Penelitian Gabungkan Sel Manusia dengan Monyet, Apakah Etis?

Meski murni penelitian biomedis, namun timbul kekhawatiran kuno tentang "chimera".

Rezza Dwi Rachmanta
Senin, 17 Mei 2021 | 10:30 WIB
Ilustrasi monyet. (Pixabay/ Alexa Fotos)

Ilustrasi monyet. (Pixabay/ Alexa Fotos)

Hitekno.com - Tim peneliti dari AS dan China baru saja berhasil menggabungkan sel induk manusia ke dalam embrio monyet. Penelitian itu lantas memicu perdebatan dan berbagai pandangan dari ilmuwan lain.

Seperti yang telah diketahui, makhluk hibrida campuran manusia dan hewan atau dikenal sebagai chimera telah menjadi mitos serta legenda tersendiri.

Kita pasti mengenal Minotaur, makhluk mitologi Yunani berupa monster berbentuk manusia dengan kepala banteng. Makhluk lain seperti Centaur dan juga putri duyung menjadi legenda tersendiri dalam kisah turun temurun.

Baca Juga: Elon Musk Pasang Chip ke Monyet, Membuatnya Bisa Main Game dengan Telepati

Dilansir dari Guardian, laporan terbaru dari ahli biologi yang mencampurkan sel manusia dengan monyet memicu sebuah "kekhawatiran kuno", terutama memancing pertanyaan mengenai makhluk apa yang nantinya akan tercipta?

Sang ilmuwan yang menggabungkan sel manusia dengan monyet sendiri mengaku bahwa mereka tak ingin menciptakan monster. Tujuan utama mereka berfokus pada kesehatan mengingat apabila penelitian berhasil maka penumbuhan organ bisa sangat membantu terkait operasi transplantasi.

Ilustrasi monyet dan babi. (Pixabay)
Ilustrasi monyet dan babi. (Pixabay)

Pada 2017, sebuah tim yang dipimpin oleh Juan Carlos Izpisua Belmonte di Salk Institute di La Jolla, California, menunjukkan bahwa sel punca manusia (stem cells) yang ditambahkan ke embrio babi dapat bertahan hingga empat minggu.

Baca Juga: Mencoba Ngerjain Monyet, Remaja Ini Malah Kena "Karma Instan"

Sel-sel manusia tumbuh hanya dalam proporsi yang kecil dan menyusut, tidak cukup untuk menghasilkan jaringan dan organ manusia.

Izpisua Belmonte menduga itu karena hubungan kita terlalu jauh dengan babi. Itulah mengapa saat ini dia dan rekan-rekannya, berkolaborasi dengan grup Weizhi Ji di Kunming University of Science and ology, Yunnan, China membuat "chimera " manusia-monyet.

Dari 132 embrio chimeric yang dibuat dan dibudidayakan para peneliti dalam sebuah cawan, sebagian besar mati sebelum hari ke-17 setelah pembuahan.

Baca Juga: Gunakan Gen Manusia, Ilmuwan Berhasil Memperbesar Otak Monyet

Ilustrasi tangan gorila. (Pixabay/ Alexa Photos)
Ilustrasi tangan gorila. (Pixabay/ Alexa Photos)

Hanya tiga yang masih hidup pada hari ke-19. Tetapi para peneliti mengatakan bahwa secara umum, sel-sel manusia nampak berintegrasi lebih baik dengan sel-sel monyet daripada yang mereka miliki pada embrio babi.

Beberapa embrio masih memiliki sekitar 4-7 persen sel manusia pada hari ke-15. Penelitian mengenai campuran sel manusia dan monyet ini memancing beragam pendapat dari ilmuwan lain.

"Yang penting bagi saya adalah ke mana perginya sel manusia dan berapa jumlahnya. Jika kita membatasi mereka secara eksklusif pada organ yang diinginkan, seperti pankreas, tidak apa-apa. Tikus dengan pankreas yang terbuat dari sel manusia sama sekali bukan 'manusia'. Tetapi untuk tikus dengan sel punca manusia yang tersebar di semua jaringan, jawabannya tidak begitu jelas. Dan untuk seekor monyet, segalanya menjadi lebih kabur," kata ahli biologi Marta Shahbazi dari Universitas Cambridge.

Baca Juga: Ilmuwan Teliti Lukisan Monyet Biru 3.600 Tahun dari Masa Yunani Kuno

Ilustrasi sel manusia (merah) pada embrio monyet. (Kunming University of Science and ology)
Ilustrasi sel manusia (merah) pada embrio monyet. (Kunming University of Science and ology)

Hiromitsu Nakauchi seorang ahli biologi asal Jepang berpendapat bahwa etika eksperimen semacam itu paling rumit jika menghasilkan hewan yang ambigu, seperti "babi dengan wajah manusia atau otak manusia".

Itu mungkin mustahil mengingat jarak evolusioner antara babi dan manusia, tetapi bagi monyet ini menjadi semacam kurang jelas.

"Jadi kita harus harus menghindari membuat chimera manusia-hewan dengan komponen manusia yang besar. Mungkin menggunakan sel punca manusia yang dimodifikasi secara genetik yang tidak dapat membuat sel otak," kata Nakauchi.

Eksperimen ilmuwan mengenai sel manusia yang dikembangkan pada embrio monyet bertujuan untuk penelitian biomedis, pemahaman mengenai perkembangan penyakit hingga membuka kesempatan dalam mengatasi kekurangan pasokan organ untuk transplantasi.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak