Ilmuwan Temukan Plastik BPA Free Berbahaya bagi Kesehatan

Wah tetap hati-hati ya meski menggunakan plastik bebas BPA!

Rauhanda Riyantama | Rezza Dwi Rachmanta
Jum'at, 14 September 2018 | 15:45 WIB
Ilustrasi plastik BPA Free. (JakMall)

Ilustrasi plastik BPA Free. (JakMall)

Hitekno.com - Produk plastik dengan tulisan BPA Free atau bebas BPA tak selalu memberikan rasa aman bagi kesehatan manusia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa plastik BPA Free berbahaya bagi kesehatan setelah mengujinya pada objek tikus.

Studi penelitian ini telah diterbitkan pada hari Kamis kemarin (13/09/18) di Current Biology. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa bahan kimia yang digunakan untuk menggantikan BPA dalam plastik masih bisa bocor keluar.

Bahan kimia itu bisa bocor dan mempengaruhi sperma dan sel telur dari tikus jantan dan tikus betina. Ilmuwan juga mengatakan bahwa efek yang sama bisa terjadi pada manusia.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Sel Otak yang Membuat Seseorang Jadi Pemberani

Bisphenol A, atau BPA, adalah bahan kimia yang biasa digunakan untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi. Plastik putih bening ini sering digunakan dalam kemasan makanan dan minuman serta berbagai peralatan medis.

Resin digunakan untuk melapisi produk-produk logam seperti makanan kaleng.

Dikutip dari Gizmodo, ketika produk-produk ini mengalami degradasi atau kerusakan (misalnya dipanaskan berulang kali dalam microwave), mereka dapat mengeluarkan BPA dan membuat manusia terekspos BPA.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Memprediksi Kapan Petir Terjadi

Akibatnya, diperkirakan 93 persen orang Amerika memiliki tingkat BPA di dalam tubuh mereka.

BPA secara khusus telah diimplikasikan sebagai kemungkinan penyebab deformitas genital pada pria, pubertas dini pada wanita, serta gangguan tumbuh kembang pada usia muda.

Botol plastik BPA Free. (Popsugar)
Botol plastik BPA Free. (Popsugar)

Selain itu, BPA juga berkontribusi menyebabkan gangguan metabolisme seperti obesitas dan kanker jenis tertentu.

Baca Juga: Elon Musk Tak Berdaya Hadapi Era Terminator

Setelah itu, banyak produsen plastik mulai menjauhi BPA satu demi satu. Namun tak berhenti disitu, bahan pengganti BPA secara tak sengaja ditemukan oleh ilmuwan dan ternyata mengandung efek berbahaya.

Mereka menemukan bahwa objek tikus pada laboratorium mengalami masalah reproduksi. Setelah diteliti ternyata tikus-tikus itu terpapar dari bahan yang terbuat dari polysulfone (pengganti polikarbonat/ BPA free).

Para ilmuwan melihat residu berwarna putih di beberapa kandang yang menandakan kandang tikus telah rusak. Bahan kimia plastik ikut mengontaminasi pencernaan tikus sehingga tikus tidak sehat.

Baca Juga: Ilmuwan Bergabung, NASA Didesak Intensifkan Pencarian Alien

Mereka kemudian melakukan eksperimen dengan menempatkan beberapa tikus ke kandang yang berbeda.

Beberapa tikus ditempatkan di kandang yang terkontaminasi BPA, dan kawanan tikus lainnya ditempatkan dengan kandang yang terkontaminasi dengan BPS dosis rendah (pengganti BPA/ BPA Free).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek yang diterima oleh tikus dengan kontaminasi BPS hampir sama dengan efek yang terjadi dengan tikus yang terkontaminasi oleh BPA.

Patricia Hunt, seorang peneliti dari Center for Reproductive Biology Washington State University mengungkapkan bahwa konsumen sering menganggap bahwa BPA Free memberikan rasa aman kepada mereka.

Dia menambahkan bahwa asumsi tersebut sebenarnya salah berdasarkan penelitian itu.

Hal yang lebih berbahaya adalah efek BPS (pengganti BPA) ternyata dapat diwariskan. Tikus jantan (terpapar BPS) dan membuahi tikus betina menghasilkan anak tikus yang juga mengalami masalah reproduksi.

Poster peringatan BPA Free. (Vitality Nation)
Poster peringatan BPA Free. (Vitality Nation)

Generasi kedua tikus mewarisi masalah yang dialami oleh tikus jantan yang terpapar BPS.

Hanya generasi ketiga dan keempat tikus yang sehat dan tidak mempunyai masalah reproduksi.

Namun badan regulasi resmi pemerintah AS seperti FDA (Food and Drug Administration) menyebutkan bahwa tingkat paparan BPA dalam makanan saat ini bukan masalah karena masih dalam batas ''aman''.

FDA juga menjelaskan bahwa manusia memetabolisme BPA lebih cepat daripada tikus sehingga dapat menumpulkan toksik.

Namun Hunt kembali menyanggahnya dan berkata BPA tak mempunyai efek ''linear''.

“Anda mungkin mengharapkan respons linear (semakin banyak dosis yang Anda berikan, semakin buruk itu). Tetapi jenis-jenis bahan kimia ini tidak berperilaku seperti itu. Mereka berperilaku seperti hormon atau beberapa obat yang kita ambil, di mana sedikit saja dapat memberi efek yang kuat,'' kata Hunt.

Hunt juga menjelaskan bahwa penelitian mengenai plastik BPA free dapat menggugah lebih banyak orang agar menemukan bahan kimia lain untuk memproduksi plastik.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak