Ribuan Burung Imut Mengalami Kematian Massal, Penyebabnya Menyedihkan

Kasihan banget, burung imut ini harus kelaparan sehingga mereka akhirnya mati.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Jum'at, 31 Mei 2019 | 17:30 WIB
Puluhan burung puffin ditemukan telah mati oleh ilmuwan. (Jurnal PLOS/ Aleut Community)

Puluhan burung puffin ditemukan telah mati oleh ilmuwan. (Jurnal PLOS/ Aleut Community)

Hitekno.com - Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh ilmuwan, ribuan burung imut yang menempati pulau sekitar Samudra Pasifik utara mengalami kematian massal. Ilmuwan meyakini bahwa ini ada hubungannya dengan perubahan iklim.

Jika kamu menyukai animasi atau game anak-anak, kamu akan familiar dengan burung imut satu ini.

Karena sangat lucu dan imut, burung puffin sering dijadikan sebagai tokoh animasi yang menarik perhatian.

Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dianggap Punah, Burung Liar Ini Muncul Kembali di Korea

Meski mereka mempunyai pamor yang sangat tinggi di animasi, sepertinya burung puffin luput dari perhatian manusia di dunia nyata.

Sebanyak 8.800 burung puffin jambul (tufted puffin) atau Fratercula cirrhata mengalami kematian massal.

Hal itu terjadi pada beberapa bulan menjelang akhir 2016.

Baca Juga: Uniknya Burung Sekretaris, Predator Kejam Tak Semanis Namanya

Kesimpulan tersebut muncul setelah ilmuwan mengidentifikasi lebih dari 350 bangkai burung puffin yang tersapu pada pantai Pulau St. Paul di Samudra Pasifik utara.

Burung puffin jambul. (Wikipedia/ Wilson)
Burung puffin jambul. (Wikipedia/ Wilson)

Ilmuwan mengategorikan hal itu sebagai Kejadian Kematian Massal atau Mass Mortality Events (MME).

Penelitian mengenai kematian massal burung imut ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS ONE padahari Rabu (29/05/2019).

Baca Juga: Dinyatakan Punah 136 Ribu Tahun Lalu, Burung Ini Bangkit Lagi

Timothy Jones, ahli ekologi kelautan dari University of Washington menjelaskan bahwa kejadian tersebut ada hubungannya dengan perubahan iklim.

''Kejadian Kematian Massal (MME) meningkat terkait frekuensi dan besarannya, ini terkait dengan perubahan iklim yang sedang berlangsung,'' kata Timothy Jones dikutip dari Vice.

Ribuan burng puffin diketahui mengalami kematian massal di daerah ini. (Jurnal PLOS ONE)
Ribuan burng puffin diketahui mengalami kematian massal di daerah ini. (Jurnal PLOS ONE)

Sebagian besar burung puffin yang ditemukan mati diketahui dalam keadaan sangat kurus.

Baca Juga: 7 Burung Nasional Amerika Mati Diracun, Rp 142 Juta Bagi Penemu Tersangka

Puffin jambul adalah adalah pemburu berkemampuan khusus yang bisa menyelam dan berenang.

Mereka dapat menangkap ikan, cumi-cumi, dan udang.

Masalahnya, perubahan iklim membuat Laut Bering memanas dari tahun 2014 hingga 2016.

Populasi zooplankton turun signifikan sebagai respon terhadap suhu panas.

Itu menyebabkan ikan dan invertebrata juga mati atau memilih berpindah ke tempat lain.

Kumpulan burung puffin ketika akan berburu dan kawin. (Wikipedia/ USFWS)
Kumpulan burung puffin ketika akan berburu dan kawin. (Wikipedia/ USFWS)

Karena banyak ikan yang mati, puffin jambul kekurangan bahan makanan dan mereka akhirnya ikut mati.

Lebih parahnya lagi, kekurangan makanan bertepatan dengan periode molting.

Periode tersebut adalah waktu di mana burung melepaskan bulu terbangnya yang lama dan menggantinya menjadi bulu baru.

Berganti bulu membutuhkan lebih banyak energi, sehingga mereka juga membutuhkan makanan yang lebih banyak.

Ketika sumber makanan hilang, kematian massal burung imut seperti puffin akibat perubahan iklim menjadi tak terhindarkan.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak