Peneliti Ungkap Bahwa Rata-Rata Lelaki Makin Tak Subur selama 40 Tahun Terakhir, Bikin Resah

Hal ini bisa jadi merupakan indikasi adanya mengindikasikan peningkatan risiko penyakit kronis.

Cesar Uji Tawakal
Kamis, 17 November 2022 | 17:24 WIB
Ilustrasi dokter. (Pixabay)

Ilustrasi dokter. (Pixabay)

Hitekno.com - Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction Update mengumpulkan data dari lebih dari 57.000 pria selama 223 studi di 53 negara, menjadikannya meta-analisis terbesar yang pernah dilakukan pada topik tersebut.

Jumlah sperma rata-rata di seluruh dunia turun pada tingkat yang makin cepat setelah berkurang setengahnya selama 40 tahun terakhir, menurut sebuah studi baru yang dipimpin oleh ahli epidemiologi Israel Hagai Levine.

Dilansir dari Sputnik News, jumlah sperma tidak hanya merupakan indikator kesuburan tetapi juga kesehatan pria secara umum: jumlah yang rendah dapat mengindikasikan peningkatan risiko penyakit kronis, kanker testis, dan penurunan umur, kata para peneliti.

Baca Juga: Bocoran HP Lipat Oppo Find N Flip, Bawa Chipset Premium Ini

"Secara keseluruhan, kami melihat penurunan jumlah sperma yang signifikan di seluruh dunia lebih dari 50% dalam 46 tahun terakhir, penurunan yang telah dipercepat dalam beberapa tahun terakhir," kata Levine kepada wartawan.

Meskipun ada penurunan, konsentrasi sperma rata-rata saat ini adalah 49 juta, masih dalam kisaran yang dianggap "normal" oleh Organisasi Kesehatan Dunia, yakni antara 15 dan 200 juta sperma per mililiter.

Ilustrasi dokter. (Pixabay/ Darko Stojanovic)
Ilustrasi dokter. (Pixabay/ Darko Stojanovic)

Meskipun demikian, penelitian ini telah menemukan bahwa itu turun pada tingkat sekitar 1,1 persen setahun.

Baca Juga: FTX Bangkrut Bikin Industri Kripto Kalang Kabut, Perusahaan BlockFI Ikut Terseret

Levine menyarankan bahwa bahan kimia pengganggu endokrin atau faktor lingkungan lainnya mungkin berperan pada penurunan ini, bekerja pada janin di dalam rahim.

"Selain itu, pilihan gaya hidup dan bahan kimia di lingkungan berdampak buruk pada perkembangan janin ini," tambah Levine.

Peneliti juga menyerukan langkah global untuk menghentikan penurunan: "Kami segera menyerukan tindakan global untuk mempromosikan lingkungan yang lebih sehat untuk semua spesies dan mengurangi paparan dan perilaku yang mengancam kesehatan reproduksi kita."

Baca Juga: Hilangkan Curhatan Lama, Begini Cara Hapus Seluruh Tweet dari Akun Twitter

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak