kita dapat memanfaatkan gelombang Alfvén untuk menyelidiki sifat-sifat Matahari. Prosesnya mirip dengan bagaimana ahli seismologi menggunakan gempa Bumi untuk mencari tahu seperti apa bagian dalam Bumi," tambah Morton.

Baca Juga: Keren Banget, Astronot NASA Tangkap Momen Matahari Terbit dari ISS

Tak hanya itu, para ilmuwan pun menggabungkan data gelombang dengan informasi tentang kerapatan elektron korona untuk membangun gambaran yang lebih lengkap tentang medan magnet Matahari.

Medan Magnet Korona Matahari. [Peking University]
Medan Magnet Korona Matahari. [Peking University]

Meski begitu, masih banyak yang belum diketahui manusia tentang Matahari, seperti pertanyaan misterius mengapa korona jauh lebih panas daripada permukaan. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Science.

Itulah hasil pengukuran dan pemetaan ilmuwan pada wilayah medan magnet korona Matahari. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Baca Juga: Makhluk Ini Dikira Bisa Hidup di Dekat Matahari, Ilmuwan Angkat Bicara

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak