LIPI Siapkan Peta Wilayah Berisiko Tsunami

Tahap awal peta rendaman tsunami LIPI akan mencakup 12 daerah dengan kerentanan tinggi seperti Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, Kebumen, Yogyakarta, dan Pacitan.

Agung Pratnyawan

Posted: Sabtu, 27 Juli 2019 | 06:30 WIB
Logo LIPI. (LIPI)

Logo LIPI. (LIPI)

Hitekno.com - Para peneliti di Lembaga Pusat Penelitian Geoteknologi  Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mempersiapkan peta wilayah berisiko Tsunami di Indonesia.

Nantinya peta rendaman tsunami ini bakal dihadirkan LIPI dengan skala detail 1:10.000 yang bisa menjadi acuan kuat dalam perencanaan tata ruang wilayah pesisir.

"Peta topografi yang paling detail di Indonesia skalanya baru 1:25.000 dan itu pun hanya melingkupi wilayah Jawa. Di luar wilayah Jawa, skalanya lebih tidak detail," kata peneliti paleotsunami LIPI Eko Yulianto dalam acara pemutaran dokumenter The Untold Story of Java Southern Sea di Jakarta, Kamis (25/7/2019).

Ia menjelaskan bahwa peta yang memungkinkan pemetaan data dasar ancaman tsunami, termasuk peta daerah yang berpotensi tergenang, tersebut dapat menjadi acuan kuat untuk perencanaan tata ruang wilayah pesisir dan upaya pengurangan risiko bencana di kawasan pesisir.

"Supaya bisa untuk merencanakan pengurangan risiko bencana lebih detail lagi, sampai rencana kontingensi dan operasinya bisa diturunkan," katanya.

Peta wilayah berisiko tsunami tersebut ditargetkan selesai tahun 2020. Pada tahap awal peta akan mencakup 12 daerah yang memiliki kerentanan tinggi seperti Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, Kebumen, Yogyakarta, dan Pacitan.

"Perlu segera dipikirkan strategi pengurangan risiko oleh pemerintah daerah dengan efek pembangunan di jalur Selatan Selatan Jawa," kata Eko.

Suasana jembatan kuning yang ambruk akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). [Suara.com/Muhammad Yasir].
Suasana jembatan kuning yang ambruk akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). [Suara.com/Muhammad Yasir].

Peta tersebut akan mengombinasikan peta batimetri, topografi, hingga demografi dalam skala detail guna mempermudah perencanaan tata ruang yang mendukung pengurangan risiko bencana.

"Peta-peta dasar tersebut dibeli, karena jika harus memetakan sendiri akan sangat mahal," Eko menjelaskan.

Peta rendaman tsunami yang dibuat menggunakan Dana DIPA LIPI sebesar Rp 500 juta tersebut juga akan memperlihatkan prakiraan volume air yang menjangkau daratan berdasarkan besaran potensi tsunami.

Baca Juga: Apakah Jawa akan Diguncang Gempa dan Tsunami? Ini Jawab Ahli BMKG

Penggunaan peta rendaman tsunami tersebut untuk mitigasi dan pengurangan risiko bencana akan membutuhkan data pemerintah daerah mengenai tata guna lahan, kepemilikan lahan, hingga demografi yang menunjukkan jumlah warga lansia hingga anak-anak.

"Mau tidak mau harus menggandeng Pemda untuk melakukan uji coba supaya selanjutnya ada daerah lain lagi yang mau melaksanakannya," demikian Eko Yulianto.

Peta wilayah berisiko Tsunami dari LIPI ini nantinya pasti akan sangat membantu. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

×
Zoomed
Berita Terkait Berita Terkini

Durasi terjadinya gerhana bulan pada 7 September 2025, mulai dari fase awal hingga akhir, berlangsung selama sekitar 5 j...

sains | 17:50 WIB

Beberapa fenomena langit yang akan terjadi pada September 2025....

sains | 13:21 WIB

AI tak bisa menyelesaikan tes teka-teki yang dapat diselesaikan manusia hanya dalam hitungan detik....

sains | 16:26 WIB

Salah satu pohon tertinggi di dunia yang berusia 450 tahun terbakar....

sains | 20:11 WIB

Fenomena langka Bulan hitam akan terjadi pada 23 Agustus 2025....

sains | 19:06 WIB