Misteri Sisi Gelap Bulan Terpecahkan, Robot China Buka Fakta Baru

Misi robot China ini menguak fakta Bulan yang sebelumnya tidak ada orang yang tahu.

Vika Widiastuti | Rezza Dwi Rachmanta
Minggu, 03 Februari 2019 | 09:15 WIB
Ilustrasi Bulan. (HowStuffWorks)

Ilustrasi Bulan. (HowStuffWorks)

Hitekno.com - Sisi gelap Bulan seringkali menyimpan misteri tersendiri karena manusia tidak ada yang menjamahnya. Namun, sejak awal Januari 2019, pesawat luar angkasa dan robot penjelajah China, Chang'e 4 berhasil membuka tabir misteri tersebut.

Data terbaru kini berhasil diungkap oleh ilmuwan, dan ternyata sisi gelap Bulan tidak segelap yang dibayangkan sebelumnya.

Namun yang pasti, suhu di sana akan mengalami penurunan drastis sehingga akan sangat dingin.

Baca Juga: Siap-siap, Apple Cuma Berikan iOS 13 pada iPhone 7 ke Atas

Seperti yang telah diketahui, sisi Bulan ''terkunci'' pada planet Bumi. Itu berarti sisi yang sama dari Bulan menghadap ke kita setiap saat.

Akan tetapi Bulan masih berputar meski terus menerus menunjukkan satu wajah kepada kita.

Hal itu membuat Bulan mengalami siang dan malam dari sinar Matahari yang bervariasi.

Baca Juga: Saingi AS, China Siapkan 30 Misi Antariksa Sepanjang 2019

Periode-periode tersebut lamanya sekitar 2 minggu waktu Bumi.

Chang'e 4 and Yutu 2 saling memotret satu sama lain. (CNSA/CLEP).
Chang'e 4 and Yutu 2 saling memotret satu sama lain. (CNSA/CLEP).

Data dari misi Apollo mengungkapkan bahwa permukaan Bulan yang diterangi Matahari dapat naik hingga 127 derajat Celcius pada siang hari.

Akan tetapi, suhu Bulan dapat turun ke minus 173 derajat Celcius di malam hari.

Baca Juga: Ditemukan Ruangan Rahasia di Bawah Piramida Bulan, Apa Isinya?

Namun sayangnya, data tersebut diambil dari sisi Bulan yang menghadap ke Bumi.

Misi pesawat luar angkasa China, yang mendarat di sisi gelap Bulan telah mencatat suhu yang bahkan lebih dingin selama periode malam Bulan yang panjang.

Pesawat luar angkasa China yang terdiri dari Lander atau Pendarat bernama Change'4 dan Rover atau robot penjelajah, Yutu 2, berhasil mengungkap data baru.

Baca Juga: Bukan Ide Bagus, Bulan Palsu Cina Bisa Berdampak Pada Lingkungan

Pesawat luar angkasa tersebut terbangun dari periode ''dormant'' (power-saving mode) pada akhir Januari 2019.

Sisi gelap Bulan. (CSNA)
Sisi gelap Bulan. (CSNA)

Data yang berhasil didapat oleh ilmuwan saat kedua perangkat mereka hidup adalah suhu di sana ternyata anjlok signifikan.

Suhu di Bulan terutama di sisi gelapnya bisa anjlok mencapai 190 derajat Celcius.

''Perbedaan data antara Chang'e 4 dan misi Apollo kemungkinan karena perbedaan komposisi tanah Bulan antara sisi gelap dan sisi terang. Kita masih perlu analisis yang lebih cermat,'' kata Zhang He, direktur eksekutif misi Chang'e 4 dikutip dari Live Science.

Dengan kata lain, ''sesuatu'' tentang bagian permukaan Bulan tempat Chang'e 4 mendarat mungkin menyebabkan tanah tersebut menahan panas yang lebih sedikit.

Sementara lokasi pendaratan Apollo diketahui dapat menyimpan panas yang lebih banyak.

Namun, para peneliti masih tidak yakin mengenai ''sesuatu'' itu. Mungkin perlu waktu lebih lama lagi bagi ilmuwan untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari perbedaan suhu itu.

Data sementara dari Chang'e 4 mengenai sisi gelap Bulan sangat membantu ilmuwan untuk memecahkan misteri yang selama ini tersembunyi.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak