Ngeri, Awan Debu Besar dari Gurun Sahara Diprediksi Akan Hantam AS

Diperkirakan awan debu besar Sahara akan terus bermigrasi melintasi Atlantik minggu ini.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 20 Juni 2020 | 07:00 WIB
Awan debu raksasa bakal menghantam AS. [NOAA]

Awan debu raksasa bakal menghantam AS. [NOAA]

Hitekno.com - Awan debu raksasa dari Gurun Sahara sedang jadi perhatian para ahli. Pasal mulai bergerak menuju barat, bahkan dilaporkan bisa melintasi Samudera Altantik.

Setelah melintasi Samudera Atlantik, tak lama lagi akan menghantam wilayah Amerika Serikat. Diprediksi Awan debu raksasa dari Gurun Sahara ini akan mencapai AS pekan depan.

Satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), menangkap gambar debu yang bertiup barat Afrika pada 7 Juni.

Baca Juga: Ditinggal Gurunya Pergi saat UTS, Tingkah Bocah SD Ini Bikin Netizen Geli

Layanan Cuaca Nasional Houston telah memperkirakan awan debu besar Sahara akan terus bermigrasi melintasi Atlantik minggu ini, mencapai Karibia dan Teluk Meksiko, kemudian akan pindah ke Texas Tenggara pada 23 Juni mendatang.

Perkiraan dari GEOS-5 NASA juga menyebut awan debu ini bisa mengenai bagian Florida dan Louisanna pada sekitar waktu yang sama.

Awan debu raksasa bakal menghantam AS. [NOAA]
Awan debu raksasa bakal menghantam AS. [NOAA]

"Jika debu mencapai daerah itu, kami memprediksi langit akan berubah merah saat Matahari terbit dan terbenam selama beberapa hari dan mungkin juga cuaca yang lebih kering," tulis Layanan Cuaca Nasional Houston dalam sebuah cuitan pada 16 Juni, seperti dikutip IFL Science, Jumat (19/6/2020).

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Semut Tercepat di Dunia, Ada di Gurun Sahara

Aliran debu gurun yang sangat besar bergerak di sepanjang Saharan Air Layer atau Lapisan Udara Sahara, sebuah lapisan udara panas dan kering bergerak sekitar 10 hingga 25 meter per detik yang seringkali menutupi udara permukaan Samudra Atlantik yang lebih dingin dan lebih lembab.

Saharan Air Layer biasanya landai pada pertengahan Juni, memuncak selama musim panas, dan memompa ledakan aktivitas di Atlantik Utara setiap tiga hingga lima hari.

Saharan Air Layer juga cenderung menekan aktivitas badai. Tetapi anehnya, debu Sahara pun dapat memicu mekarnya alga beracun di Amerika Utara.

Baca Juga: Hujan Setelah 500 Tahun, Kepunahan Massal Terjadi di Gurun Ini

Penelitian NASA pada 2001 menemukan awan debu Sahara dapat menaburkan air yang mengandung zat besi di lepas pantai Florida Barat, yang mengawali mekarnya ganggang beracun.

Selain air berubah menjadi warna merah, mekarnya ganggang beracun juga dapat membunuh sejumlah besar ikan, kerang, mamalia laut, burung, dan menyebabkan masalah kulit dan pernapasan pada manusia.

Baca Juga: Gurun Terkering di Dunia Terkena Hujan, Muncul Pemandangan Indah

Itulah laporan terbaru dari Awan debu raksasa dari Gurun Sahara yang diprediksi bisa menyampai wilayah AS dalam waktu dekat ini. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak