Berburu Planet Baru, NASA Kembangkan Teknologi AI Ini

Bagaimana teknologi AI akan membantu NASA mencari planet baru?

Agung Pratnyawan
Kamis, 27 Mei 2021 | 13:37 WIB
Logo NASA. (Shutterstock)

Logo NASA. (Shutterstock)

Hitekno.com - Badan antariksa Amerika Serikat, NASA melakukan banyak cara dalam mempelajari luar angkasa. Termasuk dalam pencarian planet baru dengan mengerahkan teknologi AI atau kecerdasan buatan.

Dengan menggandeng David Armstrong bersama tim ilmuwan lainnya di Univeristy of Warwick, Inggris, dikembangkan teknologi AI untuk membantu para astronom berburu planet baru.

Teknologi AI akan dikolaborasikan oleh teleskop NASA seperti Transiting Exoplanet Survey Satelite (TESS), untuk mencari tanda penurunan kecerahan yang menunjukkan sesuatu melewati bintang. 

Baca Juga: China Berhasil Mendarat di Planet Mars, Susul NASA Lakukan Penjelajahan

Terkadang tanda itu bisa menjadi planet, asteroid, debu, atau bahkan hanya kesalahan mendeteksi. Di sinilah peran teknologi AI untuk mempelajari dan membantu para astronom.

Tim ilmuwan membuat algoritme pembelajaran mesin dan melatihnya menggunakan data di planet yang dikonfirmasi dan positif palsu dari misi kepler NASA.

Kemudian tim ahli melepaskannya untuk menganalisis sekelompok kandidat planet yang belum dikonfirmasi, juga data dari kepler. Hasil pertama, sistem AI berhasil mengonfirmasi 50 planet dari kumpulan tersebut.

Baca Juga: Bertugas di Mars, NASA Pamer Video Suara Helikopter Ingenuity

"Algoritma yang kami kembangkan memungkinkan kami membawa 50 kandidat melintasi ambang untuk validasi planet," kata Armstrong, seperti dikutip Cnet.

Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) milik NASA. [Shutterstock]
Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) milik NASA. [Shutterstock]

Memvalidasi planet dapat membantu ilmuwan mengarahkan sumber dayanya ke tempat-tempat menarik di luar angkasa tanpa membuang-buang waktu mengamati planet "palsu".

Kemampuan untuk mengonfirmasi planet menggunakan metode ini adalah satu langkah maju. Ilmuwan telah menggunakan pembelajaran mesin untuk menentukan peringkat kandidat.

Baca Juga: Andalkan Ini, NASA Cari Tanda-tanda Kehidupan di Mars

"Daripada mengatakan kandidat mana yang lebih mungkin menjadi planet, kami sekarang dapat mengatakan kemungkinan statistik yang tepat. Di mana terdapat kurang dari 1 persen kemungkinan kandidat menjadi positif palsu, itu dianggap sebagai planet yang divalidasi," tambah Armstrong.

Teknik ini menjanjikan untuk memilah-milah sejumlah besar data yang dihasilkan oleh proyek-proyek, seperti misi PLATO yang direncanakan TESS dan Badan Antariksa Eropa (ESA). Misi utama TESS sendiri menemukan 66 eksoplanet baru dan 2.100 kandidat.

Meski begitu, menurut Armstrong, para ahli masih harus melaih algoritme. Namun setelah itu akan jauh lebih mudah untuk menerapkan ke kandidat planet mendatang.

Baca Juga: Asteroid Bennu, Benda Luar Angkasa Berbahaya yang Jadi Penelitian NASA

Dalam perkembangannya, diharapkan teknologi AI akan memudahkan para astronom dalam menganalisa objek-objek di luar angasa yang didapatkan dari teleskop NASA. (Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak