Siang Lebih Lama dari Biasanya, Begini Penjelasan Fenomena Solstis yang Akan Terjadi

Ilmuwan NASA menjelaskan fenomena Solstis yang akan terjadi sebentar lagi.

Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 21 Desember 2022 | 09:21 WIB
Ilustrasi Matahari. (Pixabay cowins)

Ilustrasi Matahari. (Pixabay cowins)

Hitekno.com - Penduduk Bumi akan mengalami fenomena Solstis dalam waktu dekat. Solstis sendiri merupakan titik balik Matahari yang menyebabkan durasi siang lebih lama atau lebih pendek tergantung posisi wilayah terhadap garis khatulistiwa.

Solstis (Solstice) berasal dari bahasa Latin "Sol" yang berarti Matahari dan "Sistere" yang berarti Diam. Pada saat titik balik Matahari atau Solstis, deklinasi Matahari nampak "diam".

Pergerakan musiman jalur harian Matahari (seperti yang terlihat di Bumi) berhenti di batas utara atau selatan sebelum berbalik arah.

Baca Juga: 16 Fakta Gunung Padang, Situs Megalitikum yang Penuh Misteri

Solstis terjadi karena posisi Bumi sebenarnya tidak tegak lurus terhadap Matahari. Bumi memiliki posisi yang "sedikit miring" pada sudut sekitar 23,5 derajat relatif terhadap Matahari.

"Titik balik Matahari terjadi karena Bumi miring pada sudut sekitar 23,5 derajat relatif terhadap Matahari. Alih-alih berputar pada sumbu lurus, planet kita sedikit miring," kata Michael Kirk, seorang ahli astrofisika di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, Maryland, Amerika Serikat dikutip dari Live Science.

Ilustrasi pergerakan Bumi terhadap Matahari yang menentukan musim di belahan Bumi Utara dan Selatan. (Live Science)
Ilustrasi pergerakan Bumi terhadap Matahari yang menentukan musim di belahan Bumi Utara dan Selatan. (Live Science)

Kemiringan ini berarti bahwa belahan Bumi Utara dan Selatan menerima jumlah sinar Matahari yang berbeda.

Baca Juga: Ilmuwan Berhasil Temukan Logam Terkuat, Ini Campuran Bahannya

Selain itu, jumlah cahaya yang diterima setiap belahan Bumi bervariasi sepanjang tahun saat planet kita mengelilingi Matahari.

Sebagian besar belahan Bumi Utara menerima sedikit sinar Matahari selama beberapa bulan musim dingin, sedangkan belahan Bumi Selatan mengalami hal sebaliknya.

Ilustrasi garis khatulistiwa atau ekuator pada peta. (Wiki Fandom)
Ilustrasi garis khatulistiwa atau ekuator pada peta. (Wiki Fandom)

Mereka menikmati musim panas selama musim dingin terjadi di belahan Bumi utara. Ada pula suatu waktu ketika mereka bertahan di musim dingin saat manusia di belahan Bumi Utara berjemur di musim panas.

Baca Juga: Dikira Benar-Benar Mati, Ilmuwan Temukan Sejumlah Aktivitas di Mars

"Meskipun titik balik Matahari musim dingin di belahan Bumi Utara mendapat pengakuan sepanjang hari, itu terjadi dalam sekejap, ketika Kutub Utara berada pada kemiringan terjauh 23,5 derajat dari Matahari. Posisi ini membuat Kutub Utara berada di luar jangkauan matahari, membuatnya gelap gulita," ungkap Kirk menambahkan.

Solstis terjadi pada 21 Desember 2022 pukul 21.48 UTC di belahan Bumi Utara atau 22 Desember 2022 pukul 04.48 WIB di Indonesia.

Ilustrasi Solstis dan Equinox. (Timeanddate.com)
Ilustrasi Solstis dan Equinox. (Timeanddate.com)

Peristiwa ini berlangsung ketika Matahari nampak mencapai perjalanan paling utara atau selatan relatif terhadap ekuator langit pada bola langit. Solstis menjadi penunjuk waktu dimulainya musim panas di belahan Bumi Selatan dan musim dingin di Bumi Utara.

Daerah yang berada di selatan garis khatulistiwa atau ekuator akan mempunyai siang lebih lama dibanding biasanya (hingga lebih dari 12 jam). Sebaliknya, daerah di sebelah utara bakal mempunyai durasi malam lebih lama dari biasanya.

Wilayah yang dekat dengan garis khatulistiwa (termasuk Indonesia) tak terlalu terdampak oleh fenomena Solstis. Meski begitu, beberapa daerah di bagian selatan ekuator kemungkinan akan memiliki durasi siang lebih lama.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak