Pengertian Kecepatan Cahaya Menurut Para Ahli dan Sejarahnya

Terobosan penting Albert Einstein tentang sifat cahaya membuka pemahaman baru.

Agung Pratnyawan
Selasa, 01 November 2022 | 10:17 WIB
Ilustrasi cahaya. (Pixabay)

Ilustrasi cahaya. (Pixabay)

Hitekno.com - Sejak zaman kuno, para filosof dan cendekiawan telah berusaha memahami cahaya. Lalu dilanjutkan para ilmuwan yang lebih mendalam mencari tahu berapa kecepatan cahaya, berapa panjangnya dam masih banyak lainnya.

Selain mencoba untuk membedakan sifat dasarnya seperti terbuat dari apa, partikel atau gelombang, dan lain-lain, mereka juga berusaha membuat pengukuran hingga seberapa cepat ia bergerak. Sejak akhir abad ke-17, para ilmuwan telah meneliti dengan akurasi yang meningkat.

Dengan penelitian tersebut, mereka telah memperoleh pemahaman tentang mekanika cahaya dan peran penting yang dimainkannya dalam fisika, astronomi, dan kosmologi. Sederhananya, cahaya bergerak dengan kecepatan luar biasa dan merupakan benda yang bergerak paling cepat di Alam Semesta.

Baca Juga: Proses Terjadinya Pelangi setelah Hujan, Ini yang Perlu Kamu Tahu

Kecepatannya dianggap sebagai penghalang yang konstan dan tidak dapat dipecahkan, dan digunakan sebagai alat pengukur jarak. Cahaya bergerak dengan kecepatan konstan 1.079.252.848,8 (1,07 miliar) km per jam. Itu berarti 299.792.458 m/s, atau sekitar 670.616.629 mph (mil per jam).

Sebagai perbandingan, jika kamu dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan cahaya, kamu akan dapat mengelilingi dunia sekitar 7,5 kali dalam satu detik.

Sementara itu, seseorang yang terbang dengan kecepatan rata-rata sekitar 800 km/jam (500 mph), akan membutuhkan waktu lebih dari 50 jam untuk mengelilingi planet sekali saja.

Baca Juga: Jumlah Warna Pelangi dan Faktor yang Membedakannya, Simak Biar Nggak Penasaran

Untuk memasukkannya ke dalam perspektif astronomi, jarak rata-rata dari Bumi ke Bulan adalah 384.398,25 km (238.854 mil). Jadi cahaya melintasi jarak itu dalam waktu sekitar satu detik.

Sedangkan jarak rata-rata Matahari ke Bumi adalah 149.597.886 km (92.955.817 mil), yang berarti bahwa cahaya hanya membutuhkan waktu sekitar 8 menit untuk melakukan perjalanan itu. Tidak heran mengapa kecepatan cahaya adalah metrik yang digunakan untuk menentukan jarak astronomis.

Ketika kita mengatakan bintang seperti Proxima Centauri berjarak 4,25 tahun cahaya, kita mengatakan bahwa dibutuhkan gerak dengan kecepatan konstan 1,07 miliar km per jam (670.616.629 mph) atau sekitar 4 tahun dan 3 bulan untuk sampai ke sana.

Baca Juga: 7 Fakta Sains tentang Warna Pelangi Ini Wajib Kamu Tau, Dijamin Bikin Penasaran

Sejarah Tentang Kecepatan Cahaya

Albert Einstein. (pixabay/ParentRep)
Albert Einstein. (pixabay/ParentRep)

Terobosan penting Albert Einstein tentang sifat cahaya, dibuat pada tahun 1905, dapat diringkas dalam pernyataan sederhana: Kecepatan cahaya adalah konstan dilansir HiTekno.com dari America Museum of Natural History.

Albert Einstein memiliki wawasan yang tak terduga dan paradok bahwa cahaya dari sumber yang bergerak memiliki kecepatan yang sama dengan cahaya dari sumber yang tidak bergerak.

Baca Juga: NASA: Tidak Ada Pelangi di Mars, Tapi...

Misalnya, berkas cahaya dari mercusuar, dari lampu depan mobil yang melaju kencang, dan dari lampu pada jet supersonik, semuanya bergerak dengan laju konstan seperti yang diukur oleh semua pengamat meskipun ada perbedaan dalam seberapa cepat sumber sinar ini bergerak.

Teori Relativitas Khusus didasarkan pada pengakuan Albert Einstein bahwa kecepatan cahaya tidak berubah bahkan ketika sumber cahaya bergerak.

Meskipun mungkin tampak logis untuk menambahkan kecepatan sumber cahaya dan kecepatan berkas cahaya untuk menentukan kecepatan total, cahaya tidak bekerja dengan cara ini.

Tidak peduli seberapa cepat Albert Einstein mengendarai sepedanya, cahaya yang datang dari lampu depannya selalu bergerak dengan kecepatan yang sama.

Kontributor: Pasha Aiga Wilkins
Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak