Hitekno.com - Beberapa wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) beberapa hari ini mengalami peningkatan suhu udara. Apa yang menyebabkan Jabodetabek lebih panas?
Suhu udara yang panas berkisar 33-35 derajat Celcius di wilayah Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir ini disebabkan salah satunya oleh posisi matahari yang berada di sekitar utara khatulistiwa dan bergerak semakin ke utara.
Baca Juga
Geek Fam Kenalkan Jungler Baru untuk Week 2 MPL Season 10
Acil Ungkap Penyebab Kekalahan EVOS Legends dari Aura Fire
Roket Raksasa Amerika Siap Terbang Perdana ke Bulan
Fitur Baru WhatsApp Bisa Kembalikan Pesan yang Sudah Dihapus
Digitalisasi Bantu Indonesia Pulih Lebih Cepat saat Dilanda Badai Covid-19
"Di bulan April ini posisi matahari berada di sekitar utara khatulistiwa dan bergerak semakin ke utara, oleh karena itu, suhu udara terasa lebih panas daripada biasanya," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin yang dihubungi di Jakarta, Rabu (22/4/2020).
Di samping suhu yang maksimum mencapai 33-35 derajat Celcius, kondisi cuaca cenderung cerah hingga cerah berawan, hujan ringan-sedang terdapat di sekitar Bogor, Depok dan Jakarta bagian selatan. Kelembapan minimum di Jabodetabek berkisar 55-72 persen.
Lebih lanjut BMKG menjelaskan, faktor lain yang menyebabkan cuaca panas di wilayah Jabodetabek adalah kondisi cuaca cerah dengan tutupan awan yang minim.
Alhasil radiasi yang diterima permukaan bumi cukup signifikan karena tidak terhalang awan dan akhirnya akan meningkatkan suhu udara permukaan.
Kondisi cerah dan pertumbuhan awan yang minim di wilayah Jakarta dan sekitarnya disebabkan karena uap air di atmosfer yang sedikit dan kelembaban udara relatif kering.
![Suhu Jabodetabek jelang akhir April semakin panas. Ilustrasi puncak Tugu Monas, Jakarta pada Mei 2018 lalu. [Suara.com]](https://s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/media.suara.com/pictures/653x366/2019/03/08/20793-monas-jakarta.jpg)
Dinamika cuaca tersebut dipicu adanya aliran massa udara kering dari Australia ke wilayah Indonesia bagian selatan. Massa udara kering tersebut lantas menghambat pertumbuhan awan-awan hujan sehingga berdampak secara tidak langsung pada kondisi terik pada siang hari.
Disamping itu wilayah Jabodetabek saat ini sedang di masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, sehingga potensi cuaca ekstrem juga masih dapat terjadi.
Potensi cuaca ekstrem tersebut antara lain hujan lebat yang umumnya berlangsung pada siang dan sore hari, angin puting beliung hingga hujan es.
Sebelumnya, BMKG memprediksikan awal musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia mulai berlangsung awal Mei 2020.
Itulah penjelasan BMKG kenapa beberapa hari terakhir ini suhu udara di wilayah Jabodetabek mengalami peningkatan. Apakah kamu merasakan suhu panas juga? (Suara.com/ Liberty Jemadu).