Matahari Buatan China Berhasil Menyala, Sumber Energi Ramah Lingkungan

Saking panasnya, reaktor nuklir ini disebut sebagai matahari buatan China.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 05 Desember 2020 | 14:00 WIB
HL-2M Tokamak reaktor nuklir matahari buatan China. (Global Times/ China Atomic Energy Authority)

HL-2M Tokamak reaktor nuklir matahari buatan China. (Global Times/ China Atomic Energy Authority)

Hitekno.com - Matahari buatan China, sebutan reaktor nuklir yang dikembangkan Tiongkok untuk menghasilkan energi dalam jumlah besar namun tetap ramah lingkungan ini diklaim telah berhasil dinyalakan.

Diwartakan Suara.com, beberapa media lokal China melaporkan pada Jumat (4/12/2020) kalau reaktor nuklir buatan China ini telah bisa dinyalakan dan akan beroperasi.

Keberhasilan ini dinilai sebagai indikator bahwa kemampuan riset nuklir China telah sangat berkembang dan bersaing dengan negara-negara maju lainnya.

Baca Juga: Rusia Ungkap Rekaman Bom Nuklir Paling Dahsyat dalam Sejarah

Reaktor HL-2M Tokamak adalah perangkat fusi nuklir terbesar dan paling canggih yang dikembangkan oleh para ilmuwan China. Perangkat itu diharapkan bisa menjadi sumber energi ramah lingkungan di masa depan.

Menurut People's Daily, surat kabar milik Partai Komunis China, reaktor HL-2M Tokamak memanfaatkan medan magnetik yang sangat kuat untuk meleburkan plasma panas yang bisa mencapai suhu di atas 150 juta derajat Celcius atau 10 kali lebih panas dari inti Matahari.

Berlokasi di Provinsi Sichuan dan rampung dibangun akhir 2019 kemarin, reaktor nuklir yang dijuluki matahari buatan China karena tingginya suhu serta besarnya energi yang dihasilkannya.

Baca Juga: Video Ini Perlihatkan Ledakan Nuklir Terbesar, Ngeri!

"Pengembangan energi fusi nuklir bukan satu-satunya cara untuk menjawab kebutuhan energi strategis China, tetapi juga penting untuk pembangunan energi serta ekonomi nasional yang berkelanjutan," jelas People's Daily.

HL-2M Tokamak reaktor nuklir matahari buatan China. (researchgate)
HL-2M Tokamak reaktor nuklir matahari buatan China. (researchgate)

Adapun para ilmuwan China telah mulai mengembangkan reaktor fusi nuklir berukuran kecil sejak 2006. Fusi nuklir sendiri dianggap sebagai puncak dari pengembangan energi, karena meniru cara Matahari menghasilkan energi.

Dalam proses fusi, nukleus atom dilebur untuk menghasilkan energi yang sangat besar. Kebalikannya adalah proses fisi nuklir yang digunakan dalam pembuatan senjata atau bom atom, pembangkit listrik tenaga nuklir.

Baca Juga: Satelit Amerika Serikat Ungkap Keberadaan Kapal Selam Nuklir China Ini

Berbeda dari proses fisi, dalam fusi nuklir tak ada emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Risiko juga lebih rendah dan peluang pencurian material atom juga sangat kecil kemungkinannya.

Tetapi di sisi lain, proses fusi memakan biaya sangat besar. Biaya untuk membangun reaktor fusi China ini, yang dijuluki matahari buatan, tidak diketahui pasti.

Tetapi proyek serupa yang dikerjakan bersama-sama oleh Uni Eropa, China, India, Jepang, Rusia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat menelan biaya hingga 22,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 318 triliun. Proyek reaktor fusi nuklir internasional ini bernama International Thermonuclear Experimental Reactor atau ITER.

Baca Juga: Pernah Gagal, Rusia Segara Angkat Kapal Selam Nuklir dari Dasar Laut Arktik

Itulah kabar terbaru dari matahari buatan China alias reaktor nuklir yang digunakan sebagai sumber energi ramah lingkungan. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak