Ilmuwan Dunia Sebut Penanganan Virus Corona di Indonesia Mengkhawatirkan

Kata ilmuwan, Indonesia paling menkhawatirkan dari semua negara di Asia Tenggara.

Agung Pratnyawan
Selasa, 24 Maret 2020 | 12:00 WIB
Ilustrasi virus Corona (Coronavirus) Covid-19. (Shutterstock)

Ilustrasi virus Corona (Coronavirus) Covid-19. (Shutterstock)

Hitekno.com - Indonesia termasuk negara yang ikut berjuang keras melawan virus corona COVID-19. Bagaimna Indonesia melakukan penanganan pandemi ini jadi sorota ilmuwan dunia.

Ilmuwan dari penjuru dunia masih terus menyorot bagaimana cara penanganan virus corona di sejumlah negara, terutama Asia Pasifi.

Dari pantauan para ilmuwan dunia, Indonesia dinilai menjadi salah astu negara dengan penanganan virus corona terburuk.

Baca Juga: WHO Sebut Lockdown Saja Tak Cukup untuk Lawan Virus Corona, Lalu Apa?

"Dari semua negara di Asia Tenggara, Indonesia yang paling menkhawatirkan. Indonesia memiliki populasi yang sangat besar namun birokrasi yang tidak rapi. Penanganan krisis yang buruk di Indonesia akan membuat negara terpapar semakin buruk," ujar Dosen Griffith University Lee Morgenbesser, seorang ahli dalam politik Asia Tenggara, dilansir laman smh.com, Selasa (24/3/2020).

Sementara itu, Profesor virologi Universitas Queensland, Ian Mackay menyoroti beberapa tanda peringatan yang datang dari Indonesia.

Peringatan itu memberi sinyal bahwa situasi di Indonesia bisa jauh lebih buruk daripada jumlah kasus yang diekspos ke publik.

Baca Juga: 5 Strategi Lawan Virus Corona, Telah Sukses di Beberapa Negara

"Ketika Anda melihat banyak kematian dalam waktu singkat, seperti yang terjadi, itu menunjukkan ada beberapa kasus selama beberapa waktu. Kami juga telah melihat banyak pelancong yang terinfeksi keluar dari Indonesia dan itu masalah lain karena mereka hanya belum cukup diuji," ucap Mackay.

Ilustrasi Menkes Terawan melawan virus Corona Covid-19. (Dok. Ilustrasi Suara.com oleh Iqbal)
Ilustrasi Menkes Terawan melawan virus Corona Covid-19. (Dok. Ilustrasi Suara.com oleh Iqbal)

Tingkat kematian di Indonesia saat ini sekitar delapan persen dari kasus, jauh lebih tinggi daripada rata-rata internasional, meskipun ini mungkin hanya mencerminkan sejumlah kecil tes yang dilakukan secara proporsional.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah menyangkal penyebaran virus selama berminggu-minggu. Indonesia telah menguji sekitar 1.500 orang dari 270 juta populasi, angka yang tidak sebanding jika dibandingkan dengan lebih dari 80 ribu orang yang diuji di Australia dan 250 ribu orang di Korea Selatan.

Baca Juga: Menurut Peneliti, Inilah Tempat Teraman dari Penyebaran Virus Corona

Morgenbesser menambahkan bahwa ia tidak percaya angka yang dilaporkan oleh Laos dan Kamboja, yang mengklaim hingga hari ini tidak ada yang terindikasi virus corona . Untuk setiap pemerintah di wilayah ini, krisis virus Corona merupakan tes kompetensi yang setara dengan krisis keuangan, serangan teroris besar, atau perang.

"Ini adalah ujian terhadap sesuatu yang tidak bisa Anda lihat dan Anda hanya punya sedikit kontrol, paling tidak pada awalnya. Yang diuji adalah seberapa transparan diri Anda, akuntabel diri Anda, dan seberapa efisien sistem yang telah Anda tempatkan," jelas Morgenbesser.

Beberapa negara di Asia telah mencatat kenaikan terbesar dalam satu hari untuk jumlah kasus virus Corona (COVID-19). Terpantau pada Selasa (24/3/2020) melalui situs resmi Johns Hopkins Coronavirus Resource Center, Indonesia tercatat telah ada 579 kasus, Malaysia 1.518 kasus, dan Thailand sebanyak 721 kasus.

