Setelah Lima Dekade, NASA akan Mengirimkan Makhluk Hidup ke Luar Angkasa

Pengiriman makhluk hidup ini untuk mendeteksi paparan radiasi di luar angkasa.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Kamis, 23 Mei 2019 | 06:15 WIB
Ilustrasi BioSentinel yang akan dikirim ke luar angkasa. (NASA)

Ilustrasi BioSentinel yang akan dikirim ke luar angkasa. (NASA)

Hitekno.com - Pada tahun 2020, NASA akan mengirimkan makhluk hidup ke luar angkasa pertama kalinya sejak misi Apollo.

Seperti yang telah diketahui, NASA belum meluncurkan makhluk hidup ke luar angkasa untuk pertama kalinya sejak misi Apollo.

Mereka belum melakukannya sejak tahun 1972.

Baca Juga: Astronot Ini Akan Menjadi Wanita Terlama di Luar Angkasa

NASA sedang bersiap untuk meluncurkan makhluk hidup ke luar angkasa untuk pertama kalinya dalam hampir lima dekade.

Luar angkasa di sini dalam artian adalah Deep Space atau ukuran luar angkasa yang jauh di Bumi.

Dalam jarak dekat, NASA berulang kali mengirim manusia ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Baca Juga: Inilah Rasa Burger yang Telah Diterbangkan ke Luar Angkasa

Para ilmuwan NASA sedang menyusun pesawat luar angkasa berukuran tas yang disebut BioSentinel.

Ilustrasi susunan satelit kubus BioSentinel. (Wikipedia/ NASA)
Ilustrasi susunan satelit kubus BioSentinel. (Wikipedia/ NASA)

Pesawat tersebut akan membawa sel-sel ragi hingga orbit sekitar Matahari.

Itu dilakukan oleh ilmuwan agar mereka lebih memahami lingkungan dengan radiasi di luar planet Bumi.

Baca Juga: Kemunculan Gault, Asteroid Misterius yang Meledak di Luar Angkasa

BioSentinel adalah salah satu dari 13 kubus yang terbang di atas misi Artemis 1.

Dikutip dari Space, mereka ditargetkan akan meluncur pada pertengahan tahun 2020.

BioSentinel akan mengumpulkan data selama sembilan hingga 12 bulan.

Baca Juga: China Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Luar Angkasa, untuk Apa?

BioSentinel masih dikembangkan lebih lanjut. (NASA)
BioSentinel masih dikembangkan lebih lanjut. (NASA)

Misi ilmuwan adalah untuk mengetahui efek jangka panjang dari radiasi yang didapatkan oleh DNA saat berada pada Deep Space.

Satelit seberat 14 kilogram akan membawa dua varietas berbeda dari ragi Saccharomyces cerevisiae.

Tipe yang pertama adalah sel ragi normal, yang cukup tahan radiasi, dan tipe mutan, yang jauh lebih sensitif karena tidak dapat memperbaiki DNA-nya dengan baik.

Ilustrasi radiasi yang mengenai DNA di luar angkasa . (NASA)
Ilustrasi radiasi yang mengenai DNA di luar angkasa . (NASA)

''Yang paling penting, proses perbaikan kerusakan DNA ragi sangat mirip dengan manusia, menjadikannya model percobaan yang baik,'' kata astrofisikawan NASA, Kimberly Ennico Smith.

Data yang didapat dari misi BioSentinel akan sangat penting terkait dengan risiko radiasi yang akan diterima pada misi eksplorasi luar angkasa yang melibatkan manusia.

Jika radiasi yang diterima sel ragi tidak mempengaruhi DNA, maka orbit luar angkasa tersebut akan aman dilalui oleh astronot NASA.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak