Hadapi Perubahan Iklim, Maladewa Sampai Bangun Kota Terapung

Sekarang kota terapung kedua sedang dibangun di luar ibu kota Maladewa.

Agung Pratnyawan
Kamis, 23 Juni 2022 | 15:30 WIB
Ilustrasi Maladewa. (Pixabay)

Ilustrasi Maladewa. (Pixabay)

Hitekno.com - Salah satu danpak dari perubahan iklim adalah naiknya ketinggian permukaan laut. Hal ini membahayakan bagi kepulauan-kepulauan kecil seperti Maladewa.

Sebuah perusahaan pengembang telah menyiapkan metode khusus untuk mengantisipasi naiknya permukaan laut. Yakni dengan mengembangkan kota terapung.

Diwartakan Suara.com, pengembangan kota terapung mulai dilirik untuk beberapa kawasan di dunia.

Baca Juga: Gegara Perubahan Iklim, Terpaksa Base Camp Gunung Everest Pindah

Pada April lalu, PBB mengumumkan pembangunan kota terapung pertama di lepas kota terbesar kedua Korea Selatan, Busan.

Dikenal sebagai Kota Oceanix, ia berencana untuk menyediakan rumah bagi komunitas 12.000 orang, yang berpotensi meningkat menjadi 100.000, dengan konstruksi yang akan dimulai pada 2023.

Dan sekarang kota terapung kedua sedang dibangun di luar ibu kota Maladewa.

Baca Juga: Cara Google Peringati Hari Bumi 2022, Ingatkan Dampak Nyata Perubahan Iklim

Kota ini akan terdiri dari 5.000 unit terapung. Unit-unit ini akan mencakup rumah, restoran, toko, dan sekolah, dengan kanal di antaranya.

Ilustrasi Maladewa. (Pixabay)
Ilustrasi Maladewa. (Pixabay)

Secara total, kota ini mengharapkan untuk menampung hingga 20.000 orang. Dan seperti Oceanix, dapat menahan badai.

Unit pertama akan diluncurkan bulan ini, dengan penduduk mulai pindah pada awal 2024. Seluruh kota akan selesai pada 2027.

Baca Juga: Tekan Laju Perubahan Iklim, BMKG Ingatkan Pemerintah Ambil Langkah Konkret

"Real estate terapung akan memberikan keamanan dan ruang bangunan untuk kota-kota yang penuh sesak dan terancam banjir," Koen Olthuis, pendiri Waterstudio, firma arsitektur yang merancang kota itu mengatakan kepada New York Post, Kamis (23/6/2022).

Firma arsitektur Olthuis hanya didedikasikan untuk membangun properti di atas air.

"Pengembangnya, Dutch Docklands Maldives adalah kemitraan publik-swasta dengan pemerintah," kata Olthuis.

Baca Juga: Hasil Penelitian: Perubahan Iklim Picu Penurunan Kualitas Kopi

"Prosesnya memakan waktu hampir 10 tahun tetapi akan membuka peluang serupa di kota-kota tepi laut di seluruh dunia," tambahnya.

Fitur kota Waterstudio di Maladewa termasuk rumah berwarna pelangi dirancang untuk menarik orang lokal.

Balkon lebar dan pemandangan tepi laut ditambahkan ke setiap rumah.

Kota Terapung Maladewa. [Waterstudio.nl]
Kota Terapung Maladewa. [Waterstudio.nl]

Untuk transportasi, warga akan berkeliling dengan perahu, atau mereka bisa berjalan kaki, bersepeda atau mengendarai skuter listrik atau kereta.

"Teknologi bukanlah masalahnya, tetapi kerangka peraturan yang membutuhkan waktu untuk menyesuaikan," jelas Olthuis.

Pihak berwenang memahami bahwa biaya pengembangan terapung lebih rendah daripada biaya penghancuran infrastruktur dan properti tepi laut, maka perubahan berikutnya dalam pengembangan kota ini akan terbang.

Ibukota Maladewa, Malé, dianggap sebagai salah satu kota berpenduduk terpadat di dunia, dengan lebih dari 200.000 orang menempati area seluas sekitar 2.000 hektar.

Harga rata-rata mulai dari 150.000 dolar AS untuk studio atau 250.000 dolar AS untuk rumah keluarga, kata Olthuis.

Saat ini, unit akan dibangun di galangan kapal lokal, yang kemudian akan mereka derek ke kota terapung.

Kita nantikan pembangunan kota terapung di Maladewa dalam rangkan menghadapi peningkatan permukaan laut gegara perubahan iklim. (Suara.com/ Dythia Novianty).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak