Ini yang Bisa Terjadi Jika Puing Luar Angkasa Menghantam Bumi

RoketLong March 5B milik China tengah melesat tak terkendali memasuki Bumi.

Agung Pratnyawan
Jum'at, 07 Mei 2021 | 16:30 WIB
China meluncurkan roket Long March-5. (CNSA)

China meluncurkan roket Long March-5. (CNSA)

Hitekno.com - Long March 5B, Roket China tengah menjadi perhatian para ahli. Pasalnya kini sedang meluncur tak terkendali menuju Bumi dan tidak diketahui kapan tibanya.

Roket Long March 5B ini berpotensi menghantam Bumi dengan lokasi yang masih belum bisa diperhitungkan.

Roket tersebut digunakan untuk membawa modul inti Tianhe, stasiun luar angkasa pertama China.

Baca Juga: Bakal Jatuh Ke Bumi, Roket China Berpontensi Hantam Wilayah Berpenduduk

Meskipun pembuat roket biasanya melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari puing-puing roket yang jatuh, Inverse mengatakan bahwa roket Long March 5B dibangun tanpa penguat kemudi, sistem stabilisasi, dan mesin yang dapat dimulai ulang.

Walau begitu, puing luar angkasa yang jatuh kembali ke Bumi adalah kejadian yang cukup umum.

Menurut Layanan Satelit Lingkungan, Data dan Informasi (NESDIS) National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), rata-rata antara 200 dan 400 objek terlacak memasuki atmosfer Bumi setiap tahun.

Baca Juga: Berhasil Diluncurkan, Roket SpaceX Starship Meledak Saat akan Mendarat

Sebagian besar puing-puing luar angkasa yang terus menumpuk sejak 4 Oktober 1957 akan terbakar di atmosfer Bumi saat jatuh.

Roket Long March 5. (Wikipedia/ Huang Zhu)
Roket Long March 5. (Wikipedia/ Huang Zhu)

Dari jutaan puing-puing luar angkasa diperkirakan mengorbit planet ini, sekitar 30.000 puing lebih besar dari softball dan hanya sekitar 1.000 puing yang merupakan pesawat ruang angkasa sebenarnya.

Objek-objek tersebut dipantau oleh Space Surveillance Network (SSN) militer Amerika Serikat dan Kantor Program Debris Orbital NASA menggunakan radar, teleskop, dan sistem berbasis luar angkasa lainnya.

Baca Juga: Ikut Misi NASA ke Bulan, Blue Origin Uji Coba Roket New Shepard

Meskipun kecil, namun jika puing tersebut mengorbit kecepatan tinggi, itu juga dapat membahayakan satelit.

Laporan National Geographic menyebut bahwa sebagian besar sampah antariksa berada di orbit Bumi yang lebih rendah, sekitar 1.250 mil di atas permukaan planet.

Menurut Space.com, berapa lama puing-puing luar angkasa jatuh kembali ke Bumi, tergantung pada ketinggiannya.

Baca Juga: Waduh, Roket China Nyaris Tabrak Rongsokan Satelit Soviet

Puing-puing yang berada di orbit di bawah 370 mil biasanya jatuh kembali ke Bumi dalam jangka waktu beberapa tahun.

Jika berhasil melewati atmosfer, puing umumnya akan jatuh di lautan yang menutupi 70 persen permukaan Bumi.

Momen peluncuran roket China, Long March 5 pada 27 Desember 2019. (YouTube/ SciNews)
Momen peluncuran roket China, Long March 5 pada 27 Desember 2019. (YouTube/ SciNews)

Data yang dicatat selama lebih dari 50 tahun menunjukkan, rata-rata satu bagian puing jatuh kembali ke Bumi setiap hari.

Meskipun tidak ada kematian yang dikonfirmasi atau cedera serius dari orang-orang yang terkena puing-puing luar angkasa.

Namun, puing-puing antariksa tetap dapat menyebabkan kerusakan tergantung lokasi pendaratannya.

Dilansir dari New York Post, Jumat (7/5/2021), catatan puing antariksa yang pernah jatuh ke daratan terjadi pada 1979, ketika Skylab seberat hampir 100 ton milik NASA jatuh di kota kecil di Australia.

Stasiun luar angkasa Salyut-7 seberat 43 ton milik Uni Soviet juga pernah jatuh di Argentina pada 1991 dan pada Mei lalu, roket China Long March 5B lainnya menjatuhkan puing-puing di atas Ivory Coast, Afrika, setelah seminggu berada di orbit Bumi yang rendah.

Itulah pantauan para ahli yang menyoroti roket Long March 5B milik China karena berpotensi menghantam Bumi. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak