Kadar Karbon Atmosfer Meningkat Tajam

Gawat bencana pemanasan global sudah terjadi.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 15 Agustus 2018 | 20:00 WIB
Ilustrasi global warming. (Copernicus)

Ilustrasi global warming. (Copernicus)

Hitekno.com - Konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer Bumi mencapai 405 ppm (parts per million). Kadar karbon atmosfer yang meningkat dengan peningkatan sebesar itu tak pernah terlihat selama 800 ribu tahun terakhir.

Data beberapa tahun terakhir menampilkan cuaca terpanas sehingga menampilkan pola cuaca global yang sulit diprediksi seperti El Nino.

Badai El Nino merupakan suatu badai yang menandakan perubahan iklim sedang terjadi di muka Bumi.

Baca Juga: Berbeda Jauh dari Maladewa, Thilafushi Si Pulau Sampah

Badai itu lahir karena memanasnya suhu di permukaan air laut.

Menurut laporan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tahun 2017 lalu menempati tahun kedua terpanas dari data yang ada.

Ilustrasi pemanasan global. (Copernicus)
Ilustrasi pemanasan global. (Copernicus)

Peneliti membandingkan data yang telah tersimpan sejak pertengahan 1800-an.

Baca Juga: NASA Temukan Dinding Aneh Selimuti Tata Surya

Dilansir dari Science Mag, data yang dikumpulkan oleh para ilmuwan di dunia memaparkan sesuatu yang mengejutkan.

Data tersebut dikumpulkan oleh 524 ilmuwan yang tersebar dari berbagai negara.

Poin pertama sekaligus yang harus dijadikan perhatian warga dunia adalah selama 2016 lalu, konsentrasi CO2 meningkat 2,2 ppm.

Baca Juga: Perut Ikan Purba Belum Merdeka dari Sampah Plastik

Peningkatan tersebut tak pernah terlihat setidaknya selama 800 ribu tahun terakhir.

Beberapa tahun terakhir juga terjadi pemutihan karang. Hal itu terjadi karena ketika air laut menghangat, karang akan melepaskan ganggang yang hidup di dalam  jaringan mereka.

Karbon di atmosfer pada tahun 2009. (NASA)
Karbon di atmosfer pada tahun 2009. (NASA)

Peristiwa itu membuat karang menjadi putih dan terkadang mengakibatkan kematian karang.

Baca Juga: Karena Gelombang Panas, Pohon Pisang Bisa Tumbuh di London

Pemanasan global juga berdampak pada lautan es Arktik. Tingkat lautan es Arktik mencapai titik terendah dalam 38 tahun terakhir.

Tahun 2017 juga menjadi tahun terpanas kedua pada sejarah suhu yang pernah terekam di lautan Arktik.

Amerika Serikat mengalami musim kebakaran ekstrem yang membakar 4 juta hektare dan menyebabkan kerusakan lebih dari 18 miliar dolar AS atau Rp 263 triliun.

Karbon di atmosfer pada tahun 2014. (NASA)
Karbon di atmosfer pada tahun 2014. (NASA)

Pemanasan global dapat membuat perubahan suhu yang ektrim. Beberapa wilayah akan terkena cuaca yang sangat lembab dengan curah hujan yang tinggi.

Namun beberapa wilayah akan mengalami suhu terpanas sehingga kebakaran akan meningkat.

Venezuela, Nigeria, dan India diketahui mengalami curah hujan yang di atas rata-rata sehingga menyebabkan banjir di beberapa wilayah.

Argentina, Uruguay, Spanyol, Bulgaria, dan Meksiko tercatat mengalami peningkatan suhu yang cukup tinggi.

Kadar karbon atmosfer yang meningkat seharusnya menjadi perhatian khusus bagi masyarakat internasional terutama Indonesia yang menjadi paru-paru dunia.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak