Niatnya Kembangkan Nuklir, Amerika Malah Terganjal oleh Sanksinya Sendiri ke Rusia, Kok Bisa?

Amerika sedang berusaha kembangkan sumber energi nuklir berukuran kecil, hambatannya diluar dugaan.

Cesar Uji Tawakal

Posted: Jum'at, 21 Oktober 2022 | 20:29 WIB
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN. (Pixabay)

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN. (Pixabay)

Hitekno.com - Upaya Amerika Serikat untuk membantu memerangi perubahan iklim dengan mengembangkan generasi baru pembangkit listrik tenaga nuklir kecil dilaporkan telah menemui hambatan potensial.

Dilansir dari Russia Today, satu-satunya pemasok komersial bahan bakar yang sangat diperkaya yang dibutuhkan untuk reaktor jenis baru ini berasal di Rusia.

Unit Tenex dari perusahaan energi nuklir milik negara Rusia, Rosatom, adalah satu-satunya perusahaan yang secara komersial memasarkan uranium yang diperkaya rendah uji tinggi (HALEU), jenis bahan bakar yang akan digunakan oleh reaktor baru yang canggih.

"Produksi HALEU adalah misi penting, dan semua upaya untuk meningkatkan produksinya sedang dievaluasi," kata juru bicara Departemen Energi AS (DOE) kepada outlet media.

Monopoli HALEU Rusia telah lama menjadi perhatian di Washington, tetapi krisis Ukraina mengangkat masalah ini ke keadaan darurat karena baik pemerintah maupun perusahaan yang mengembangkan reaktor canggih baru tidak ingin bergantung pada Moskow.

Akibatnya, pemerintahan Presiden Joe Biden dapat memanfaatkan persediaan uranium tingkat senjata Amerika untuk mengisi kekosongan pasokan.

Ilustrasi reaktor nuklir. (Pixabay/ Amort)
Ilustrasi reaktor nuklir. (Pixabay/ Amort)

Pemerintah sedang mengevaluasi berapa banyak uraniumnya yang sangat diperkaya akan disisihkan untuk reaktor baru.

"Kami memahami perlunya tindakan segera untuk memberi insentif pada pembentukan pasokan Haleu yang berkelanjutan dan didorong oleh pasar," kata juru bicara DOE.

Washington melihat reaktor baru itu sebagai cara untuk memangkas emisi karbon dan mempercepat peralihan dari bahan bakar fosil.

Unit-unitnya modular dan jauh lebih efisien daripada pembangkit nuklir saat ini. Mereka juga lebih cepat untuk dibangun.

Baca Juga: Rival Visa dan Mastercard dari Rusia Siap Hadir di Indonesia? Begini Kata Jose Antonio Morato

Namun, mereka membutuhkan bahan bakar yang diperkaya hingga 20% U-235, sekitar empat kali lipat dari level yang digunakan di pembangkit listrik tenaga nuklir saat ini.

Rosatom adalah satu-satunya produsen komersial bahan bakar tersebut dan mengontrol lisensi teknologinya kepada pengayaan Barat.

Berita Terkait Berita Terkini

Salah satu pohon tertinggi di dunia yang berusia 450 tahun terbakar....

sains | 20:11 WIB

Fenomena langka Bulan hitam akan terjadi pada 23 Agustus 2025....

sains | 19:06 WIB

Ahli kimia memaparkan bahayanya menggunakan gas air mata yang sudah kedaluwarsa....

sains | 11:17 WIB

Sejumlah fakta tentang paus orca atau paus pembunuh....

sains | 17:31 WIB

Jika kalian melihat 9 makhluk di atas untuk segera menjauh dan segera keluar dari air untuk menyelamatkan diri dari sera...

sains | 15:06 WIB