Tentara AS Tanamkan Teknologi AI di Robot Pembunuh, Menimbulkan Kontroversi

Semoga tragedi seperti di film Terminator tidak diwujudkan oleh tentara AS.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 06 Maret 2019 | 16:15 WIB
Robot MUTT. (U.S. Navy/ John F. Williams)

Robot MUTT. (U.S. Navy/ John F. Williams)

Hitekno.com - Tentara AS (Amerika Serikat) diketahui mencoba menanamkan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan ke dalam robot pembunuh mereka. Itu dilakukan untuk mengembangkan kemampuan robot dalam mengidentifikasi dan menyerang target.

Bulan Februari 2019, U.S. Army (Angkatan Darat AS) memanggil beberapa perusahaan swasta untuk melakukan diskusi khusus.

Isi diskusi khusus itu adalah pengeluaran ide-ide tentang bagaimana meningkatkan sistem penargetan semi-otonom.

Baca Juga: Gunung Everest Kalah, Ternyata Segini Ketinggian Gelombang Bom Nuklir

Sistem tersebut rencananya akan digerakkan oleh AI teroptimasi khusus pada tank.

Tentara AS meminta bantuan agar sistem ATLAS (Advanced Targeting dan Lethality Automated System) meningkat secara siginifikan.

Ilustrasi MUTT. (U.S. Navy)
Ilustrasi MUTT. (U.S. Navy)

Sistem ATLAS diharapkan dapat ''memperoleh, mengidentifikasi, dan melibatkan'' target setidaknya 3X lebih cepat daripada proses manual saat ini.

Baca Juga: Jika Perang Nuklir Meletus, Ini Wilayah AS Pertama yang Diserang Rusia

Tetapi rencana tentara AS itu tampaknya membuat sebagian orang khawatir tentang kebangkitan robot pembunuh yang ditenagai dengan teknologi AI.

Seperti yang telah diketahui, pada tahun 2017, tentara AS sudah dapat mengembangkan robot tank yang dinamakan dengan MUTT (Multi-Utility Tactical Transport).

Namun robot tersebut harus dikendalikan oleh seorang tentara agar dapat berjalan dan menembak target.

Baca Juga: Buat Jomblo yang Kesulitan PDKT, Robot Ini Bisa Membantumu

Dikutip dari Gizmodo, dengan adanya AI, robot MUTT kemungkinan dapat berjalan secara otomatis dan dapat mengidentifikasi target menggunakan algoritma khusus.

Ilustrasi robot perang di masa depan. (Departemen Pertahanan AS)
Ilustrasi robot perang di masa depan. (Departemen Pertahanan AS)

Melihat potensi AI itu, banyak orang khawatir bahwa robot tank itu akan menjadi mesin pembunuh yang melanggar etika perang.

Melihat kontroversi yang ada, Departemen Pertahanan AS menegaskan bahwa mesin robot pembunuh yang sepenuhnya otonom masih tidak diizinkan membunuh orang-orang di medan perang.

Baca Juga: Mengenal Robot Centaur, Dirancang Untuk Menangani Bencana Nuklir

''Semua pengembangan dan penggunaan fungsi otonom dan semi-otonom dalam sistem persenjataan, termasuk platform berawak dan tak berawak, tetap tunduk pada pedoman Departemen Pertahanan (DoD) Directive 3000.09, yang diperbarui pada 2017,'' kata Departemen Pertahanan dalam keterangan resmi mereka.

(DoD) Directive 3000.09 mensyaratkan bahwa manusia dapat melakukan tingkat penilaian yang tepat atas penggunaan kekuatan.

Aturan itu bisa juga disebut ''In the Loop'', yang berarti bahwa manusia yang membuat keputusan akhir apakah robot akan membunuh seseorang atau tidak.

Jika aturan itu terus dipatuhi dan tidak ada kesalahan dalam diri robot (bug atau virus), robot tidak mempunyai kewenangan untuk membunuh orang di medan perang.

Namun yang pasti, tak hanya tentara AS, semua ilmuwan di negara lain juga harus berhati-hati dalam menggunakan teknologi AI untuk mengembangkan mesin pembunuh.

Jika mengalami kesalahan, teknologi AI yang ada di robot pembunuh dapat menghancurkan umat manusia (termasuk tentara AS).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak