Chimera, Makhluk Campuran Babi dan Monyet Ciptaan Ilmuwan China

Tujuan besar dari eksperimen chimera ini adalah menumbuhkan organ-organ manusia dalam tubuh binatang untuk dipanen saat dibutuhkan dalam operasi donor organ.

Agung Pratnyawan
Selasa, 10 Desember 2019 | 16:57 WIB
Ilustrasi monyet dan babi. (Pixabay)

Ilustrasi monyet dan babi. (Pixabay)

Hitekno.com - Para ilmuwan China kembali melakukan eksperimen kontroversial. Kali ini mereka menciptakan Chimera, makhluk campuran antara babi dan monyet.

Seperti diwartakan New Scientist, dalam eksperimen kontroversial ini para ilmuwan China mengembangkan penggabungan DNA dua makhluk yang berbeda.

Dalam eksperimen kontroversial itu berhasil dilahirkan sepasang babi yang di dalam tubuhnya terkandung DNA monyel. Dalam foto yang ditayangkan, terlihat chimera itu memang berbentuk seperti anak babi biasa.

Baca Juga: Mengenal Garlic 2.0, Kucing Pertama Hasil Kloning Ilmuwan China

Chimera sendiri adalah mahluk yang memiliki DNA dari dua binatang berbeda. Adapun sepasang babi dengan campuran DNA monyet tersebut hanya bertahan hidup kurang dari satu pekan.

"Ini adalah laporan pertama terkait studi jangka panjang chimera babi - monyet," kata Tang Hai, peneliti pada Laboratorium Sel Punca dan Biologi Reproduktif Utama Negara, China yang berpusat di Beijing.

Tujuan besar dari eksperimen chimera ini adalah menumbuhkan organ-organ manusia dalam tubuh binatang untuk dipanen saat dibutuhkan dalam operasi donor organ.

Baca Juga: Ilmuwan China Kembangkan Kamera yang Bisa Tangkap Foto dari Jarak 45 KM

Jika berhasil studi ini akan membantu jutaan pasien yang membutuhkan donasi organ tubuh di dunia.

Chimera, gabungan monyet dan babi hasil ciptaan ilmuwan China. (Twitter/ newscientist)
Chimera, gabungan monyet dan babi hasil ciptaan ilmuwan China. (Twitter/ newscientist)

Meski demikian para ilmuwan dalam eksperimen itu mengakui bahwa mereka membutuhkan studi yang lebih panjang sebelum mulai menumbuhkan organ manusia seperti jantung atau ginjal di dalam tubuh babi.

Dalam eksperimen itu Tang Hai dan timnya memodifikasi sel-sel monyet secara genetik sehingga mereka menghasilkan flourescent protein yang disebut GFP.

Baca Juga: Kontroversial, Ilmuwan China dan AS Memasukkan Gen Otak Manusia ke Monyet

Dari GFP para peneliti bisa mengidentifikasi asal-muasal satu sel. Mereka lalu mengambil sel-sel punca embrionik dan menyuntikannya ke embrio babi, lima hari setelah masa pembuahan.

Sebanyak 4000 embrio yang telah disuntikan dengan sel punca monyet lalu ditanam dalam rahim babi betina. Dari sana, lahir 10 ekor anak babi dan dua di antaranya adalah chimera.

Sayang dua chimera itu mati dalam waktu kurang dari sepekan setelah dilahirkan. Dalam tubuh chimera itu ditemukan jaringan jantung, hati, limpa, paru-paru yang terbuat dari sel-sel monyet.

Baca Juga: Ilmuwan China Kembali Lakukan Rekayasa Genetika Bayi Manusia

Tetapi proporsinya sangat rendah, antara 1 dari 1000 dan 1 dari 10.000 sel.

Untuk sementara, tim penelitian berasumsi bahwa kematian anak babi itu diakibatkan oleh proses pembuahan, bukan proses chimera (pencampuran genetik).

Namun, Tang Hai mengatakan bahwa timnya akan terus melakukan rekayasa genetika untuk menciptakan chimera dan mereka akan menambah porsi sel monyet dalam eksperimen berikutnya.

Jika itu berhasil, langkah mereka selanjutnya adalah mencoba membuat babi yang satu organnya tersusun hampir seluruhnya oleh sel monyet.

Eksperimen kontroversial itu sendiri menuai kecaman dari sejumlah peneliti. Mereka menilai bahwa para ilmuwan China telah melanggar kode etik ilmiah karena menciptakan chimera.

Ahli ilmu saraf Douglas Munoz di Queen's University di Kingston, Kanada, kepada Daily Mail mengatakan bahwa proyek penelitian seperti ini benar-benar membuat dia takut ketakutan.

"Bagi kami (para ilmuwan), untuk mulai memanipulasi fungsi kehidupan dengan cara seperti ini, tanpa sepenuhnya tahu cara mematikannya atau menghentikannya, jika terjadi kesalahan benar-benar membuat saya takut," ujarnya.

Setelah berhasil menciptakan Chimera dari babi dan monyet, nampaknya ilmuwan China tidak akan berhenti di eksperimen kontroversial ini. (Suara.com/ Tivan Rahmat).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak