Astronom Ingin Memancing Meteorit dari Laut Pakai Magnet

CNEOS 2014-01-08, meteorit yang menghantam Bumi 2014 silam.

Agung Pratnyawan
Selasa, 16 Agustus 2022 | 12:15 WIB
Ilustrasi meteor yang menuju atmosfer Bumi. (Pixabay/ A Owen)

Ilustrasi meteor yang menuju atmosfer Bumi. (Pixabay/ A Owen)

Hitekno.com - Para astronom menyampaikan rencana untuk memancing meteorit yang jatuh ke laut menggunakan batuan magnet. Seperti apa detail rencana ini.

Diwartakan Suara.com, Meteorit ini berasal dari sistem bintang lain yang menabrak Samudra Pasifik dengan energi yang setara sekitar 121 ton TNT.

Dikenal sebagai CNEOS 2014-01-08, tim astronom dari Universitas Harvard berharap dapat menemukan pecahan batu antarbintang yang menghantam Bumi pada 8 Januari 2014 ini.

Baca Juga: Berbekal Meteorit Mars, Ilmuwan Cari Adanya Tanda-tanda Kehidupan

"Menemukan fragmen seperti itu akan menjadi kontak pertama yang dilakukan umat manusia dengan material yang lebih besar dari debu luar tata surya," kata Amir Siraj, astrofisikawan di Universitas Harvard, dikutip dari Live Science, Senin (15/8/2022).

Siraj mengidentifikasi asal-usul objek tersebut dalam studi 2019 dengan keyakinan 99,999 persen, tetapi baru pada Mei 2022 dikonfirmasikan ke Siraj oleh Komando Luar Angkasa Amerika Serikat.

Tidak ada saksi yang diketahui mengenai objek yang menabrak Bumi tersebut.

Baca Juga: Ditemukan Kawah Meteorit Mirip yang Ada di Bulan

"Itu menghantam atmosfer sekitar 160 kilometer di lepas pantai Papua Nugini pada tengah malam, kekuatannya setara dengan sekitar 1 persen energi bom Hiroshima," tambah Siraj.

CNEOS 2014-01-08. [Harvard.edu]
CNEOS 2014-01-08. [Harvard.edu]

CNEOS 2014-01-08 berukuran 0,5 meter dan tampaknya menjadi objek antarbintang pertama yang pernah ditemukan di tata surya.

CNEOS 2014-01-08 diperkirakan berasal dari sistem bintang lain karena bergerak dengan kecepatan 60 kilometer per detik relatif terhadap Matahari.

Baca Juga: Meteorit Jatuh di Kamar, Nyaris Kena Penghuninya

Objek tersebut terlalu cepat untuk terikat oleh gravitasi Matahari.

Dalam misi terbaru, Siraj dan rekan-rekannya akan melakukan ekspedisi senilai 1,6 juta dolar AS untuk menurunkan magnet ke lokasi di mana meteorit tersebut jatuh.

Menurut Siraj, CNEOS 2014-01-08 jauh melebihi kekuatan material meteorit besi biasa, yang seharusnya membuatnya lebih mudah untuk dipulihkan.

Baca Juga: Ditemukan Meteorit Seberat 14 KG, Mengandung Mineral yang Tak Ada di Bumi

Kekuatan material sendiri mengacu pada seberapa mudah sesuatu dapat menahan deformasi atau kerusakan oleh beban.

Menurut Siraj, kebanyakan meteorit mengandung besi yang cukup sehingga itu akan menempel pada jenis magnet yang akan kami gunakan pada ekspedisi laut.

Ilustrasi meteor. (Shutterstock)
Ilustrasi meteor. (Shutterstock)

"Mengingat kekuatan materialnya yang sangat tinggi, kemungkinan besar fragmen CNEOS 2014-01-08 bersifat feromagnetik," tutup Siraj.

Proyek yang disebut Galileo ini akan menggunakan kapal dengan bantuan kereta luncur magnet.

Itu akan ditarik sepanjang dasar laut pada kedalaman 1,7 km selama 10 hari.

Diharapkan magnet dapat memulihkan fragmen kecil meteorit berukuran 0,004 inci.

Namun, belum ada kejelasan kapan para astronom akan dapat melakukan ekspedisi tersebut, mengingat dana yang dibutuhkan.

Itulah rencana astronom yang ingin memancing meteroit yang jatuh ke laut dengan batuan magnet. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak