Primata Terlangka di Dunia Bentuk Pasangan, Mereka Memperluas Wilayah

Ungka Hainan dikenal sebagai primata terlangka di dunia karena jumlah mereka tinggal puluhan di hutan tropis China.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 03 Juni 2020 | 09:00 WIB
Pasangan owa atau gibbon Hainan. (Press Release KFBG)

Pasangan owa atau gibbon Hainan. (Press Release KFBG)

Hitekno.com - Konservasionis di China mengumumkan kabar gembira karena ungka Hainan yang dikenal sebagai primata terlangka di dunia telah membentuk pasangan baru. Itu adalah kabar positif karena membuat keberadaan mereka akan semakin banyak di masa depan.

Pembentukan pasangan dan lahirnya anak-anak dari ungka atau owa Hainan (Nomascus hainanus) diharapkan dapat membantu mereka dari jurang kepunahan.

Owa Hainan (Inggris: Hainan gibbon), adalah primata yang terancam punah karena keberadaan mereka semakin sedikit dengan habitat yang terbatas.

Baca Juga: Berbentuk Menyeramkan, Spesies Baru Hewan Laut Dalam Ditemukan Ilmuwan

Hainan gibbon merupakan hewan endemik yang ditemukan di kantong kecil hutan pada pulau-pulau tropis Hainan di Laut China Selatan.

Hewan jantan memiliki mantel hitam legam sementara sang betina mempunyai bulu berwarna emas ketika dewasa.

Penampakan satu keluarga owa atau Hainan dengan satu pejantan, 2 betina, serta 1 remaja primata. (Press Release KFBG)
Penampakan satu keluarga owa atau Hainan dengan satu pejantan, 2 betina, serta 1 remaja primata. (Press Release KFBG)

Dokumen-dokumen sejarah dari abad ke-17 menunjukkan bahwa spesies itu pernah tersebar luas di banyak daratan China.

Baca Juga: Kerangka Prajurit Wanita dari Mongolia Ditemukan, Jadi Inspirasi Mulan?

Pada waktu setelahnya, keberadaan ungka Hainan menjadi terbatas pada hutan dataran rendah di Pulau Hainan.

Deforestasi dan penebangan hutan, mendorong spesies hewan ini ke ketinggian yang lebih tinggi di mana makanan semakin langka dengan kondisi kurang menguntungkan.

IUCN Redlist memasukkan ungka Hainan sebagai spesies yang Terancam Punah atau Critically Endangered.

Baca Juga: Sebelum Era Dinosaurus, 5 Hewan Ini Sudah Ada

Ungka atau sering disebut juga sebagai wak-wak di Indonesia merupakan keluarga kera yang terbagi menjadi empat genus berdasarkan jumlah kromosom diploid mereka yaitu Hylobates (44), Hoolock (38), Nomascus (52), dan Symphalangus atau siamang hitam (50).

Deforestasi hutan membuat habitat ungka Hainan semakin terbatas. (YouTube/ Greenpeace East Asia)
Deforestasi hutan membuat habitat ungka Hainan semakin terbatas. (YouTube/ Greenpeace East Asia)

Pada 1950-an, diperkirakan ada 2.000 ungka Hainan yang hidup di hutan tropis Hainan.

Tetapi perburuan dan perusakan habitat dengan cepat membuat kondisi ungka Hainan semakin terancam.

Baca Juga: Diklaim Bisa Atasi COVID-19, Warga Nigeria Malah Keracunan Klorokuin

Spesies ini berada di tebing kepunahan pada tahun 1970-an dengan kurang dari 10 individu tersisa pada sepetak kecil di hutan Bawangling.

Dikutip dari IFLScience, salah satu survei terbaru populasi pada tahun 2013 menemukan masih ada hanya 13 individu yang terbentuk dari dua kelompok pasangan.

Dilaporkan dalam jurnal Oryx, peneliti dan konservasionis dari Kadoorie Farm and Botanic Garden (KFBG) dan Hainan Wildlife Conservation and Management Bureau menemukan bahwa terdapat pasangan baru dari ungka Hainan.

Penemuan pasangan baru ungka Hainan sekitar 8 kilometer dari posisi aslinya menunjukkan bahwa mereka sedang memperluas wilayah.

"Penemuan pasangan baru dan lokasi mereka menunjukkan populasi ungka Hainan sekarang telah membentuk setidaknya lima kelompok keluarga yang berbeda. Ini penting untuk keragaman genetik sehingga jumlah mereka kini terdiri dari lebih dari 30 individu," kata pernyataan peneliti dari KFBG pada press release-nya.

Sekarang, dengan adanya pasangan baru ungka Hainan kelima, itu adalah jumlah kelompok keluarga terbesar untuk spesies dalam 40 tahun terakhir.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak