Meletus, Ini Fakta Gunung Soputan dan Kaitannya dengan Gempa Bumi

Terjadi dalam waktu yang berdekatan, ini hubungan letusan Gunung Soputan dan Gempa Palu.

Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia
Rabu, 03 Oktober 2018 | 14:29 WIB
Letusan Gunung Soputan. (twitter/Sutopo_PN)

Letusan Gunung Soputan. (twitter/Sutopo_PN)

Hitekno.com - Gunung Soputan yang terletak di Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara dilaporkan meletus pada Rabu (03/10/2018) pada pukul 08.47 WITA.

Dilansir dari Suara.com, pos pengamatan Gunung Soputan PVMBG melaporkan bahwa tinggi kolom abu vulkanik sekitar 4.000 meter di atas puncak kawah atau 5.809 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Kolom abu bertekanan kuat ini berwarna kelabu hingga coklat dengan intensitas tebal ke arah barat dan barat laut.

Baca Juga: Pasir Tiruan Mars Dijual, Ini Harganya

Hujan abu vulkanik ini diperkirakan jatuh di daerah barat-barat laut Gunung Soputan. Hingga kini, hujan abu volkanik ini tidak mengganggu penerbangan. Bandara Internasional Sam Ratulangi di Kota Manado yang berada di Tenggara Gunung Soputan tetap beroperasi normal.

Letusan Gunung Soputan dalam Sejarah

Letusan Gunung Soputan. (twitter/Sutopo_PN)
Letusan Gunung Soputan 2018. (twitter/Sutopo_PN)

Gunung Soputan adalah gunung berapi yang terletak di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.

Baca Juga: Ilmuwan Kaget, Ada Kehidupan di 600 Meter Bawah Bumi

Gunung ini terbentuk pada masa Kuarterner di tepi selatan kaldera Gunung Tondano. Gunung Soputan masuk sebagai salah satu gunung api teraktif di Sulawesi.

Jenis gunung Stratovolcano ini memiliki ketinggian 1.784 meter dari permukaan laut (mdpl) atau 5.853 kaki. Diketahui gunung ini terakhir meletus pada tahun 2015 sebelum kemudian meletus lagi pada tahun 2018 ini.

Pada letusannya tahun 2015, Gunung Soputan meletus dan mengeluarkan asap letusan hingga mencapai 4.000 meter dari pusat letusan ke udara.

Baca Juga: Arktik Tambah Subur, Kabar Buruk Bagi Bumi

Selain asap letusan, Gunung Soputan juga mengeluarkan awa panas dengan jarak luncur mencapai 6,5 kilometer ke kaki gunung.

Walaupun tidak terlalu terkenal seperti beberapa gunung lainnya, menurut sejarah, Gunung Soputan memiliki rekam sejarah letusan yang cukup panjang dan menggemparkan.

Gunung ini tercatat pertama kali meletus pada ratusan tahun yang lalu, yaitu 1785. Sayangnya, tidak ada catatan sejarah yang jelas mengenai letusan itu.

Baca Juga: Tak Yakin Asteroid, Ilmuwan Teliti Penyebab Punahnya Dinosaurus

Sejak tahun 1785, Gunung Soputan menjadi sangat aktif dengan letusan terdahsyat yang terjadi pada tahun 1982.

Saat itu, abu vulkanik dari gunung ini sukses menutupi wilayah Minahasa Tenggara dan Kota Manado dengan ketebalan mencapai 10 sentimeter.

Sebelum letusan 2015 dan 2018, Gunung Soputan pernah meletus pada 26 Agustus 2012, pukul 21.50 WITA.

Letusan Gunung Soputan tahun itu merupakan letusan eksplosif yang melontarkan material hingga mencapai 6 kilometer ke udara dari puncaknya.

Gunung Soputan tercatat pernah meletus beberapa kali, yaitu pada tahun 1785, 1819, 1833, 1845, 1890, 1901, 1906, 1907, 1908 hingga 1909, 1910, 1911 hingga 1912, 1913, 1915, 1917, 1923 hingga 1924, 1947, 1953, 1966 hingga 1967, 1968, 1970, 1971, 1973, 1982, 1984, 1985, 1989, 1991 hingga 1996, 2000 hingga 2003, 2004, 2005, 2007, 2008, 2011, 2012, 2015, dan yang terbaru 2018.

Pengaruh Gempa Bumi dan Letusan Gunung

Letusan Gunung Soputan. (twitter/Sutopo_PN)
Letusan Gunung Soputan 2018. (twitter/Sutopo_PN)

Meletusnya Gunung Soputan di Sulawesi Utara ini hampir bersamaan dengan terjadinya gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah yang terjadi pada Jumat (28/09/2018) lalu.

Tidak mengejutkan jika banyak yang mengaitkan dua fenomena yang terjadi hampir bersamaan ini. Hingga kini, masih belum ada konfirmasi hubungan antara keduanya dari pihak ahli.

Menurut faktor-faktor penyebab terjadinya gempa, fenomena ini digolongkan menjadi dua, yaitu gempa tektonik dan gempa vulkanik.

Gempa tektonik terjadi karena adanya kegiatan yang terjadi di lempeng-lempeng bumi. Gempa jenis ini dapat menimbulkan tsunami yang dahsyat.

Sedangkan gempa vulkanik terjadi karena kegiatan vulkanik gunung berapi di kantong magma atau lava panas yang ada dalam perut gunung api. Gempa ini terjadi ratusan kali dan dapat dirasakan saat gunung meletus.

Berbicara mengenai pengaruh gempa bumi dan letusan gunung, para ahli melihat keterkaitan antara keduanya dalam teori Butterfly Effect.

Teori Butterfly Effect menjelaskan bahwa kepakan sayap kupu-kupu dapat menimbulkan bencana besar yang dapat melahirkan bencana baru yang berkaitan dan berantai.

Letusan Gunung Soputan. (twitter/Sutopo_PN)
Letusan Gunung Soputan. (twitter/Sutopo_PN)

Menurut para peneliti, gempa bumi dan letusan gunung api bisa berkaitan apabila terjadi gempa bumi tektonik dengan kekuatan yang sangat besar dan mampu menggoyang stabilitas struktur gunung api yang kemudian memicu letusan.

Pada kasus Gunung Fuji, saat gempa berkekuatan 8,6 menghajar pantai Jepang, magma di bawah gunung ini yang terletak di kedalaman sekitar 20 km menjadi tertekan dan bergerak naik menuju dapur magma yang berada di kedalaman 8 km.

Tidak adanya tempat yang cukup, kedua magma ini bersatu dan menyebabkan letusan Gunung Fuji dengan Volcanic Explosivity Index 5.

Hingga saat ini, masih belum ada penjelasan secara resmi dari para ahli mengenai hubungan antara gempa Palu dan meletusnya Gunung Soputan ini. Kita nantikan ya.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak