Topan Hagibis Porak-porandakan Jepang, Kerugiannya Capai Puluhan Triliun

Oleh ilmuwan, Topan Hagibis dikategorikan menjadi topan terbesar di Jepan dalam 1 dekade terakhir.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Selasa, 15 Oktober 2019 | 15:15 WIB
Topan Hagibis yang menjelma menjadi topan super Kategori 5. (Wikipedia/ NOAA)

Topan Hagibis yang menjelma menjadi topan super Kategori 5. (Wikipedia/ NOAA)

Hitekno.com - Jepang baru saja diterjang bencana dahsyat yang berlangsung pada akhir pekan lalu, tepat pada hari Sabtu (12/10/2019). Meski Topan Hagibis kini menjadi pusaran awan di dekat Alaska, namun dampak yang ditimbulkan dan banjir yang melanda banyak wilayah Jepang membuat kerugian ekonomi super besar.

Menurut laporan terbaru dari media penyiaran Jepang, NHK (Nippon Hs Kykai), banjir karena Topan Hagibis telah menelan korban jiwa sebanyak 55 orang.

Ilmuwan yang tergabung dalam Badan Meteorologi Jepang menyebutkan bahwa Topan Hagibis ini menjadi topan terbesar yang pernah terjadi di Jepang selama 1 dekade terakhir.

Baca Juga: Dikira Hoaks, Pesawat Militer China Berbentuk UFO Ternyata Memang Ada!

Sangat berbahaya, Topan Hagibis memiliki kecepatan angin mencapai lebih dari 240 kilometer per jam dan mampu menyapu bersih apa saja yang berada di depannya.

Pekan lalu, Topan Hagibis menjadi "badai monster" dan dengan cepat meningkat menjadi topan super Kategori 5.

Meski pada pendaratannya di Jepang terkikis ke level Kategori 1, namun angin membawa hujan yang sangat deras ke sisi timur pulau Honshu.

Baca Juga: Hadapi Topan Hagibis, Warga Jepang Buat Lampu Darurat dari Susu dan Ponsel

Sebelumnya, ilmuwan Jepang telah mewanti-wanti pemerintah setempat yang membuat mereka akhirnya mengungsikan lebih dari 7 juta penduduk ke tempat yang lebih aman.

Alur Topan Hagibis yang melanda Jepang. Angka yang berwarna merah merupakan jenis kategori topan. (Wikipedia/ NOAA)
Alur Topan Hagibis yang melanda Jepang. Angka yang berwarna merah merupakan jenis kategori topan. (Wikipedia/ NOAA)

Total curah hujan mencapai 37,1 inci di Hakone, yang berada pada sekitar 50 kilometer barat daya Tokyo.

Itu adalah curah harian tertinggi kedua yang pernah tercatat di Jepang.

Baca Juga: Mengenal Topan Lingling, Badai yang Membuat Kim Jong Un Marah Besar

Beberapa daerah juga mencetak rekor total curah hujan harian dalam periode 24 jam setelah Topan Hagibis melintas.

Hujan deras membuat banyak wilayah di Jepang mengalami banjir terutama di daerah tepi sungai.

Prefektur Nagano yang terletak di sebelah barat Tokyo tepatnya di tepi Sungai Chikuma memiliki banjir dengan ketinggian 10 kaki atau 3 meter.

Baca Juga: 28 Orang Tewas dan 1 Juta Dievakuasi, Ini Dahsyatnya Kekuatan Topan Lekima

 

Topan Hagibis membuat banyak wilayah pulau Honshu terendam banjir. (YouTube/ The Telegraph)
Topan Hagibis membuat banyak wilayah pulau Honshu terendam banjir. (YouTube/ The Telegraph)

Dilansir dari Gizmodo, Topan Faxai yang melanda Jepang bulan September 2019 menimbulkan kerugian ekonomi sebesar 7 miliar dolar AS atau Rp 99 triliun.

Topan Trami dan Topan Jebi yang terjadi pada tahun 2018 menyebabkan kerugian gabungan sebesar 15,9 miliar dolar AS atau Rp 225 triliun.

Itu berarti Jepang telah mengalami 4 topan "mahal" hanya dalam kurun waktu 2018-2019.

Banjir besar di Jepang pada tahun 2018 yang membuat 2 juta orang mengungsi menelan biaya sebesar 9,5 miliar dolar AS atau Rp 134 triliun.

Mengingat jumlah pengungsi dan skala kerusakan Topan Hagibi lebih besar, para ahli memprediksi bahwa bencana "monster" tersebut dapat menelan kerugian miliaran dolar AS atau bahkan puluhan miliar dolar AS (puluhan hingga ratusan triliun).

Dahsyatnya Topan Hagibis sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa semakin panas suhu dunia, maka atmosfer yang lebih hangat akan menyimpan lebih banyak air sehingga topan semakin intens atau ganas.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak