Setiap Tahun, Konsentrasi Gas Rumah Kaca di Atmosfer Indonesia Terus Naik

Gas rumah kaca memerangkap panas di dalam atmosfer, membuat suhu bumi menghangat dan menyebabkan perubahan iklim.

Agung Pratnyawan
Kamis, 03 Maret 2022 | 11:53 WIB
Polusi udara Jakarta. (Suara.com/Muhaimin A Untung)

Polusi udara Jakarta. (Suara.com/Muhaimin A Untung)

Hitekno.com - Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan kalau konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer Indonesia turs naik dari tahun ke tahun.

Dikutip dari Suara.com, kabar ini disampaikan BMKG dalam acara diskusi virtual bertajuk Pentingnya Transisi Hijau untuk Mengatasi Krisis Iklim yang diikuti dari Jakarta, Rabu (2/3/2022).

Ia mengatakan bahwa konsentrasi karbon dioksida di atmosfer naik kurang lebih dua bagian per sejuta (parts per million/ppm) setiap tahun.

Baca Juga: Ini Penjelasan BMKG Soal Munculnya Semburan Lumpur dan Air Panas Usai Gempa Pasaman

"Monitoring yang dilakukan BMKG melalui stasiunnya, stasiun atmosfer global di Bukit Kototabang di Sumatera Barat, menunjukkan tren kenaikan yang sama dengan tren global," katanya.

Menurut hasil pengukuran Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer sebesar 411,1 ppm, mendekati rata-rata global 415,02 ppm.

"Gas-gas lainnya seperti metana dan lain sebagainya konsentrasinya trennya naik dari tahun ke tahun," kata Ardhasena.

Baca Juga: BMKG: Gempa Beruntun Beberapa Waktu Ini Hanya Kebetulan

Dia juga menyoroti kenaikan konsentrasi gas rumah kaca SF6 atau belerang heksafluorida yang tidak secara natural ada di alam, tetapi merupakan hasil dari kegiatan manusia atau antropogenik.

"Murni antropogenik, yang ada dari aktivitas manusia, itu terus menerus naik dari tahun ke tahun," kata Ardhasena tanpa memerinci data kenaikannya.

Gas rumah kaca memerangkap panas di dalam atmosfer, membuat suhu bumi menghangat dan menyebabkan perubahan iklim. Gas-gas yang utamanya menyebabkan efek rumah kaca antara lain karbon dioksida dan metana.

Baca Juga: BMKG: Gempa Banten Bermagnitudo 6,6 Dipicu Aktivitas Subduksi

Ardhasena mengingatkan bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca telah menyebabkan kenaikan temperatur di wilayah Indonesia, meski saat ini peningkatannya masih lebih rendah dibandingkan rata-rata peningkatan suhu global.

Menurut dia, peningkatan suhu antara lain telah menyebabkan es di Puncak Jaya, Papua, mencair dan suhu permukaan esnya berada di atas titik beku, yaitu sekitar 5 derajat Celcius.

Konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bisa ditekan dengan menurunkan emisi emisi gas melalui pengurangan penggunaan energi dari fosil dan peningkatan penggunaan energi terbarukan, penghijauan, pencegahan kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan sampah, dan penerapan sistem budi daya pertanian yang ramah lingkungan.

Baca Juga: BMKG: Awan Merah di Malang dan Mojokerto Hanya Fenomena Optik Atmosfer

Itulah laporan terbaru BMKG yang mendapati konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer Indonesia turs naik dari tahun ke tahun. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak