Lawan Demam Berdarah, Dilepas 750 Juta Ekor Nyamuk Mutan

Tentunya, pelepasan nyamuk mutan ini mendapat tentangan.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 22 Agustus 2020 | 06:30 WIB
Ilustrasi nyamuk. (pixabay/francok35)

Ilustrasi nyamuk. (pixabay/francok35)

Hitekno.com - Dalam rangka melawan populasi nyamuk Aedes aegypt, pembawa virus demam berdarah, demam kuning, dan Zika, dilepaskan 750 juta ekor nyamuk mutan yang merupakan hasil rekayasa genetika.

Pelepasan nyamuk mutan ini dilakukan di wialayah Florida, Amerika Serikat. Yang nantinya akan mengurani populasi nyamuk pembawa penyakit demam berdarah dan lainnya.

Pada Selasa (18/8/2020), Distrik Pengendali Nyamuk Florida Keys telah memberikan izin Oxitec, sebuah perusahaan Inggris, untuk melepas 750 juta ekor nyamuk Aedes aegypti yang telah direkayasa, selama dua tahun.

Baca Juga: Cicak Berukuran Jumbo Ditemukan, Netizen: Dia Makan Nyamuk Pakai Nasi Kali

Rencana ini memicu pro dan kontra. Para pendukung mengatakan bahwa pelepasan nyamuk-nyamuk hasil rekayasa genetika itu bisa menyelamatkan banyak nyawa manusia. Sementara para penentang menyebut serangga yang akan dilepas itu sebagai mutan yang akan membahayakan ekosistem.

Basmi nyamuk betina

Ilustrasi nyamuk. (Pixabay)
Ilustrasi nyamuk. (Pixabay)

Nyamuk-nyamuk itu akan dilepas di Florida Keys setelah memperoleh izin dari pemerintah federal AS. Pada Mei lalu Oxitec telah menerima izin dari Badan Lingkungan Hidup AS untuk memproduksi OX5034, nyamuk jantan Aedes aegypti yang telah direkayasa.

Baca Juga: Peneliti Buat Jamur untuk Bunuh Nyamuk Malaria

Nyamuk Aedes aegypti OX5034 dikembangkan bersama oleh Oxitec bersama Universitas Oxford, demikian diwartakan BBC.

Diketahui bahwa hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang menggigit manusia, karena mereka butuh darah untuk memproduksi telur. Adapun nyamuk jantan hanya hidup dari nektar yang diperoleh dari tumbuhan.

Nyamuk jantan yang telah mengalami rekayasa genetika diharapkan kawin dengan nyamuk-nyamuk betina tersebut.

Baca Juga: Tak Ingin Membunuh, Bule Cantik Ini Rela Mati Digigit Nyamuk

Rekayasa genetika membuat nyamuk jantan membawa sebuah protein yang akan membunuh semua anak nyamuk berjenis kelamin betina, dan hanya menyisakan anak-anak nyamuk jantan.

Harapannya seiring waktu, populasi nyamuk Aedes aegypti di area tersebut akan berkurang dan dengan demikian penyakit-penyakit yang dibawanya juga akan musnah.

Ditentang

Baca Juga: Cosplay Fogging, Nyamuk Nggak Lari Malah Ketawa

Rencana ini, di sisi lain, ditentang oleh banyak orang. Sudah hampir 240.000 orang meneken petisi di Change.org menolak rencana ini. Mereka menuding Oxitec menggunakan AS sebagai kelinci percobaan untuk serangga-serangga mutan.

"Pelepasan nyamuk-nyamuk yang telah direkayasa genetika ini akan menempatkan warga Florida, lingkungan hidup, dan spesies yang terancam punah di tengah pandemi," kata Friends of the Earth, organisasi pecinta lingkungan yang menggagas petisi itu.

Para penentang mengatakan bahwa proyek itu akan membawa efek samping berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Ditakutkan program tersebut malah akan melahirkan jenis nyamuk hibrida yang kebal terhadap racun serangga.

Selain itu dikhawatirkan bahwa punahnya nyamuk akan mengancam keberlangsungan binatang lain yang hidup dengan memangsa serangga-serangga tersebut dan pada akhirnya mengancam ekosistem Florida secara keseluruhan.

Tetapi kekhawatiran itu ditepis Oxitec. Mereka mengatakan bahwa tidak ada efek samping serius terhadap manusia serta lingkungan hidup. Menurut perusahaan itu, binatang pemakan nyamuk akan bisa mencari serangga lain sebagai sumber makanan mereka.

Oxitec juga mengatakan bahwa mereka telah menggelar uji coba di Brasil dan di sana tidak ditemukan efek samping yang berbahaya terhadap manusia. Dalam uji coba di Brasil itu, Oxitec berhasil menumpas populasi Aedes aegypti hingga di atas 90 persen.

"Kami telah melepas lebih dari 1 miliar nyamuk selama beberapa tahun terakhir. Tidak ada risiko potensial bagi manusia dan lingkungan hidup," kata Oxitec.

Itulah pelepasan 750 juta nyamuk mutah hasil rekayasa genetika guna melawan demam berdarah dan penyakit lainnya. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak