Misi Luar Angkasa China Ke-22, Luncurkan Satelit Observasi Baru

Satelit yang diluncurkan Roket Long March 2D itu merupakan misi luar angkasa China yang ke-22, menambah laju percepatan program luar angkasa pada 2020.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 08 Agustus 2020 | 06:00 WIB
Ilustrasi satelit. (Pixabay)

Ilustrasi satelit. (Pixabay)

Hitekno.com - China jadi salah satu negara yang getol mengadakan misi luar angkasa. Termasuk paling baru telah melakukan peluncuran satelit observasi Bumi.

Peluncura satelit observasi Bumi ini baru saja dilakukan pada Kamis (6/8/2020) bersama dengan satelit pendamping kecil dari Universitas Tsinghua, Beijing.

Satelit yang diluncurkan Roket Long March 2D itu merupakan misi luar angkasa China yang ke-22, menambah laju percepatan program luar angkasa pada 2020.

Baca Juga: Tuntaskan Misi, Astronot NASA Lakukan Spacewalk di Stasiun Luar Angkasa

Lepas landas dari Jiuquan di Gurun Gobi pada 12.01 malam waktu setempat, muatan utama roket adalah Gaofen 9 (04), sebuah satelit observasi optik yang mampu mengambil gambar resolusi tinggi dan menampilkan fitur-fitur berukuran 1 meter.

Data yang dikumpulkan satelit itu akan menginformasikan survei tanah atau permukaan, perencanaan kota, konfirmasi hak atas tanah, desain jaringan jalan, estimasi hasil panen, hingga pencegahan dan mitigasi bencana.

Dilansir dari Live Science pada Jumat (7/8/2020), Gaofen 9 adalah satelit keempat diluncurkan, di mana dua pendahulunya telah meluncur tahun ini.

Baca Juga: Mulai 2023, Rusia Siap Angkut Wisatawan ke Luar Angkasa

Satelit akan bergabung dengan suite Gaofen yang lebih besar dan satelit pengamat Bumi lainnya sebagai bagian dari Sistem Observasi Bumi Resolusi Tinggi (CHEOS) China.

Para insinyur berpotret di depan 50th Long March 2D. [Image credit: SAST/CASC].
Para insinyur berpotret di depan 50th Long March 2D. [Image credit: SAST/CASC].

Satelit pendamping kecil yang turut diluncurkan bersama adalah satelit ilmiah gravitasi dan atmosfer Tsinghua atau disebut Q-SAT.

Proyek ini akan memverifikasi teknologi dan bertugas untuk mengukur kepadatan atmosfer serta mengumpulkan data medan gravitasi.

Baca Juga: Saat di Luar Angkasa, Bagaimana Cara Astronot Buang Air?

Satelit Gaofen 9 (04) dikembangkan dan diproduksi China Aerospace Science and ology Corporation (CASC), sementara roket peluncurannya milik Academy of Spaceflight ology (SAST).

Peluncuran ini merupakan peluncuran yang ke-50 untuk Long March 2D, di mana roket memulai debutnya pada Agustus 1992.

Roket ini hanya pernah mengalami satu kegagalan parsial pada 2016, ketika tiga satelit dikirim ke orbit yang lebih rendah dari yang dimaksudkan.

Baca Juga: China Sukses Selesaikan Proyek Luar Angkasa Terbesar, Apa Itu?

Peluncuran Long March 2D dari Jiuquan menggendong Gaofen 9 (04) dan Q-SAT pada 6 Agustus 2020. [Image credit: CASC].
Peluncuran Long March 2D dari Jiuquan menggendong Gaofen 9 (04) dan Q-SAT pada 6 Agustus 2020. [Image credit: CASC].

Selain peluncuran ini, China juga telah melakukan 22 peluncuran lainnya pada 2020, termasuk uji terbang Long March 5B untuk misi stasiun luar angkasa dan peluncuran misi Tianwen-1 ke Mars. Sayangnya, tiga dari 22 peluncuran tadi mengalami kegagalan.

Menurut laporan, CASC mengatakan bahwa China akan menargetkan sekitar 40 peluncuran pada 2020.

Itulah misi luar angkasa China terbaru yang telah meluncurkan satelit observasi Bumi. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak