Penyebab Penurunan Muka Tanah Semarang, Dosen UGM: Akibat Penggunaan Air Berlebihan

Semarang dan Jakarta berada di daerah pesisir yang tanahnya lebih mudah mengalami pemadatan dan akhirnya penurunan tanah.

Agung Pratnyawan

Posted: Senin, 09 Januari 2023 | 16:26 WIB
Pemandangan di Semarang. (Pixabay)

Pemandangan di Semarang. (Pixabay)

Hitekno.com - Dosen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Heri Sutanta menjelaskan apa yang menjadi penyebab penurunan muka tanah di Semarang, Jawa Tengah dan Jakarta.

Menurut Dosen UGM ini, penurunan penurunan muka tanah Semarang dan Jakarta yang terus menerus terjadi disebabkan karena penggunaan air tanah yang melebihi kapasitas.

"Hasil penelitian kami di Semarang, kondisi di Jakarta juga sama, penurunan muka tanah dipercepat oleh pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan melebih kapasitas imbuhannya," ujar Heri Sutanta dimuat Suara.com.

Menurut dosen UGM ini, kota besar di Indonesia seperti Semarang dan Jakarta berada di daerah pesisir yang tanahnya terbentuk dari aluvial karena hasil endapan sungai sehingga lebih mudah mengalami pemadatan dan akhirnya penurunan tanah.

Dari hasil penelitiannya, di daerah tangkapan air Kota Semarang dulunya terdapat banyak kebun, tanah tegalan, dan ruang terbuka, namun kemudian berubah menjadi kompleks perumahan, kawasan industri dan pembangunan infrastruktur lainnya.

"Hal tersebut yang menyebabkan berkurangnya imbuhan di cekungan air tanah (CAT) di Semarang," kata Heri Sutanta.

Dosen UGM ini menyebutkan di Semarang kenaikan air laut global saat ini mencapai 3-5 milimeter per tahun sementara penurunan tanah mencapai 9 cm.

"Ada kenaikan penurunan tanah 30 kali lebih besar dibanding kenaikan air laut global," ujar dia.

Menurut dia, faktor lokal penurunan tanah ini lebih berdampak pada kenaikan relatif permukaan laut di Semarang dan Jakarta.

Bahkan, percepatan penurunan tanah ini menyebabkan dua kota ini sering dilanda banjir saat curah hujan tinggi karena posisi daratan di pesisir lebih rendah daripada air permukaan laut.

Baca Juga: Usung Konsep Smart Farming 4.0, Dosen UGM Raih Hermes Startup Award 2020

Heri berharap posisi daratan pesisir yang lebih rendah dari air permukaan laut ini dapat ditangani secara komprehensif, baik di Semarang maupun Jakarta.

Daerah permukiman dan industri yang ada di kawasan pesisir saat ini, kata dia, dapat dilindungi dengan tanggul laut.

Selanjutnya, kata dia, juga perlu disiapkan banyak pompa untuk mengalirkan air dari drainase ke sungai besar yang aliran airnya menuju laut.

"Harus ada pompa yang disiapkan walaupun membutuhkan biaya operasional yang besar," kata dia.

Menurut Heri Sutanta, di antara kota besar di Indonesia, sementara ini hanya Semarang dan Jakarta yang mengalami proses penurunan tanah yang begitu cepat.

Untuk mengantisipasi terjadinya dampak yang lebih besar di kemudian hari, ia mengusulkan agar pemerintah membuat kebijakan yang komprehensif.

"Kebijakan pertama adalah mengatur pengambilan air tanah dan menjaga imbuhannya melalui perubahan pembatasan penggunaan lahan di daerah tangkapan air. Selanjutnya adalah menanggulangi dampaknya, misalnya pembangunan tanggul pantai untuk melindungi infrastruktur dan warga," kata dia.

Itulah penjelasan dosen UGM soal penggunaan air tanah yang melebihi kapasitas yang menyebabkan penurunan muka tanah Semarang dan Jakarta. (Suara.com/ Liberty Jemadu)

Berita Terkait Berita Terkini

Waspadai modus penipuan terbaru dengan suara tiruan berbasis AI. Pelaku memalsukan suara orang terdekat untuk menipu kor...

sains | 17:00 WIB

Temukan 5 aplikasi edit foto AI terbaik untuk mengubah foto biasa jadi luar biasa. Ulasan lengkap Remini, Picsart, Fotor...

sains | 14:45 WIB

Pelajari cara mudah dan efektif menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas kuliah dan pekerjaan sehari-hari. Panduan ...

sains | 12:00 WIB

Ingin jadi kreator tapi bingung mulai dari mana? Ini dia 8 ide konten video pendek yang dijamin FYP untuk pemula. Dari f...

sains | 12:00 WIB

Seiring pesatnya perkembangan teknologiInternet of Things(IoT), konsep rumah pintar kini jauh lebih terjangkau dan mudah...

sains | 16:09 WIB