Baca Juga: Saat Pandemi Corona, Begini Prosedur Astronot yang Dikirim ke Luar Angkasa

Sementara Vietnam (123 kasus), Kamboja (87 kasus), dan Filipina (462 kasus) mencatat peningkatan infeksi harian yang stabil. Sedangkan Laos dan Myanmar masih mengklaim tidak ada kasus.

Singapura sendiri, yang mencatat kasus pertama kali pada 23 Januari 2020 lalu, telah mencapai 509 infeksi. Negara ini melaporkan, telah terjadi dua kematian pertamanya dari kasus COVID-19 pada Sabtu (21/3/2020). Salah satu korban adalah seorang WNI dari Indonesia.

Ilustrasi Virus Corona COVID-19. (Centers for Disease Control and Prevention)
Ilustrasi Virus Corona COVID-19. (Centers for Disease Control and Prevention)

Clarence Tam, asisten profesor penyakit menular di Universitas Nasional Singapura, mengatakan Hong Kong dan Singapura telah menangani pandemi virus Corona dengan relatif baik.

Kedua negara ini memiliki keuntungan tersendiri, seperti wilayah yang lebih kecil sehingga memiliki batas terkontrol dengan baik dan membuat pelacakan kontak dan penyaringan kontak intensif lebih mudah.

Kedua negara itu telah memiliki bekal pengalaman dalam menghadapi epidemi SARS pada tahun 2003. Artinya, selama 15 tahun terakhir kedua negara itu juga telah berinvestasi dalam kapasitas dan infrastruktur untuk menangani jenis wabah seperti COVID-19.

"Untuk COVID-19, saat ini kami tidak tahu berapa banyak anak yang tertular. Mungkin banyak kasus pada anak-anak yang tidak terdeteksi karena penyakit pada anak-anak cenderung ringan, tetapi kami juga tidak melihat banyak wabah di sekolah," ucap Tam, seperti dikutip dari Sarasota Memorial Health Care System.

Hal penting yang dapat dipelajari dari negara seperti Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan dalam menangani virus Corona adalah pengujian yang dilakukan sejak awal dan secara luas, isolasi yang efektif, penulusuran kontak, dan karantina. Itu menjadi kunci untuk mengendalikan virus di bawah kendali.

"Setiap negara yang belum dapat menerapkan langkah-langkah ini dengan cepat, untuk alasan apa pun, berisiko tinggi terjadi penularan pada masyarakat yang tidak terkendali, seperti yang kita lihat sekarang di sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat," jelas Tam.

Kasus lain, seperti di Malaysia juga menjadi perhatian khusus karena dilaporkan mengalami kenaikan lebih dari 100 kasus per hari selama lima hari berturut-turut, dan lebih dari dua pertiga dari kasus tersebut terkait dengan tiga hari acara Tabligh Akbar yang diselenggarakan pada akhir Februari lalu.

Ilustrasi virus corona. (Pixabay)
Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

Tetapi dengan sistem kesehatan Malaysia relatif maju, para dokter dan profesornya terlatih dengan baik dan kompeten. Tam menilai kondisi Malaysia lebih siap daripada vanyak negara di wilayah Asia Tenggara untuk menangani COVID-19 dan penutupan perbatasannya dengan orang asing.

Malaysia disebut telah memperkenalkan beberapa kontrol perbatasan yang paling ketat. Thailand dan Singapura juga melakukan hal serupa.

Singapura memperkenalkan aturan karantina 14 hari untuk kedatangan internasional dan sementara melarang kedatangan dari negara-negara tertentu. Sedangkan, Filipina memberlakukan lockdown di seluruh kota termasuk Manila.

Tam mengatakan, butuh waktu sekitar dua minggu untuk mengetahui apakah langkah-langkah baru dan ketat yang diambil Malaysia dapat memperlambat penyebaran virus

Namun, berbeda dengan Indonesia yang memiliki lebih dari 50 kali populasi Singapura dan yang telah melaporkan 49 orang meninggal, Tam menilai kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini menimbulkan kekhawatiran terbesar.

Indonesia, Malaysia, dan Filipina menghadapi tantangan yang sangat spesifik karena populasi yang sangat besar dan tersebar luas, serta fakta bahwa negara-negara itu memiliki populasi pekerja imigran yang sangat besar.

"Untuk memiliki respons yang efektif dan terkoordinasi, negara membutuhkan investasi yang jauh lebih besar dalam memperkuat sistem kesehatan di seluruh wilayah," ujar Tam.

Itulah bagaimana beberapa negara melakukan penanganan virus corona ini. Dan ilmuwan dunia mengkhawatirkan cara Indonesia melakukannya. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak