Kabar Buruk Bagi Manusia, 100 Tahun Lagi Serangga Akan Punah

Serangga akan punah secara perlahan sehingga mengantarkan kita pada kehancuran ekosistem.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 13 Februari 2019 | 07:00 WIB
Ilustrasi serangga. (Pixabay/ BubbleJuice)

Ilustrasi serangga. (Pixabay/ BubbleJuice)

Hitekno.com - Planet Bumi diketahui tengah menuju kepunahan massal yang keenam. Dalam sebuah penelitian terbaru, peneliti mengungkapkan bahwa 100 tahun lagi serangga akan punah.

Hal tersebut bukanlah semacam lelucon atau prank yang dilakukan oleh ilmuwan. Itu merupakan kumpulan data yang ada di lapangan sehingga kesimpulan mengarah ke sana.

Data yang ada menunjukkan bahwa sekitar 40 persen spesies serangga menurun jumlahnya. Sepertiga dari jumlah itu terancam punah.

Baca Juga: Makin Mengkhawatirkan, Ratusan Hewan Terbesar di Dunia Menuju Kepunahan

Peneliti mengungkapkan bahwa tingkat kepunahannya delapan kali lebih cepat daripada mamalia, burung, dan reptil.

Jumlah serangga global diketahui telah turun sebesar 2,5 persen per tahun.

Peneliti mengungkapkan bahwa jika tren ini terus berlangsung, maka akan mengarah pada kehancuran besar ekosistem alam.

Baca Juga: Ilmuwan Takjub, Ada Hewan Kecil di Kedalaman Danau Antartika

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Biological Conservation dan diharapkan dapat menyadarkan manusia untuk tidak bertindak seenaknya.

Capung termasuk serangga yang juga ikut punah dalam 100 tahun ke depan. (Pixabay/ AdinaVoicu)
Capung termasuk serangga yang juga ikut punah dalam 100 tahun ke depan. (Pixabay/ AdinaVoicu)

''Jika hilangnya spesies serangga tidak dapat dihentikan, ini akan menimbulkan konsekuensi bencana bagi ekosistem planet ini dan untuk kelangsungan hidup manusia,'' kata Francisco Sanchez-Bayo peneliti asal University of Sydney, Australia, yang memimpin penelitian.

Tingkat kehilangan tahunan sebesar 2,5 persen selama 25-30 tahun terakhir disebut peneliti sebagai hal yang mengejutkan.

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Ini 5 Hewan Paling Aneh di Dunia

Dalam 10 tahun kita hanya memiliki seperempat lebih sedikit. Dalam 50 tahun kita hanya memiliki setengah dari jumlah sebelumnya.

Dan dalam waktu 100 tahun, kita tidak akan memiliki spesies serangga yang tersisa.

Salah satu kerugian terbesar dari hilangnya serangga ada pada burung, reptil, amfibi, dan ikan yang memakan serangga.

Baca Juga: Kepunahan Massal, Deretan Hewan Ini Hilang 50 Tahun Lagi

Jika sumber makanan mereka yaitu serangga hilang, maka mereka akan mati kelaparan.

Hal itu juga berdampak pada manusia karena hewan-hewan di atas sebagian merupakan sumber makanan manusia.

Salah satu serangga yaitu lebah, telah menyusut secara signifikan. Jumlah koloni lebah madu diketahui berjumlah 6 juta pada tahun 1947.

Ilustrasi sarang lebah. (Hudson Valley)
Ilustrasi sarang lebah. (Hudson Valley)

Namun di tahun 2019, jumlah lebah madu yang tersisa di Amerika hanya ada 3,5 juta.

Dikutip dari Guardian, peneliti menyalahkan bahwa insektisida menjadi penyebab utama berkurangnya serangga.

Dalam 20 tahun terakhir, manusia menggunakan insektisida secara masif di industri pertanian.

Sebanyak 75 persen serangga hilang di kawasan hutan lindung setelah manusia menggunakan insektisida, termasuk neonicotinoid dan fipronil.

Selain pestisida, urbanisasi manusia dan perubahan iklim juga ikut mempengaruhi menurunnya jumlah serangga.

Salah satu cara paling efektif menurut peneliti, adalah manusia kembali ke pertanian organik seperti yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita.

Pertanian organik yang tanpa bahan kimia diketahui sangat ramah pada serangga sehingga kehidupannya bisa berlangsung.

Jika kita tidak melakukan apa-apa, serangga akan punah secara perlahan dan itu berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak