Terjadi Sebentar Lagi, Ini 5 Fakta Menarik Super Blood Moon

Super Blood Moon bisa disaksikan oleh penduduk Bumi pada 26 Mei 2021.

Rezza Dwi Rachmanta
Senin, 24 Mei 2021 | 22:00 WIB
Ilustrasi artistik Blood Moon. (Pixabay/ Frauke Riether)

Ilustrasi artistik Blood Moon. (Pixabay/ Frauke Riether)

Hitekno.com - Sebentar lagi, tepatnya pada 26 Mei 2021, penduduk Bumi akan disuguhi dengan fenomena Gerhana Bulan Total yang dijuluki Super Blood Moon. Mengingat fenomena ini cukup jarang terjadi, berikut kami sajikan lima fakta menarik mengenai Super Blood Moon.

Dikutip dari situs resmi BMKG, Gerhana Bulan adalah peristiwa terhalanginya sinar Matahari oleh Bumi, sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan, dilihat dari Bumi.

Sementara Gerhana Bulan Total berlangsung saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal ini terjadi saat Bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak Gerhana Bulan Total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah (terkenal dengan istilah Blood Moon).

Baca Juga: Terjadi Pas Waisak, Wilayah di Indonesia Ini Bisa Lihat Gerhana Bulan Total

Karena posisi Bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan Bumi (Perigee), maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon.

Sehingga, Gerhana Bulan Total tanggal 26 Mei 2021 dikenal juga dengan Super Blood Moon, karena terjadi saat Bulan di Perigee (Bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi).

Berikut lima fakta menarik fenomena Super Blood Moon yang akan terjadi pada 26 Mei 2021:

Baca Juga: Ilmuwan: Hiu Gunakan Medan Magnet Bumi Sebagai "GPS"

1. Super Blood Moon Berwarna Merah

Sumber: Timeanddate.com
Blood Moon. (Timeanddate.com)

 

Dikutip dari Space.com, warna kemerahan Bulan disebabkan oleh atmosfer Bumi. Atmosfer cenderung menyebarkan cahaya biru, itu salah satu alasan mengapa langit tampak biru dari permukaan Bumi.

Baca Juga: Roket China Akhirnya Jatuh ke Bumi, Petinggi NASA Lempar Kritikan

Saat Bumi melintas di antara Matahari dan Bulan, cahaya dari Matahari melewati atmosfer Bumi dan cahaya biru tersebar.

Selama Gerhana Bulan Total, Bumi akan berada di antara Matahari dan Bulan, menghalangi cahaya Matahari mencapai Bulan. Selain itu, cahayanya dibiaskan dan difokuskan ke Bulan. Cahaya akan menghantam Bulan dan dipantulkan kembali ke Bumi.

Oleh karena itu, pengamat melihat fenomena alam Bulan berubah menjadi warna kemerahan seperti darah.

Baca Juga: Lengkap, Ini Jadwal Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari 2021

2. Banyaknya Warna Merah Tergantung Kondisi Atmosfer

Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 atau Super Blood Moon. (Dokumen BMKG)
Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 atau Super Blood Moon. (Dokumen BMKG)

 

Bagaimana Bulan berwarna merah muncul tergantung pada seberapa banyak polusi, tutupan awan atau puing-puing yang ada di atmosfer. Misalnya, jika gerhana terjadi tak lama setelah letusan gunung berapi, partikel di atmosfer akan membuat Bulan nampak lebih gelap dari biasanya.

Meskipun terdapat planet dan satelitnya di seluruh Tata Surya, hanya Bumi yang cukup beruntung untuk mengalami Gerhana Bulan karena bayangannya cukup besar untuk menutupi Bulan sepenuhnya.

Bulan perlahan-lahan menjauh dari planet kita (dengan kecepatan sekitar 1,6 inci atau 4 sentimeter setahun) dan situasi ini tidak akan bertahan selamanya. Ada kira-kira dua hingga empat Gerhana Bulan setiap tahun, menurut NASA, dan masing-masing terlihat di sekitar setengah Bumi.

3. Blood Moon Akan Berada di Dekat "Bintang Super Raksasa Merah"

Ilustrasi Super Blood Moon. (Pixabay/ Ulrike Bohr)
Ilustrasi Super Blood Moon. (Pixabay/ Ulrike Bohr)

 

Selama gerhana, Bulan akan berada di konstelasi Scorpius, sekitar 5 derajat dari bintang besar yang disebut Antares. Dikutip dari Forbes, menurut ilmuwan, itu adalah bintang ke-15 paling terang di langit malam dan sangat kemerahan jika dilihat dengan mata telanjang.

Antares yang berarti "saingan Mars", berjarak 600 tahun cahaya dengan ukuran sekitar 700 kali lebih besar dari Matahari.

4. Lingkar Pasifik Akan Mendapatkan Pemandangan Terbaik

Peta Fase Super Blood Moon. (xjubier.free.fr)
Peta Fase Super Blood Moon. (xjubier.free.fr)

 

Keseluruhan fase gerhana secara lengkap (dengan pemandangan terbaik) hanya akan terlihat oleh orang-orang di sekitar Lingkar Pasifik, dari pantai barat AS hingga Pasifik Selatan, Selandia Baru, Australia, dan Asia Timur.

Di Indonesia sendiri, Awal Gerhana Bulan mulai pukul 15.46.12 WIB, 16.46.12 WITA, 17.46.12 WIT yang melintas memotong Papua bagian tengah, sehingga pengamat di provinsi Papua dapat menyaksikan seluruh proses terjadinya Gerhana Bulan Total ini.

Puncak Gerhana Bulan terjadi pukul 18.18.43 WIB , 19.18.43 WITA , 20.18.43 WIT, dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di sebagian kecil Riau, sebagian Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.

5. Beberapa Blood Moon Terjadi Dalam 10 Tahun ke Depan

Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021. (Dokumen BMKG)
Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021. (Dokumen BMKG)

 

Fenomena Blood Moon akan terjadi dalam area tertentu di Bumi dalam waktu yang tertentu pula. Pada rentang 2021 hingga 2030, ilmuwan mencatat beberapa Blood Moon yang bisa disaksikan oleh penduduk Bumi.

Berikut beberapa waktu Blood Moon yang bakal terjadi dalam 10 tahun ke depan dikutip dari Space.com:

  • 26 Mei 2021: Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia, dan Pasifik
  • 16 Mei 2022: Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, dan Afrika
  • 8 November 2022: Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia, dan Pasifik
  • 14 Maret 2025: Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Afrika, dan Pasifik
  • 7 September 2025: Eropa, Afrika, Asia dan Australia
  • 3 Maret 2026: Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia, dan Pasifik
  • 31 Desember 2028: Eropa, Afrika, Asia, Australia, dan Pasifik
  • 26 Juni 2029: Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah
  • 20 Desember 2030: Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Afrika, dan Asia

Itulah tadi lima fakta menarik mengenai fenomena Super Blood Moon yang terjadi pada 26 Mei 2021 mendatang, tertarik untuk menyaksikannya?

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak