Misi Luar Angkasa China, Tianwen-1 Siap Mendarat di Mars

Tidak mendarat begitu saja, Tianwen-1 masih menjalani persiapan.

Agung Pratnyawan
Selasa, 23 Februari 2021 | 07:45 WIB
Penjelajah Mars milik China, Tianwen-1. (CNSA)

Penjelajah Mars milik China, Tianwen-1. (CNSA)

Hitekno.com - Tianwen-1, pesawat luar angkasa milik China ini tengah menjalani misi penjelajahan Mars. Dan kini dikabarkan tengah menyiapkan misi pendaratan di planet merah tersebut.

Meski begitu, Tianwen-1 ini tidaklah langsung mendarat begitu saja di Mars. Untuk saat ini sedang mengorbit di planet tersebut untuk melakukan persiapan.

Misi eksplorasi ini dijadwalkan melakukan pemeriksaan sistematis peralatan onboard setelah menyesuaikan orbitnya dalam persiapan untuk pendaratan Mars pertama di China pada akhir 2021 mendatang.

Baca Juga: Perseverance NASA Kirim Foto Pertama, Bagaimana Rupa Kawah Jezero Mars?

Pengorbit Tianwen-1 menggunakan mesin 3.000 newton pada 15 Februari untuk menempatkan dirinya di orbit kutub di sekitar Planet Merah.

Dengan bobot 5 metrik ton, Tianwen-1 akan melakukan beberapa penyesuaian orbital lagi sebelum menempatkan dirinya di orbit tempat pengorbit misi akan melakukan survei awal, terhadap calon area pendaratan.

Pengorbit Mars akan melepaskan kapsul pendaratan yang berisi penjelajah Tianwen-1 pada Mei atau Juni mendatang.

Baca Juga: Perseverance Mendarat di Mars, Siap Buru Tanda Kehidupan Kuno

Penjelajah yang belum diketahui namanya itu akan keluar dari pendarat ke permukaan Mars beberapa hari setelah pendaratan.

Orbit Tianwen-1. [Sciencedirect]
Orbit Tianwen-1. [Sciencedirect]

Setidaknya selama 92 hari Mars, penjelajah tersebut akan melakukan survei Mars dengan resolusi tinggi.

Misi pertama dari rencana eksplorasi Mars China, Tianwen-1 akan melakukan studi komprehensif tentang Planet Merah dengan mengorbit, mendarat, dan menjelajahi Mars, melakukan studi magnetosfer dan ionosfer Mars, serta mempelajari permukaan dan bawah permukaan planet.

Baca Juga: Terdeteksi Reaksi Kimia di Mars, Pertama Kali Bisa Terlihat

Sementara itu, mencari es air di bawah permukaan Mars adalah tugas dari Mars Orbiter Subsurface Investigation Radar (MOSIR) milik Tianwen-1.

"MOSIR dimaksudkan untuk mencari air es dan air cair yang mungkin terkait dengan tanda-tanda kehidupan di endapan berlapis kutub, situs pendaratan atau penjelajah Tianwen-1, dan area terpilih lainnya," kata Zou Yongliao, wakil direktur Pusat Sains Antariksa Nasional di Akademi Ilmu Pengetahuan China.

Dilansir dari Space.com, Minggu (21/2/2021), insinyur dan ilmuwan luar angkasa China telah memilih calon zona pendaratan di wilayah yang relatif datar di bagian selatan Utopia Planitia.

Baca Juga: Inilah Negara Arab Pertama yang Bisa Sampai di Mars

Proses pendaratan penjelajah juga memiliki risiko dan tidak dapat diprediksi. Kendaraan itu akan masuk mengalami perlambatan dan membuka parasutnya dengan kecepatan melambat menjadi kurang dari 100 meter per detik.

"Prosesnya akan memakan waktu sekitar 80 hingga 100 detik. Saat mencapai 100 meter di atas permukaan Mars, itu akan memasuki tahap melayang," ucap Tan Zhiyun, wakil kepala perancang wahana Mars dengan China Aerospace Science and ology Corporation.

Foto selfie Tianwen-1, pesawaat antariksa China yang sedang dalam perjalanan menuju Mars. [Dok CNSA]
Foto selfie Tianwen-1, pesawaat antariksa China yang sedang dalam perjalanan menuju Mars. [Dok CNSA]

Saat itu, sistem sensor jarak dan kecepatan gelombang mikro akan melakukan pengukuran permukaan dan kamera laser tiga dimensi akan mengambil gambar permukaan area pendaratan.

Seluruh proses pendaratan akan memakan waktu sekitar sembilan menit, di mana wahana ini akan memperlambat kecepatannya dari 11.000 mph hingga berhenti.

Itulah persiapan Tianwen-1, misi penjelajahan Mars oleh China yang sedang bersiap-siap melakukan pendaratan di planet merah tersebut. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak